Surau.co – Salah satu sahabat Nabi yang ikut hijrah ke Abesinia adalah Abdurrahman bin Auf, Ia bersama para pengikutnya untuk menyelamatkan diri dari tekanan kaum Quraisy yang terus menerus meneror mereka.
Ketika Nabi Muhammad dan para sahabat bersiap untuk hijrah ke Madinah, Abdurrahman bin Auf adalah salah satu orang yang masuk Islam untuk mengikuti ajakan Nabi yang Mulia. Selama masa kebingungan, Ia dikenal sebagai Abd Amr. Setelah masuk Islam, Nabi Muhammad menyebutnya Abdurrahman bin Auf.
Nama lengkapnya adalah Abdurrahman bin Auf bin Abdul Harits bin Zahrah bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu-ayyi. Dari silsilahnya, kita dapat melihat bahwa silsilahnya sangat dekat dengan silsilah Nabi Muhammad SAW, yaitu Kilab bin Murrah.
Muslim Abdurrahman bin Auf adalah Rasulullah, menjadikan rumah al-Arqam sebagai pusat dakwah. Ia mendapat hidayah dari Allah SWT. Dua hari setelah Abu Bakar as-Siddiq masuk Islam. Seperti orang-orang awal yang masuk Islam, Abdurrahman bin Auf tidak luput dari siksaan dan tekanan orang-orang kafir Quraisy.
Tapi itu tidak membuatnya mundur sedikit pun, bahkan jika kematian akan menimpanya. Ia tetap sabar dan konsisten dalam membenarkan dan mengikuti pesan yang diberikan Rasulullah.
Abdurrahman bin Auf adalah salah satu dari sepuluh sahabat yang dijamin masuk surga oleh Rasulullah, dan salah satu dari enam sahabat yang berkonsultasi (sebagai pelatih) dalam hidup, memilih raja setelah Umar bin Khattab r.a.
Ada catatan menarik ketika berbicara tentang para sahabat Nabi Muhammad. Seperti yang ditulis Hidayatullah dan Abdul Latif, para pemikir dan pejuang Muslim dari masa ke masa.
Saya, Abdurrahman bin Auf ini, memang namanya tidak seharum Abu Bakar As-Siddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan atau Ali bin Abi Thalib.
Namun, kiprahnya dalam perjuangan Islam terpuji, karena selain mengangkat senjata, ia juga menyumbangkan hartanya untuk perjuangan umat Islam.
Lantaran konsistennya dalam menegakkan panji-panji Islam dan menjadi pengikut setia Rasulullah saw., kemudian ia menjadi salah seorang pelopor bagi orang-orang yang hijrah untuk Allah dan Rasulnya.
Abdurrahman bin Auf juga berimigrasi ke Abyssinia (sekarang Etiopia) bersama orang-orang seagama untuk menyelamatkan diri dari tekanan kaum Quraisy, yang tanpa henti menganiaya mereka. Kala itu Rasulullah SAW, para sahabat hendak melakukan Hijrah ke- Madinah, Abdurrahman bin auf termasuk orang yang menjadi pelopor kaum muslim untuk mengikuti ajakan Nabi.
Riwayat Hidup & Keluarga Abdurrahman bin Auf
Abdurrahman bin Auf lahir 10 tahun setelah tahun gajah 581 M meninggal pada usia 74 tahun, ia adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad yang terkenal dan menjadi sahabat yang juga dijamin masuk surga. selain itu, dia juga enam sahabat Nabi, yang ahli dalam Syura.
Dia adalah salah satu dari delapan orang pertama (Assabiqul awwalun) yang memeluk agama Islam, dua hari setelah Abu Bakar Ash-Siddiq.
Abdurrahman bin Auf berasal dari garis Jurai Bani Zuhrah dan lahir pada tahun 580 M, sepuluh tahun setelah Nabi Muhammad lahir, ayahnya bernama Auf bin Abdul Auf al-Harith, sedangkan ibunya bernama Auf bin Abdul Auf al-Harith dia dipanggil Siti as-Syifa. Siti as-Syifa sangat menyukai pembebasan budak.
Berdasarkan silsilah, Abdurrahman bin Auf adalah keturunan Bani Zuhrah dan sisa-sisa suku Quraisy. Dia ditunggu-tunggu oleh ayah dan ibunya untuk menjadikannya berlian untuk Bani Zuhrah.
Pada masa jahiliyah, namanya adalah Abdu Amr atau Abdul Ka’bah sebelum masuk Islam. Az-Zuhri, namanya diambil dari ayahnya, Auf, sedangkan kakeknya, Abdul Harits. Istri-istri Abdurrahman bin Auf adalah Umm Huraith, Ghazal bin Kisra, Bahriyyah bin Hani dan Umm Kulthum bin Uqba.
Dari pernikahannya Abdurrahman bin Auf memiliki anak sebanyak 28 laki-laki dan 8 perempuan, diantaranya adalah;
- Abu Salamah bin Abdurrahman,
- Abdurrahman bin Abdurrahman,
- Urwa Al Akbar bin Abdurrahman,
- Utman bin Abdurrahman,
- Muhammad I,
- Abu Bakr bin Abdurrahman,
- Amat Arrahman Al Kubra bint Abdur Rahman,
- Ma‟an bin Abdurrahman,
- Ismail bin Abdurrahman,
- Amat Arrahman Al Sugra bin Abdurrahman,
- Mus‟ab bin Abdurrahman,
- Hamida bin Abdurrahman,
- Ibrhim bin Abdurrahman,
- Bilal bin Abdurrahman,
- Zaid bin Abdurrahman,
- Umayyah bin Abdurrahman,
- Umm Al Qassim bin Abdurrahman,
- Hamid bin Abdurrahman,
- Umm Yahya bin Abdurrahman,
- Abdullah bin Abdurrahman,
- Urwa Al Asghar bin Abdurrahman,
- Omar bin Abdurrahman,
- Yahya bin Abdurrahman,
- Maryam bin Abdurrahman,
- Juwairiya bin Abdurrahman,
- Suhail bin Abdurrahman,
- Salim AL Akbar bin Abdurrahman.
Abdurrahman bin Auf dibesarkan dengan sifat-sifat luhur ayahnya sehingga tumbuh menjadi anak yang sopan, bijaksana, setia, tidak gentar dan pemberani.
Di masa-masa muda, Abdurrahman bin Auf tumbuh sebagai anak yang toleran terhadap orang lain dan mampu melindungi dirinya dari kejahatan sukunya, terutama kemusyrikan.
Abdurrahman bi Auf secara historis dikenal sebagai orang yang cepat menerima kebenaran Islam yang diberikan oleh Nabi Muhammad, sehingga ia digolongkan sebagai pemeluk Islam ketika Islam masih rahasia. Dan orang-orang yang memeluk dan membantu menyebarkan Islam pada waktu dan suasana seperti itu disebut “as-sabiqunal awwalun”.
Abdurrahman bin Auf masuk Islam pada tahun 614 M, oleh Abu Bakar As-Siddiq di rumah Arqam bin Abi Arqan. Dia menyarankan untuk menaati Allah SWT. Sebelum Rasulullah, kedamaian akan datang kepadanya, dan mengungkapkan iman atas apa yang dia bawa. Melihat status Mekkah dan sejarahnya pada saat itu, Ia menjadi seorang muslim pada masa-masa awal dakwah.
Abdurrahman bin Auf adalah salah satu orang pertama yang masuk Islam sebelum mengubah rumah Al-arqam menjadi pusat pengajaran Islam bagi para sahabatnya.
Abdurrahman bin Auf dari As-sabiqunal Awwalun, tentu tidak luput dari siksaan dan tekanan orang-orang kafir Quraisy, tetapi ia tetap sabar dan teguh pendirian atas kebenaran ajaran kaum Quraisy. Demi Allah, maka Abdurrahman yang meyakini kebenaran ajaran Islam tidak pernah ragu-ragu bahkan berusaha semaksimal mungkin.
Abdurrahman bin Auf terkait dengan Saad bin Rabi’. Karena cinta Saad kepada saudara barunya, ia melamar salah satu istrinya untuk menikah dengan Abdurrahman bin Auf. Di sisi lain, Abdurrahman menolak permintaan tersebut dan menanyakan arah ke pasar karena ingin berbisnis.
Abdurrahman bin Auf adalah sahabat Rasulullah SAW. yang tergolong kaya raya dan memiliki harta yang begitu banyak. Kekayaannya bahkan mampu membuat kegaduhan di seluruh pelosok Kota Madinah.
Sahabat Rasullah yang satu ini mempunyai jiwa bisnis yang tinggi. Bahkan begitu mahirnya, dalam berwirausaha, Abdurrahman bin Auf pernah berkata: “seandainya aku mengangkat batu, niscaya kutemukan emas (uang dinar) dan perak (uang dirham) dibawahnya”.
Abdurrahman bin Auf dalam mengucapkan kata-kata tersebut tidak bermaksud untuk sombong, melainkan hanya gambaran dirinya yang mengungkapkan dirinya sangat mandiri dan bahagia dalam berbisnis.
Abdurrahman bin Auf bisa mandiri dalam berbisnis bahkan dia bisa membaca sekecil apapun peluang bisnis yang bisa dilakukan. laba. Keahliannya dalam bisnis dan perdagangan tidak perlu diragukan lagi. Semua orang pada saat itu menyadari manfaatnya.
Baca Juga: Biografi Khalifah Ali Bin Abi Thalib 600 M, Silsilah, Kekhalifahan, Hingga Tipe Kepemimpinannya
Keutamaan & Kelebihan Abdurrahman bin Auf
Keutamaan Abdurrahman bin Auf adalah akhlak yang mulia yang dibiasakan bila kehendak orang yang membiasakan sesuatu yang baik. Keutamaan dapat dikategorikan seperti jujur, adil, sabar, berani dan bijaksana.
Adapun keutamaan Abdurrahman bin Auf ialah:
- Pedagang yang jujur, adil dan dipercaya. Bahkan dialah orang yang sukses berdagang dan dialah orang yang kaya raya yang tidak mau kehilangan sebagian keduniannya di samping keagamaannya.
- Pahlawan yang berani, terbukti setelah dia diutus oleh Rasulullah saw., memimpin 700 orang pasukan menuju “Daumatul jandal”. Setelah Abdurrahman bin Auf tiba di Daumatul jandal, maka beliau mengajak penduduknya memeluk Islam sampai tiga kali, namun mereka tidak mau akhirnya beliau menyerang mereka.
- Bijaksanaan melaksanakan Dakwah Islamiyah. Di samping itu beliau banyak memberikan dampak seperti membebaskan budak dan banyak mengetahui seluk beluk bangsa Arab. Oleh karena itu setelah beliau tampil sebagai penyiar Islam nampak sekali keberhasilannya.
Keislaman Abdurrahman bin Auf menjadikannya orang pertama yang menghadapi tentangan keras dari Al-Qur’an Mekah, sehingga ia dan beberapa sahabat lainnya diberi izin Nabi saw, hijrah ke Abyssinia pada gelombang pertama.
Menurut para ulama, dipilihnya kota Abyssinia sebagai tujuan migrasi pada waktu itu karena Abyssinia merupakan negara yang tidak memiliki hubungan diplomatik dengan negara-negara Arab, oleh karena itu dalam hukum internasional pada masa itu Di zaman modern ini ditetapkan bahwa negara-negara yang tidak mempunyai hubungan diplomatik tidak dapat melakukan ekstradisi terhadap orang yang mengungsi di negaranya sendiri.
Adapun kelebihan-kelebihan Abdurrahman bin Auf ialah:
- Abdurrahman bin Auf senantiasa membelanjakan hartanya dijalan Allah swt., Pada suatu hari Abdurrahman menjual tanahnya seharga 40 ribu dinar, kemudian uang itu dibagi-bagikan semua untuk keluarganya dari Bani zuhrah, untuk para istri Nabi dan untuk fakir miskin.
- Di saat ummat Islam berhijrah ke Madinah, dialah yang ditunjuk oleh Rasulullah saw., sebagai pelopor orang-orang yang berhijrah.
- Ketika kaum muslimin mengadakan perjalanan untuk mengadakan peperangan (perang Tabuk) yang terkenal sangat sukar, ia terlebih dahulu tiba ditempat peperangan tersebut. Pada saat itu kaum muslimin mengadakan shalat jama‟ah dan Abdurrahman bin Auf yang menjadi imam shalat di depan beberapa ratusan makmun. Sementara shalat datanglah Rasulullah saw., sekaligus menjadi makmun mengikuti Abdurrahman . Padahal sebelumnya Nabi belum pernah diimami, kecuali Jibril ketika mempraktekan pelaksanaan shalat sesudah Isra’ mi’raj.
Setelah Rasulullah SAW, akan datang kepadanya, Abdurrahman bin Auf selalu berada di atas angin, dimana ia bertanggung jawab atas kesejahteraan dan keselamatan Ummahatul Mu’minin (istri Rasulullah) serta kepuasan semua orang. apa yang mereka butuhkan. dan mengendalikan mereka ketika mereka bepergian, seperti ketika ibu-ibu mulia pergi haji.
Abdurrahman bin Auf lah, yang mengangkat dan menurunkan ibu ke haudaj khusus mereka. Keyakinan ini menjadi prioritas dan kelebihan Abdurrahman yang diberikan oleh ibu-ibu mukmin.
Menjadi Ketua Formatur Pemilihan Khalifah
Abdurrahman bin Auf dikenal sebagai orang yang selalu berorientasi pada kekayaan duniawi dan hal-hal materi, Abdurrahman juga dikenal sebagai orang yang tidak menyukai pelayanan. Pada masa Khalifah Umar bin Khattab, Abdurrahman diangkat sebagai anggota kelompok dari enam penasehat.
Kelompok enam pelatih ini dibentuk oleh Khalifah Umar bin Khattab dengan tujuan mencari calon Khalifah baru untuk menggantikannya. Sebelum Umar bin Khattab wafat, ia mengumumkan bahwa salah satu dari enam pelatih tersebut nantinya akan menjabat sebagai khalifah.
Pemilihan enam instruktur tidak sembarangan, tetapi setelah melalui pertimbangan yang matang. Nama-nama yang termasuk dalam enam barisan tersebut adalah Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Talhah, Zubair, Sa’ad bin Abi Waqqash dan Abdurrahman bin Auf.
Karena hal ini cukup penting di mata Khalifah, maka Dewan disarankan untuk memilih calon khalifah dari salah satu anggota dewan itu sendiri dan diputuskan dalam waktu tiga hari setelah pembentukan dewan.
Masalahnya di sini adalah bahwa pengumuman penggantinya dalam hal siapa yang siap untuk dipilih dan diangkat sebagai raja Muslim baru dibuat pada hari Rabu. Dewan Pemilihan juga menerima arahan sebagai berikut:
- Jika pemilihan genap, tiga orang memilih seseorang dan tiga lainnya juga memilih seseorang, mereka harus berkonsultasi dengan Abdullah bin Umar dan mendukung kandidat yang didukungnya.
- Jika dewan tidak setuju dengan kandidat yang didukung oleh Abdullah bin Umar, maka dewan harus memilih kandidat yang didukung oleh Abdurrahman bin Auf.
- Jika dia mendapat sedikit suara tetapi dicurigai, pembangkang harus dipenggal.
Kata-kata Umar bin Khattab menunjukkan keteguhan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan. Metode pemilihannya adalah dengan menimbang semua anggota dari enam kelompok teratas.
Dan dalam proses musyawarah, anggota forum secara aklamasi memilih Abdurrahman bin Auf sebagai ketua forum. Dan tidak ada yang menolak untuk memilih Abdurrahman sebagai ketua tim. Sebaliknya, Abdurrahman sendiri menerima tawaran ini.
Abdurrahman bin Auf-lah yang menyatakan keberatannya menerima posisi itu. Bahkan Abdurrahman berkata, “Demi Allah, daripada aku menerima jabatan itu, lebih baik kamu mengambil pisau lalu menancapkannya di leherku lalu menusuknya hingga menusuk bagian samping”.
Abdurrahman bin Auf diberitahu bahwa dia tidak bisa menjadi Khalifah, sehingga Abdurrahman secara tidak langsung melepaskan haknya dan meninggalkan kelompok enam penasehat tersebut. Oleh karena itu, pemilihan akan dibatasi hanya lima anggota lain yang tidak termasuk dirinya.
Kesimpulan
Pertama, Abdurrahman bin auf lahir 10 tahun setelah tahun gajah 581 M, meninggal pada umur 74 tahun, ia adalah salah seorang dari sahabat Nabi Muhammad saw., yang terkenal dan direkomendasikan masuk surga.
Dia juga enam sahabat Nabi yang ahli Syura. Beliau adalah salah seorang dari delapan orang pertama (Assabiqul awwalun) yang menerima aqidah Islam, yaitu dua hari setelah Abu Bakar Ash- Shiddiq.
Abdurrahman bin auf berasal dari Jurai keturunan Bani zuhrah dan dilahirkan pada tahun 580 M , sepuluh tahun setelah kelahiran Nabi Muhammad saw., ayahnya bernama Auf bin Abdul Auf al- Harith, sedangkan ibunya bernama Siti as-Syifa. Siti as-Syifa sangat gemar memerdekakan budak.
Kedua, posisi Abdurrahman bin Auf di antara Sahabat-sahabat Rasulullah saw yaitu yang pertama Beliau adalah pengusaha yang dermawan, yang meliputi: Kesuksesan Abdurrahman bin Auf dalam berbisnis tidak dapat dilepaskan dari pola-pola manajemen yang dia gunakan dalam menjalankan usahanya.
Abdurrahman bin auf ini terkenal pebisnis yang handal dan selalu mengikuti syariat Islam. Kezuhudannya pada harta dan materi duniawi sudah mansyur dikalangan para sahabatnya. Yang kedua Ketua formatur terpilihnya Utsman bin Affan, dan yang ketiga Abdurrahman bin Auf sebagai pendamping Rasulullah saw.
Ketiga, sumbangan Abdurrahman bin Auf dalam perjuangan membela Islam, yaitu dalam pembinaan masyarakat, seperti banyak memberikan andil dalam pembinaan umat sehingga segala yang dimilikinya baik harta kekayaan maupun tenaga dan fikirannya telah disumbangkan dengan ikhlas demi tegaknya kalimatullah di atas bumi.
Kemudian dalam bidang dakwah Abdurrahman bin Auf diutus oleh Rasulullah SAW, ke Daumatul Jandal untuk menyebarkan ajaran Islam. Serta kontribusinya dalam Perang Badar, Perang Uhud dan Perang Tabuk.