
Syurahbil bin Hasanah, Komandan Pembebas Syam yang Wafat Karena Tha’un
Surau.co - Syurahbil bin Hasanah adalah salah satu sahabat Rasulullah SAW. Hasanah, ibunya merupakan sahabat perempuan yang sudah memeluk Islam sejak di Makkah dan ikut berhijrah ke Habasyah pada hijrah kedua. Dalam perjalanan hijrah ini, Syurahbil pun turut serta bersama ibunya. Dalam catatan Imam Ibnu Sa’d dikatakan;
“Hasanah telah memeluk Islam di Makkah, ia turut berbaiat dan berhijrah ke tanah Habasyah di hijrah kedua bersama anaknya, Syurahbil bin Hasanah.” (Imam Ibnu Sa’d, al Thabaqat al Kubra, Beirut: Dar al Kutub al Ilmiyyah, 1990, juz 8, h.224)
Nasab ibu Syurahbil dinisbatkan pada ibunya, yakni Hasanah. Mengenai siapa nama ayahnya, terdapat perbedaan pendapat. Ada riwayat yang mengatakan, Abdullah bin al Mu’tha bin Amr dari Bani Kindah; Ada pula yang yang mengatakan, Al Ghauts bin Murra, saudara Tamim bin Murra, saudara Tamim bin Murra dari Bani Tamim (Imam Ibnu Hajar al ‘Asqalani, al Ishabah fi Tamyiz al Shahabah, Beirut; Dar al Kutub al Ilmiyyah,1995, juz 3, h. 265)
Syurahbil bin Hasanah pun termasuk sahabat yang memeluk Islam di era Makkah. Ia turut berhijrah bersama ibu dan keluarganya yang lain. Dalam Tarikh Madinah Dimasyq, Imam Ibnu ‘Asakir mencatat;
“Muhammad bin Ishaq mengatakan; ‘Hasanah Ummu Syurahbil (Ibu Syurahbil) adalah isteri Sufyan bin Ma’mar bin Habib bin Wahb bin Hudzafah bin Juma’. Dari Hasanah, dia memiliki anak; Khalid dan Junadah, keduanya anak Sufyan bin Ma’mar (yang juga turut berhijrah ke negeri Habsyah). Kemudian dia keluar bersama istrinya, Hasanah dan (kedua) anak mereka, Khalid dan Junadah serta saudara seibu mereka, Syurahbil bin Hasanah dalam hijrah yang kedua menuju negeri Habsyah.” (Imam Ibnu ‘Asakir, Tarikh Madinah Dimasyq, Beirut: Dar al Fikri, 1995, juz 22, h. 467)
Dari ayah tirinya, Sufyan bin Marma’, Syurahbil bin Hasanah memiliki dua saudara, yakni Khalid dan Junadah. Mereka semua turut berhijrah ke Habsyah meski terdapat perbedaan pendapat tentang hal ini. Yang jelas Syurahbil dan ibunya, Hasanah termasuk sahabat yang berhijrah ke Habsyah.
Suatu ketika, di waktu ashar Syurahbil bin Hasanah sedang duduk di rumahnya. Tiba-tiba datang mertuanya, Syifa binti Abdullah yang langsung mencela sikap Syurhabil tersebut. Mertuanya memarahinya karena masih saja di rumah dan tidak segera bergegas ke masjid untuk shalat bersama Rasulullah SAW.
Syurahbil pun berkata, “Wahai bibi, jangan memarahiku. Aku hanya mempunyai sehelai pakaian (untuk shalat) dan itu sedang dipinjam oleh Rasulullah SAW.”
Mertuanya pun menyesal, karena ia baru saja datang pada Rasulullah SAW untuk meminta sesuatu, tetapi tidak memperoleh apa-apa dan ia sempat menggerutu. Ketika hal ini disampaikan kepada menantunya, Syurahbil berkata, “Wahai bibi, itu hanya pakaian panjang yang baru saja kami tambal.” Syifa pun makin menyesali sikapnya kepada Rasulullah SAW.
Syurahbil Mendampingi & Kadang Menjadi Utusan Rasulullah
Syurahbil bin Hasanah pernah menjadi utusan Rasulullah SAW ke Mesir untuk menemui para penguasa di sana. Ketika Rasulullah SAW wafat di Madinah, Syurahbil masih berada di Mesir. Dalam sebuah riwayat dikatakan:
“Dia adalah Syurahbil bin Abdullah bin al Mu’tha, datang ke Mesir sebagai utusan Nabi Muhammad SAW kepada penguasanya. (Saat) Nabi Muhammad SAW wafat, dia sedang berada di Mesir.” (Imam Ibnu ‘Asakir, Tarikh Madinah Dimasyq, juz 22, h. 472). Syurahbil bin Hasanah merupakan sahabat yang menjadi salah satu komandan tersukses dalam pasukan Rasyidin, yakni masa kekhalifahan Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Syurahbil juga salah satu komandan lapangan utama selama penaklukan muslim di Syuriah.
Menurut Imam Abdullah bin Muhammad, Syurahbil bin Hasanah pernah menetap di Dimasyq atau Damaskus, kemudian dia menggambarkan sekilas kehidupan Syurahbil dengan mengatakan:
“Syurahbil bin Hasanah, Hasanah adalah (nama) ibunya. Dia adalah Syurahbil bin Abdullah bin Mu’tha bin ‘Amr dari Bani Kindah, (yang merupakan) sekutu Bani Zuhrah, (biasa) dipanggil dengan sebutan Abu ‘Abdullah. Dia termasuk orang yang (awal) memeluk Islam di Makkah, (dan termasuk golongan) yang berhijrah ke Habsyah di periode kedua. Dia (turut) berperang bersama Nabi Muhammad SAW dalam banyak peperangan. Dia (juga) salah satu komandan (perang) yang diangkat (sayyidina) Abu Bakar ash Shidiq ke Syam, dan wafat di Syam terkena tha’un ‘amawas di tahun 18 Hijriyah di era Khalifah Umar bin Khattab – (ketika itu) dia berusia 67 tahun.” (Imam Ibnu ‘Asakir, Tarikh Madinah Dimasyq, juz 22, h. 470)
Riwayat di atas mengatakan bahwa Syurahbil bin Hasanah mendampingi Rasulullah SAW dalam banyak peperangan, dan merupakan salah seorang komandan yang diangkat Abu Bakar ash Shidiq untuk membebaskan Syam dari kekuasaan Bizantium (Romawi Timur). Komandan utama dalam misi tersebut adalah Abu Ubadah bin Jarrah, lalu Abu Bakar menunjuk beberapa pemimpin pasukan di bawah Abu Ubadah, yakni Amr bin Ash, Khalid bin Said bin Ash, dan termasuk Syurahbil bin Hasanah.
Setelah pasukan siap diberangkatkan, ternyata ada usulan agar Khalid bin Sa’id diganti, dan Abu Bakar datang sendiri menemui Khalid untuk meminta maaf dan memintanya untuk bergabung di barisan pasukan prajurit biasa dari kelompok yang disukainya. Maka dengan lapang dada, Khalid bin Sa’id berkata, “Demi Allah, tidaklah saya gembira dengan pengangkatan anda dan tidak juga bersedih dengan pemberhentian anda. Anak pamanku (Amr bin Ash) lebih aku sukai karena ia masih kerabatku, tetapi Syurahbil lebih aku cintai karena agamanya!” Akhirnya Khalid bergabung bersama pasukan yang dipiimpin oleh Syurahbil bin Hasanah.
Syurahbil bin Hasanah berhasil membebaskan seluruh Yordania kecuali Tiberias atas perintah Abu Ubaidah bin Jarrah. Penduduk wilayah yang dibebaskannya, melakukan perdamaian dengannya (fa inna ahlaha shalahuhu). (Imam Ibnu ‘Asakir, Tarikh Madinah Dimasyq, juz 22, h. 472)
Syurahbil wafat terkena wabah ‘Amawas di usia 67 tahun. Menurut sebagian riwayat; Syurahbil, Abu Ubaidah bin Jarrah, dan Abu Malik terkena tha’un ‘Amawas di hari yang sama. Imam al Harits bin ‘Umair mengatakan:
“Abu Ubaidah, Syurahbil bin Hasanah, dan abu Malik terkena wabah di hari yang sama.” (Imam Ibnu ‘Asakir, Tarikh Madinah Dimasyq, juz 22, h. 472)
Baca juga: Syuraih bin Hani, Tabiin yang Sering Mendengar Hadits dari Aisyah R.A