Daftar Puasa Sunnah Sepanjang Tahun
Surau.co – Puasa sunah, merupakan bagian penting dalam praktik ibadah umat Islam yang melampaui kewajiban puasa Ramadhan.
Diantara puasa-puasa sunah yang dianjurkan adalah Puasa Ayyamul Bidh, Puasa Tasu’a, Puasa Syawal, Puasa Tarwiyah, dan Puasa Arafah.
Setiap puasa memiliki karakteristik dan keutamaannya sendiri, memberikan umat Islam peluang untuk mengeksplorasi dimensi spiritual yang lebih dalam dan memperkaya ibadah sehari-hari mereka.
Dengan memahami tata cara, niat, dan keutamaan dari masing-masing puasa sunah, umat Islam dapat memperkukuhkan ikatan spiritual dengan Allah serta meningkatkan kesalehan dalam hidupnya.
6 Puasa Sunnah Selama 1 Tahun
Puasa Ayyamul Bidh
Dalam merinci keutamaan Puasa Ayyamul Bidh, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan nasehat kepada Abu Hurairah untuk tetap mempraktikkan puasa tersebut tanpa meninggalkannya.
Puasa Ayyamul Bidh, yang melibatkan puasa pada hari ke-13, 14, dan 15 setiap bulan kalender Hijriah, memiliki kedudukan istimewa dalam ajaran Islam.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dalam mewasiatkan hal ini kepada Abu Hurairah, secara tidak langsung menekankan pentingnya konsistensi dalam ibadah ini.
Menjalani puasa tersebut bukan hanya sebagai bentuk ketaatan, tetapi juga sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah dan meningkatkan ketakwaan. Kesetiaan terhadap pelaksanaan puasa Ayyamul Bidh menjadi bukti komitmen dalam mendekatkan diri kepada-Nya melalui amal ibadah yang penuh makna.
أَوْصَانِى خَلِيلِى -صلى الله عليه وسلم- بِثَلاَثٍ بِصِيَامِ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَرَكْعَتَىِ الضُّحَى وَأَنْ أُوتِرَ قَبْلَ أَنْ أَرْقُدَ
“Kekasihku –shallallahu ‘alaihi wa sallam- mewasiatkan tiga hal padaku: berpuasa tiga hari setiap bulannya, mengerjakan sholat dhuha dua raka’at dan sholat witir sebelum tidur.” (Muttafaq ‘alaih)
Puasa Tasu’a 1445 Hijriyah
Puasa tasu’a merujuk pada puasa yang dilakukan pada tanggal 9 Muharram. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkomitmen untuk melaksanakan puasa ini.
Namun, sebelum memasuki tahun berikutnya, beliau wafat.
Puasa tasu’a, yang jatuh pada tanggal 9 Muharram, merupakan salah satu praktik ibadah yang diamanahkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Beliau dengan tekad memutuskan untuk menjalankan puasa pada hari tersebut, namun takdir berkata lain ketika sebelum tahun berikutnya tiba, Rasulullah meninggalkan dunia ini.
Meskipun beliau tidak sempat mengamalkan puasa tasu’a pada tahun tersebut, sunnah ini tetap menjadi inspirasi dan pedoman bagi umat Islam yang berusaha meneladani kehidupan Rasulullah dalam setiap aspek ibadah dan perilaku.
حِينَ صَامَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ – إِنْ شَاءَ اللَّهُ – صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ
Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berpuasa pada hari Asyura dan memerintahkan orang agar berpuasa padanya, mereka berkata, “Ya Rasulullah, ia adalah suatu hari yang dibesarkan oleh orang Yahudi dan Nasrani.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Jika datang tahun depan, insya Allah kita berpuasa juga pada hari kesembilan.” Ibnu Abbas berkata, “Maka belum lagi datang tahun berikutnya itu, Rasulullah SAW pun wafat.” (HR. Muslim dan Abu Dawud)
Puasa Asyura 1445 Hijriyah
Puasa Asyura adalah ibadah puasa yang dilakukan pada tanggal 10 Muharram.
Keistimewaan dari pelaksanaan puasa Asyura sangat signifikan, termasuk kemampuannya untuk menghapus dosa-dosa yang dilakukan dalam setahun sebelumnya.
Puasa Asyura, yang dilakukan pada tanggal 10 Muharram, memiliki keutamaan besar dalam konteks keagamaan Islam.
Salah satu keistimewaannya yang paling ditekankan adalah kemampuannya untuk menghapus dosa-dosa yang terakumulasi selama setahun sebelumnya. Konsep ini mengandung makna mendalam bahwa pelaksanaan puasa Asyura bukan hanya sebagai rutinitas ibadah, melainkan juga sebagai sarana pembersihan spiritual.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan perhatian khusus pada hari tersebut, menekankan pentingnya kesempatan untuk membersihkan diri dari dosa-dosa dan kembali kepada jalan yang benar.
Dalam pandangan Islam, puasa Asyura bukan hanya tentang menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga tentang refleksi, tobat, dan peningkatan spiritual dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah.
سُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ فَقَالَ يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ
Rasulullah ditanya tentang puasa asyura, beliau menjawab, “dapat menghapus dosa setahun sebelumnya.” (HR. Muslim)
Puasa tasu’a dan asyura merupakan bagian dari puasa pada bulan Muharram yang merupakan puasa sunnah paling utama setelah puasa Ramadhan. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ
Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadhan adalah (berpuasa) di bulan Allah, Muharam. (HR. Muslim)
Puasa Syawal 1445 Hijriyah
Puasa Syawal merupakan ibadah puasa selama enam hari di bulan Syawal, dengan pelaksanaan yang paling ditekankan pada awal bulan, yakni tanggal 2 hingga 7 Syawal.
Keutamaan dari puasa Syawal sangat luar biasa, di mana melibatkan pelaksanaannya setelah selesai bulan Ramadhan. Menjalankan puasa Syawal dianggap setara dengan berpuasa sepanjang tahun penuh.
Puasa Syawal, yang terdiri dari enam hari di bulan Syawal, menjadi sebuah amalan yang ditekankan untuk dilakukan pada awal bulan, khususnya tanggal 2 hingga 7 Syawal.
Keutamaan dari pelaksanaan puasa Syawal sungguh luar biasa, terutama karena dilakukan sebagai kelanjutan dari ibadah puasa Ramadhan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan bahwa menjalankan puasa Syawal setelah puasa Ramadhan memiliki nilai pahala setara dengan berpuasa sepanjang tahun penuh.
Dengan kata lain, puasa ini memberikan peluang kepada umat Islam untuk memperoleh ganjaran pahala yang besar, sekaligus menunjukkan kesyukuran atas nikmat bulan suci Ramadhan yang telah berlalu.
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
“Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadhan, kemudian mengikutinya dengan enam hari di bulan Syawal, maka ia seperti berpuasa setahun” (HR. Muslim)
Puasa Tarwiyah 1445 Hijriyah
Puasa Tarwiyah adalah ibadah puasa yang dilakukan pada tanggal 8 Dzulhijjah.
Dalam fatwa Lajnah Daimah disebutkan mengenai puasa tarwiyah dengan menyatakan bahwa “tidak ada masalah.”
Oleh karena itu, puasa tarwiyah diakui bukan sebagai bid’ah, bahkan menurut ulama resmi Kerajaan Arab Saudi.
Pandangan ini menjelaskan bahwa ketika bulan sabit atau hilal terlihat lebih awal di Mekah dibandingkan dengan negara lain, terjadi perbedaan tanggal.
Sebagai contoh, jika tanggal 9 di Mekah, maka posisinya bisa menjadi tanggal 8 di negara lain.
Dalam konteks ini, penduduk negara tersebut memutuskan untuk menjalankan puasa pada tanggal 9 sesuai dengan kalender setempat, yang sejalan dengan tanggal 10 di Mekah.
Pandangan ini dianggap kuat, karena didasarkan pada hadis Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menyarankan untuk memulai puasa ketika melihat hilal dan menghentikannya ketika melihat hilal kembali.
Puasa Arafah 1445 Hijriyah
Puasa Arafah adalah ibadah puasa yang dilakukan pada tanggal 9 Dzulhijjah.
Keistimewaan dari pelaksanaan puasa Arafah sangat besar, di mana puasa ini memiliki potensi untuk menghapus dosa-dosa yang dilakukan dalam setahun sebelumnya dan setahun setelahnya
Puasa Arafah, yang dilakukan pada tanggal 9 Dzulhijjah, menandai momen penting dalam ibadah haji.
Keutamaannya yang luar biasa tidak hanya terbatas pada pahala dosa yang dihapuskan selama setahun sebelumnya dan setahun setelahnya, tetapi juga melibatkan aspek spiritual yang mendalam.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menekankan keagungan puasa Arafah, mengingatkan umat Islam akan potensi besar untuk mendapatkan ampunan dan rahmat Allah pada hari tersebut.
Oleh karena itu, menjalankan puasa Arafah menjadi peluang emas untuk mendekatkan diri kepada-Nya, merenungkan perbuatan serta kesalahan, serta berharap atas keberkahan dan ampunan-Nya.
وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ فَقَالَ يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ
Rasulullah ditanya tentang puasa hari Arafah, beliau bersabda: “Menghapuskan dosa satu tahun yang lalu dan satu tahun yang akan datang.” (HR. Muslim)
Secara keseluruhan, puasa-puasa sunah seperti Puasa Ayyamul Bidh, Puasa Tasu’a, Puasa Syawal, Puasa Tarwiyah, dan Puasa Arafah adalah bagian integral dari praktik ibadah dalam agama Islam.
Setiap puasa memiliki keutamaan dan hikmah tersendiri, menciptakan kesempatan bagi umat Islam untuk mendekatkan diri kepada Allah, membersihkan diri dari dosa, serta meraih pahala dan ampunan-Nya.
Kesadaran akan nilai-nilai spiritual dan ketaatan terhadap anjuran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam menjalankan ibadah puasa sunah menjadi landasan untuk mengejar keberkahan dan kebaikan dalam kehidupan sehari-hari.