Surau.co – Nama lengkapnya adalah Tamim bin Aus bin Kharijah bin Sud bin Judzaimah al-Lukhami al-Filisthini (dari Palestina), Abu Ruqayyah ad-Dari. Tamim bin Aus masuk Islam pada tahun 9 H. Sebelumnya Tamim adalah seorang nasrani, bahkan ia merupakan salah seorang pendeta di Palestina. Pada suatu waktu terjadi pada dirinya sebuah kisah yang menakjubkan, yaitu kisah al-Jassasah. Al-Jassasah adalah seekor hewan melata berbulu lebat yang berbicara kepada Tamim ad-Dari, yang juga akan berbicara kepada manusia kelak di akhir jaman. Lihat an-Nihayah (V/268) dan Lisanul-Arab (I/786). Dalam kisah itu terdapat cerita tentang Dajjal yang akan keluar nanti di akhir jaman. Rasulullah SAW meriwayatkan kisah ini dari beliau (Tamim), dan ini sebagai salah satu keutamaan beliau.
Tamim bin Aus Bertemu dengan Dajjal
Dalam salah satu hadis riwayat Imam Muslim disebutkan, bahwa suatu ketika Rasulullah SAW usai melakukan shalat meminta kepada para jamaah agar tetap duduk di tempat masing-masing, seraya bersabda, “Tahukah kalian, mengapa aku kumpulkan kalian?”
Rasulullah SAW kemudian berkisah cukup panjang tentang seorang Tamim bin Aus. Tamim bin Aus adalah mantan pengikut Nasrani yang kemudian berbaiat kepada Rasulullah SAW dan masuk Islam.
Tamim pernah melakukan perjalanan laut bersama dengan 30 orang dari kabilah Lakhm dan Judzam. Ketika itu mereka terdampar di sebuah pulau setelah terombang-ambing oleh badai ombak selama satu bulan.
Di pulau tersebut mereka menjumpai binatang yang berambut sangat lebat dan kaku sehingga tidak terlihat bagian depan maupun belakangnya. Orang-orang yang terdampar tersebut pun bertanya,
“Celaka, makhluk apakah kamu?”
“Aku adalah Jassasah,” jawab makhluk itu.
“Apa itu Jassasah?” tanya mereka menimpali.
Bukannya menjawab, kemudian makhluk tersebut malah menyuruh mereka untuk masuk ke dalam rumah ibadah yang ia tunjukkan agar menemui seorang lelaki di dalamnya, lantaran ia sangat merindukan kabar yang dibawakan oleh mereka.
Mereka mengira bahwa yang ditunjukkan oleh Jassasah adalah setan, ternyata ia adalah seorang lelaki dengan tangan dan kaki yang terikat dengan besi, al-Masih Dajjal. Tamim dan teman-temannya pun bisa melihat Dajjal secara langsung. Terjadilah perbincangan antara Dajjal dengan Tamim bin Aus, “Celaka, siapakah kamu?”
“Kalian telah mampu mengetahui tentang aku, maka beri tahu aku siapa kalian,” jawab laki-laki yang terikat itu.
Perbincangan pun berlanjut dengan penjelasan Tamim bin Aus tentang perjalanannya hingga terdampar di pulau, sekaligus pertemuannya dengan Jassasah.
Dajjal pun menanyakan kepada Tamim bin Aus tentang beberapa hal, misalnya apakah pohon kurma masih berbuah, apakah danau Thobariyah masih banyak airnya, apakah mata air Zughor masih digunakan untuk bertani, apa yang dilakukan Nabi Ummiyyin dan apakah orang-orang Arab memeranginya. Setelah tanya-jawab itu selesai, Dajjal mengabarkan kepada mereka tentang siapa dirinya,
“Sesungguhnya aku adalah al-Masih Dajjal, hampir aku diberi izin untuk keluar hingga aku keluar lalu berjalan di bumi dan tidak kutinggalkan satu negeri pun kecuali aku akan turun padanya dalam waktu 40 malam kecuali Mekah dan Thaybah, keduanya haram bagiku. Setiap kali aku akan masuk pada salah satu kota ini malaikat menghadangku dengan pedang dan sesungguhnya pada tiap celah ada para malaikat yang menjaganya”.
Pertemuan Tamim bin Aus dengan Dajjal ini lah yang menjadi jalan baginya untuk mendapatkan hidayah sehingga ia berbaiat untuk memeluk Islam.
Tamim bin Aus Setelah Memeluk Islam
Salah satu kebiasaan positif Tamim bin Aus adalah mengkhatamkan al-Qur’an dalam satu kali rakaat shalat. Kadang-kadang, dalam shalat malam beliau mengulang-ulang bacaan satu ayat hingga subuh.
Semenjak masuk Islam, Tamim bin Aus tinggal di Madinah sampai terbunuhnya Khalifah Utsman bin ‘Affan. Setelah itu beliau pindah ke Baitul Maqdis di Palestina, tepatnya di desa ‘Ainun. Beliau termasuk salah seorang sahabat yang mengumpulkan al-Qur’an. Hidup beliau dipenuhi dengan ibadah. Beliau giat bertahajjud (shalat malam), dan membaca al-Qur’an. Ia dikenal sebagai sahabat yang rajin shalat malam dan membaca al-Qur`an.
Suatu hari Tamim bin Aus membeli pakaian khusus dengan harga seribu dirham. Dengan baju itu, biasanya ia gunakan pada luar bulan Ramadhan untuk shalat malam. Sedangkan menurut cerita Tsabit, baju khusus itu juga digunakan oleh Tamim pada malam-malam yang dimungkinkan datangnya lailatul qadar. Yaitu di sepuluh malam terakhir.
Pernah suatu hari Tamim tertidur hingga subuh sehingga tidak bisa shalat malam. Setelah itu dia sangat menyesal, kemudian selama satu tahun dia tidak pernah tidur malam sebagai komitmen untuk memperbaiki kekhilafannya.
Adapun tentang bacaan al-Qur`an, paling cepat adalah satu hari dan paling lama adalah 7 hari. Menariknya, meski Tamim bin Aus dikenal dengan sosok sahabat yang sangat mendawami shalat malam, tapi ia merupakan tipe yang sangat tidak suka jika amalnya diketahui orang lain.
Pernah suatu ketika ada orang yang ingin diceritakan mengenai shalat malamnya. Rupanya, pertanyaan itu menyinggung perasaannya, kemudian ia berkata, “Demi Allah, satu rakaat shalat malam yang aku lakukan di tengah malam dalam keadaan tersembunyi lebih aku cintai, daripada aku shalat sepanjang malam kemudian aku ceritakan kepada orang.” (Ibnu Jauzi, Shifatu ash-Shafwah, I/290).
Ada sekitar 40 hadits yang diriwayatkan oleh Tamim bin Aus dari Rasulullah SAW. Satu di antaranya terdapat dalam Shahih Muslim, yaitu hadits tentang ad diinu annashiihah. Bunyi hadits tersebut sebagai berikut;
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «الدِّينُ النَّصِيحَةُ» قُلْنَا: لِمَنْ؟ قَالَ: «لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُولِهِ وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ»
Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Agama itu adalah nasihat.” Kami bertanya, “Nasihat untuk siapa?” Beliau menjawab, “Untuk Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, dan para pemimpin kaum muslimin, serta kaum awam mereka.” (HR. Muslim).
Tamim bin Aus wafat pada tahun 40 H di Bait Jabrin, Palestina, tanpa meninggalkan seorang anak pun, kecuali Ruqayyah.
Baca juga: Syurahbil bin Hasanah, Komandan Pembebas Syam yang Wafat Karena Tha’un