Surau.co – Utsman bin Mazhun adalah Sahabat Nabi ke-14 yang masuk Islam, ia juga Muhajirin pertama yang meninggal di Madinah dan sekaligus menjadi Muslim pertama yang dimakamkan di Baqi’.
Kisah tentang Utsman bin Mazhun senantiasa tercatat dalam sejarah umat islam dunia, baik dari kepribadian, karakter hingga perujuangannya dalam membela agama Islam.
Nama lengkap Utsman bin Mazhun adalah Abu Saib Utsman bin Mazhun bin Habib bin Wahb bin Hudzafah bin Jumah Al-Qurasy. Ia bersama Ubaidah bin al-Harits, Abdurrahman bin Auf, Abdullah bin Abdul-Asad dan Abu Ubaidah bin al-Jarrah sebelum Nabi Muhammad SAW memasuki rumah Al-Arqam bin Abi al-Arqam. Saudaranya Abdullah bin Maz’u, Qudamah bin Maz’u dan Zainab binti Maz’u, istri Umar bin Khattab, ibu dari Abdullah bin Umar dan Hafshah binti Umar.
Utsman bin Mazhun pernah berniat untuk hidup membujang dan meninggalkan dunia, tetapi Nabi Muhammad SAW, melarangnya untuk membuat niat seperti itu. Utsman bin Mazhun kemudian menikah dengan Khawlah binti Hakim dan memiliki putra Abdurrahman dan As-Saib.
Kesederhanaan Utsman bin Mazh’un
Ustman bin Mazh’un dikenal sebagai sosok teladan yang sederhana, bahkan dalam pada suatu ketika, saat Ustman bin Mazh’un masuk masjid, di dalamnya duduk Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya.
Melihat kondisi Utsman bin Mazhun, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam hatinya terketuk terketuk dan merasa iba.
Beberapa sahabat bahkan meneteskan air mata, lantas apa sebenarnya yang mereka lihat dalam diri Ustman bin Mazh’un yang membuat mereka meneteskan air mata?
Lihat bahwa Ibnu Mazh’un memakai baju sobek dengan jahitan kulit unta. Dia berjalan ke masjid dengan wajah zuhud dan langkah yang tenang. Pakaian yang jujur tidak mempermalukannya di depan teman-temannya yang lain.
Ia juga tidak mengharapkan pujian dan perhatian dari siapapun. Sahabat Utsman mengenakan pakaian ketakwaan yang tidak terlihat oleh mata manusia tetapi mendapat perhatian penuh dari Allah Subhaanahu wata’ala. Ia hanya bertawakal pada wajah Allah Subhaanahu wata’ala dan keridhaan-Nya.
Baca Juga: Riwayat Hidup Khabbab bin al-Arat (36-37 H), Sahabat yang Hidupnya Penuh Dengan Siksaan
Ditegur Nabi Karena Ingin Membujang Seumur Hidup
Utsman bin Mazhun pernah mengutarakan niatnya untuk tidak menikah. Hal itu diutarakan langsung kepada Nabi dan direkam dalam Musnad Ahmad dari Sa’d bin Abi Waqqash dan dalam Sunan Abu Dawud dari ‘Aisyah Ra.,
أن عثمان بن مظعون أراد التبتل، فقال له رسول الله صلى الله عليه وسلم: أترغب عن سنتي ؟ قال: لا والله، ولكن سنتك أريد. قال: فإني أنام وأصلّي، وأصوم وأفطر، وأنكح النساء، فاتق الله يا عثمان، فإن لأهلك عليك حقّا، وإنّ لضيفك عليك حقا، وإن لنفسك حقا، فصم وأفطر، وصلّ ونم.
‘Utsman bin Mazhun pernah ingin untuk tidak menikah (membujang). Rasulullah Saw. lalu bersabda kepadanya, “apa kamu ingin menghindari sunahku? Utsman berkata: “tidak demi Allah, saya ingin mengikuti sunnahmu.”
Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya saya tidur, shalat, puasa, makan, dan menikahi perempuan. Maka tetaplah bertakwa wahai ‘Utsman. Sesungguhnya engkau tetap memiliki kewajiban pada keluargamu, ada juga kewajiban pada sisi pribadimu, ada juga kewajiban pada jiwamu. Maka berpuasalah lalu berbuka, shalatlah namun tetap tidur.
Hijrah ke Habasyah (Habsyi)
Pada tahun kelima setelah diutusnya Nabi Muhammad SAW menjadi nabi dan Rasul, kota Mekah saat itu berada dalam kondisi tidak stabil. Banyak penyiksaan dan penindasan yang dialami oleh para sahabat.
Hal itu membuat Jiwa dan raga mereka tertekan oleh perlakuan orang-orang Quraisy yang bertindak semena-mena kepada mereka, lantaran mereka beriman kepada Nabi.
Hingga akhirnya, Rasulullah memeerintahkan para umat muslim untuk hijrah, “Kalau pun kalian bersedia untuk keluar ke negari Habasyah, di sana ada seorang raja yang tak membiarkan seorang pun dianiaya di daerah kekuasaannya. Kalian tinggal lah di sana sampai Allah memberi jalan keluar,” tegas Nabi.
Atas sabda Nabi itulah, mereka dengan sembunyi-sembunyi berangkat menuju menuju negeri Habasyah. Kafilah itu beranggotakan dua belas laki-laki dan empat perempuan termasuk Utsman bin Mazhun. Beberapa ada yang naik tunggangan, beberapa yang lain berjalan kaki.
Kemudian Utsman bin Mazhun menjadi salah satu Sahabat yang pernah hijrah ke Habasyah (sekarang Afrika) karena didera berbagai siksaan oleh pemuka kafir Quraisy yang menyebabkan ia dan Sahabat-Sahabat seperjuangannya tidak bisa bergerak bebas di siang hari dan tidak bisa tidur nyenyak di malam hari.
Ketika Kaum Muhajirin tinggal di Habsyi, barulah mereka berada dalam keadaan aman dan tenteram, termasuk di antaranya Utsman bin Mazhun. Namun demikian, Utsman bin Maz’un masih terngian akan penyikasaan para saudara-saudaranya kala itu.
Bahkan ia masih sangat ingat akan perbuaran para saudarnya kepada dirinya, dan belum bisa melupakan melupakan rencana-rencana jahat saudara sepupunya; Umayah bin Khalaf dan bencana siksa yang ditimpakan atas dirinya.
Persoalan yang kaum muslimin alami pada waktu itu, bukan karena penyiksaan secara fisik, melainkan penderitaan itu lantaran mereka tidak bisa dengan bebeas melaksanakan ibadah Shalat, hingga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dan Sahabat hijrah ke Madinah Al-Munawarrah, dan di sana lah mereka dapat beribadah dengan tenang.
Utsman bin Mazhun Masuk Islam
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa kelak, salah seorang putra Utsman bin Mazh’ud mati syahid di perang Yamamah, ketika kelompok Musailamah Al-Kadzdzab melakukan pemberontakan.
Kesetiaan Utsman bin Mazhun kepada Allah dan Rasul-Nya lebih tinggi daripada kesetiaannya kepada yang lain. Ketika Utsman bin Mazh’un kembali dari Habsyi ke Makkah, rupanya penindasan masih berlangsung. Orang-orang Islam masih disiksa dan dianiaya. Dia menghadapi ancaman terhadap diri dan keluarganya.
Akhirnya, dia mencari perlindungan kepada keluarga AI-Walid bin Mughirah, seorang penyair yang sejak dulu dekat dengan Utsman bin Mazh’un.
Utsman bin Mazh’un masuk Islam karena didasi oleh rasa malu. Hal itu ia rasakan terjadi lantaran ia sering mendengar Rasulullah tegang berdakwah dan mengajak Utsman bin Mazhun untuk masuk Islam.
Utsman pernah berkata. “Aku ini masuk Islam karena rasa malu saja. Rasulullah berulang kali mengajakku masuk Islam. Waktu itu, Islam belum sampai melekat di hati saya. Sampai suatu hari, saya bersama dengan Rasul, dan secara tiba-tiba Rasul menunjuk ke langit seakan-akan beliau sedang mengerti sesuatu. Setelah Rasulullah merenung, Saya bertanya kepadanya perihal apa yang terjadi.”
Rasulullah menjawab. “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) menyala adil dan berpikir kebajikan, berbagi kepada kaum dan juga kerabat, dan Allah melarang berbuat keji, kesalahan dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.”(QS Al-Nahl : 90).
Sejak saat itulah, Islam bermukim bagian dalam hati Utsman bin Mazhun. Dan saat itulah saatnya Utsman masuk Islam dengan sungguh-sungguh. karena Utsman tersentuh oleh ayat-ayat yang indah itu. Lalu Utsman mendatangi paman Nabi. Abu Thalib, dan Utsman kabarkan keislamannya. Beliau memberi nasihat. ”Ya Ahli Quraisy, ikuti Muhammad. nanti kamu mendapat petunjuk. Karena Muhammad tidak memerintah kecuali kepada akhlak yang mulia.”
Kemudian, Utsman bin Mazh’un mendatangi Walid bin Mughirah dan membacakan ayat itu kepadanya. Mughirah pun terpesona. Dia berkata, “Sungguh, dalam ayat-ayat itu ada kemanisannya. Di atasnya juga ada keindahannya. Pada puncaknya ada buahnya, ini bukan ucapan manusia, kalau pun itu ucapan Muhammad, begitu sangat bagus dan indah ucapannya itu. Dan kalau itu ucapan Tuhannya, alangkah bagusnya Tuhan Muhammad.”
Wafatnya Utsman bin Mazhun
Saat Utsman bin Mazh’un wafat,Rrasulullah mendoakannya, sebagaimana sabdanya:
“Semoga Allah memberimu rahmat, Wahai Abu Saib. Kamu tinggalkan dunia sebelum kamu menikmatinya dan sebelum dunia memperdayamu,” begitu Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam melepas kepergian Utsman bin Maz’un menuju kehidupan kekal nan abadi.
Kemudian Rasulullah SAW, mencium kening Utsman bin Mazhun hingga keningnya basah oleh air mata Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam yang suci dan harum.
Itulah kisah tentang sahabat Nabi Ustman bin Mazh’un yang merupakan generasi ke-14 yang masuk Islam. Dari kisah ini semoga kita dapat mengambil manfaat terutama dalam menghadapi gejolak hidup yang serba dadakan ini. Wallahua’lam!