Tak Berkategori  

Tajwid, Definisi dan Hukum sebagai Ilmu Membaca Al-Qur’an

Google News
Tajwid, Definisi dan Hukum sebagai Ilmu Membaca Al-Qur'an
Tajwid, Definisi dan Hukum sebagai Ilmu Membaca Al-Qur'an

Definisi ilmu tajwid ( ُالتَّجْوِيْد ), menurut penjelasan para ulama, dapat dipahami sebagai suatu konsep yang serupa dengan tahsin ( ُالتَّحْسِيْن ) yakni memperbaiki atau memperindah.

Secara linguistik, istilah “tajwid” setara dengan “tahsin,” yang artinya adalah memperbaiki atau memperindah.

Definisi Ilmu Tajwid

Tajwid adalah turunan dari ilmu qiraat, atau ilmu membaca Al-Quran. Tajwid berasal dari ilmu qiraat, yaitu ilmu membaca Al-Quran.

Secara sederhana, ُالتَّجْوِيْد dapat diartikan sebagai ilmu yang membantu agar pengucapan huruf dalam Al-Quran tidak keliru. Ilmu membaca Al-Qur’an ini mencakup aturan cara membaca panjang dan pendek, klasifikasi huruf, teknik berhenti, mengambil nafas, dan mengenali ciri-ciri khas huruf-huruf dalam Al-Quran.

Dalam konteks istilah, tajwid dapat didefinisikan sebagai:

ِإِخْرَاجُ كُلِّ حَرْفٍ مِنْ مَخْرَجِهِ وَإِعْطَاؤُهُ حَقَّهُ وَمُسْتَحَقَّهُ مِنَ الصِّفَات

“Mengucapkan setiap huruf dari tempat keluarnya (makhraj) dengan memberikan hak dan sifat yang sesuai.”

Sehingga dapat dipahami bahwa, Tajwid adalah ilmu membaca Al-Qur’an guna mengucapkan setiap huruf dari tempat keluarnya (makhraj) serta memberikan hak dan sifat sesuai dengan pengucapanya.

Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), tajwid adalah cara membaca Al-Quran dengan lafal atau ucapan yang benar.

Hak huruf merujuk pada sifat-sifat huruf yang melekat padanya, seperti sifat jahr, syiddah, isti’la, ithbaq, dan qalqalah, yang tidak akan terpisah darinya.

Di sisi lain, mustahaq huruf merujuk pada sifat-sifat huruf yang tidak selalu melekat padanya, seperti sifat tarqiq yang muncul dari sifat istifal, atau sifat tafkhim yang muncul dari sifat isti’la, ikhfa, mad, qashr, dan sebagainya.

Kedua kategori sifat huruf ini akan dijelaskan lebih lanjut dalam pembahasan sifat huruf.

Baca juga: Biografi KH. Imam Zarkasyi, 1910-1985 M, Penggagas Pendidikan Pesantren Modern

Pokok Bahasan Ilmu Tajwid

Pokok bahasan ilmu tajwid mencakup lafazh-lafazh al-Qur’an, meskipun beberapa ulama juga memasukkan lafazh-lafazh hadits.

Pendapat yang kuat adalah bahwa materi ilmu tajwid seharusnya terbatas pada lafazh-lafazh al-Qur’an.

Pokok Bahasan utama dalam ilmu membaca Al-Qur’an ini mencakup analisis mengenai tempat keluarnya huruf dari rongga mulut (makharijul huruf), cara pengucapan khusus untuk setiap huruf (shifatul huruf), hubungan intrinsik antar huruf (ahkamul huruf), aturan-aturan panjang dan pendek (ahkamul maddi wal qasr), serta prosedur untuk berhenti dan memulai bacaan (ahkamul waqaf wal ibtida’).

Manfaat Mempelajari Ilmu Tajwid

Manfaat ilmu tajwid adalah menjaga pengucapan yang benar dan menghindari kesalahan saat membaca al-Qur’an.

Pemahaman yang baik dalam membaca Al-Qur’an

Salah satu tujuan belajar tajwid saat membaca Al-Qur’an adalah untuk mengetahui cara menyuarakan huruf berdasarkan tempat keluarnya (makhraj) serta memahami aturan-aturan bacaan, termasuk kapan dan bagaimana berhenti dalam membaca. Praktik dari pengetahuan ini akan meningkatkan kualitas bacaan Al-Qur’an kita.

Mencegah kesalahan dalam membaca Al-Qur’an

Hubungan antara tajwid dan Al-Qur’an memungkinkan kita mendeteksi kesalahan bacaan, baik yang dilakukan oleh diri sendiri maupun orang lain. Membaca Al-Qur’an berbeda dengan membaca hadis atau kalimat dalam bahasa Arab lainnya. Kesalahan kecil dalam bacaan dapat mengubah arti, dan ilmu ُالتَّجْوِيْد membantu mencegah kesalahan tersebut, baik dalam susunan, makna, huruf, maupun harakat dalam kalimat.

Memahami etika dan tata cara membaca Al-Qur’an

Al-Qur’an adalah firman Allah yang mulia, sehingga kita seharusnya membacanya dengan benar dan penuh rasa hormat. Memperhatikan makhraj, aturan bacaan, dan tanda baca saat membaca Al-Qur’an merupakan bentuk akhlak baik dalam membaca firman Allah. Hal ini sejalan dengan manfaat memahami utsul fiqih dan metodologi studi Islam untuk mendalami agama.

Ibadah melalui membaca Al-Qur’an

Bagi seorang Muslim, membaca Al-Qur’an adalah ibadah yang mendatangkan pahala besar. Dengan mempelajari ilmu tajwid untuk meningkatkan kualitas bacaan Al-Qur’an, hal tersebut menjadi bentuk ibadah yang diniatkan karena Allah SWT. Disarankan juga membaca Al-Qur’an secara perlahan untuk meresapi isinya. Sama halnya, manfaat mempelajari ilmu kalam dan ilmu mawaris dapat mendalamkan ibadah.

Menjaga kemurnian bacaan Al-Qur’an

Tanpa pengetahuan membaca Al-Qur’an yang benar, umat Islam mungkin membaca Al-Qur’an secara sembarangan, menyebabkan perubahan bentuk dan arti yang dapat menghilangkan makna asli. Ilmu tajwid dan pemahaman ulumul Quran dapat menjaga kemurnian Al-Qur’an, mencegah pergeseran makna akibat kesalahan bacaan.

Latihan pengucapan bahasa Arab

Memahami ilmu tajwid melatih lidah dalam mengucapkan huruf-huruf Al-Qur’an sehingga terbiasa dengan pengucapan dan bacaan yang benar. Studi bahasa Arab juga berguna untuk memastikan bacaan Al-Qur’an sesuai dengan harapan dan arti yang tepat.

Memelihara makna Al-Qur’an

Surat-surat dalam Al-Qur’an merupakan kata-kata agung dari Allah, dan menjaga kata-kata Allah akan mendatangkan pahala besar. Ilmu tajwid membantu menjaga kemurnian Al-Qur’an agar tidak mengalami perubahan makna akibat kesalahan bacaan. Studi ushul fiqh memberikan manfaat dalam memahami dan memeluk agama Islam dengan benar.

Keutamaan Ilmu Tajwid

Ilmu tajwid dianggap paling mulia karena berkaitan dengan Kalamullah (al-Qur’an).

Keutamaan Mempelajari Ilmu Tajwid sebagai Salah Satu Ukuran Kualitas Seorang Muslim

Menurut riwayat Bukhari, mempelajari Al Qur’an menjadikan seseorang termasuk orang terbaik. Hadits tersebut menyebut mereka sebagai sebaik-baik manusia. Pentingnya bukan hanya bagi yang belajar, tetapi juga bagi yang mengajarkannya. Ini merupakan jalan untuk menjadi yang terbaik dalam pandangan Allah dan Rosul-Nya. Menjadi manusia terbaik dapat dicapai dengan belajar dan mengajarkan Al Qur’an, yang melibatkan langkah-langkah seperti membaca, menguasai ilmu tajwid, dan menghafal Al Qur’an.

Keutamaan Orang yang Disibukkan dengan Al Qur’an Sebagai Aktivitas atau Kesibukan Terbaik

Dalam hadits Qudsi, Allah menyatakan bahwa orang yang sibuk dengan Al Qur’an untuk berdzikir dan meminta kepada Allah akan mendapatkan sesuatu yang lebih utama daripada yang telah diminta. Maka, disibukkanlah diri dengan Al Qur’an sebagai aktivitas atau kesibukan terbaik. Keutamaan Al Qur’an dibandingkan dengan segala kalam selain-Nya, sebagaimana Allah membandingkannya dengan keutamaan-Nya atas makhluk-Nya. Membusykan diri dengan Al Qur’an menjadi prioritas untuk mencari kesibukan.

Mendapat Ketenangan, Rahmat, dan Kepopuleran Melalui Membaca Al Qur’an

Membaca Al Qur’an membawa ketenangan, sebuah nikmat besar dari Allah yang memungkinkan manusia menikmati setiap momen kehidupan. Ketenangan ini menjadi penolong di alam kubur. Selain itu, membaca Al Qur’an juga membawa rahmat, kelembutan, dan kasih sayang dari Allah. Kelembutan tersebut mendorong orang untuk berbuat baik kepada sesama, menciptakan hubungan yang penuh kasih sayang.

Penisbatan Ilmu Tajwid

Ilmu tajwid merupakan ilmu syar’i yang secara khusus berkaitan dengan al-Qur’anul Karim, dengan karakteristik tersendiri yang membedakannya dari ilmu lainnya.

Peletakan Dasar Ilmu Tajwid

Dasar ilmu tajwid diletakkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam secara praktis, dan dari segi teori oleh para imam qiraah, dengan pendapat yang kuat bahwa Abu Muzahim Musa bin Ubaidillah al-Khaqani adalah peletak dasar ilmu membaca Al-Qur’an.

Penamaan atau Istilah Lain

Ilmu tentang tata cara membaca al-Qur’an dikenal dengan beberapa nama, antara lain ilmu tajwid, fannut tartil, atau haqqut tilawah.

Dasar hukum Ilmu Tajwid

Dasar atau asal-usul pensyariatan ilmu ُالتَّجْوِيْد berasal dari firman Allah dalam surat Al-Muzammil ayat 4 yang menyuruh untuk membaca al-Qur’an dengan perlahan-lahan.

وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا

“dan bacalah al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan.” (QS. Al-Muzammil:73)

Tata cara qiraah Rasulullah dan para penerusnya, yang disampaikan melalui jalur mutawatir, juga menjadi sandaran ilmu membaca Al-Qur’an.

Bagaimana Hukumnya Membaca Al-Qur’an tanpa Tajwid

Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin pernah ditanya, “apakah seorang Muslim boleh membaca Al Qur’an tanpa berpegangan pada kaidah-kaidah tajwid?”. Beliau menjawab:

“Ya, itu dibolehkan. Selama tidak terjadi lahn (kesalahan bacaan yang menggeser makna/arti) di dalamnya. Jika terjadi lahn maka wajib untuk memperbaik lahn-nya tersebut.

Dengan demikian, ilmu ُالتَّجْوِيْد merupakan fondasi penting dalam membaca Al-Qur’an dengan benar dan penuh makna.

Terlepas dari definisi, hukum, dan dasar-dasar ilmu membaca Al-Qur’an, pemahaman serta penerapan praktisnya memberikan manfaat yang sangat besar dalam menjaga kemurnian bacaan Al-Qur’an.

Ilmu membeca Al-Qur’an membawa kita pada keutamaan menjadi individu yang mendekatkan diri kepada Allah, menjaga kesucian bacaan, dan merasakan ketenangan serta rahmat dalam setiap ayat yang diucapkan.

Dengan mempelajari dan mengamalkan ilmu ُالتَّجْوِيْد , bukan hanya sekadar keterampilan membaca yang baik yang kita peroleh, tetapi juga koneksi yang lebih mendalam dengan kalamullah.

Ia adalah jalan yang mengantarkan kita menuju pemahaman yang lebih baik tentang aturan-aturan Al-Qur’an dan mendalaminya sebagai bentuk ibadah.

Selain itu, ilmu ُالتَّجْوِيْد juga memberikan kemampuan untuk mendeteksi dan mencegah kesalahan bacaan, menjaga makna asli Al-Qur’an, dan memelihara kehormatan bacaan firman Allah.

Oleh karena itu, mari kita tingkatkan semangat untuk memahami dan mengimplementasikan ilmu tahsin dalam membaca Al-Qur’an.

Dengan demikian, kita dapat menjaga kemurnian bacaan, mendapatkan manfaat ibadah yang besar, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Semoga ilmu tajwid ini tidak hanya menjadi wawasan teoretis, tetapi juga menjadi amalan yang membawa berkah dalam kehidupan sehari-hari kita.