Surau.co -Sebagai seorang suami, Rasulullah SAW menjadi suri tauladan bagi umat manusia, khususnya bagi suami yang tengah menjalin bahtera rumah tangga. Akhlak Rasulullah yang mulia menjadi kunci harmonisnya kehidupan berkeluarga. Dalam berbagai riwayat diceritakan bahwa Rasulullah dikenal sebagai suami yang romantis pada istri-istrinya, dan ayah yang penuh kasih sayang kepada anak-anaknya.
Akhlak ini dilakukan dengan cara sederhana dan lembut. Pun dalam mengekspresikan perasaan cinta, disampaikan dengan cara-cara yang membuat hati senang. Ini menjadi cerminan dari hati yang bersih, sehingga orang yang berada di dekat Rasulullah nyaman.
Rasulullah bahkan meminta umat Muslim untuk berbuat baik pada istri, sebagaimana yang baginda sabdakan: “Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang paling baik akhlaknya, dan orang yang paling baik di antara kalian ialah yang paling baik terhadap istrinya.” Sabda ini tak sekadar beliau ucapkan, tapi juga Rasulullah praktikkan. Denan sikap yang lembut inilah, perempuan akan merasa lebih disayang, dihargai, dihormati, dan dimuliakan. Bukan dengan perlakuan atau gombalan yang berlebihan.
Kelembutan bisa ditunjukkan melalui kata-kata. Semisal, Rasulullah memanggil Aisyah dengan panggilan ya Humaira, suatu panggilan sayang khusus yang memiliki arti kemerah-merahan. Ini dilatarbelakangi karena Aisyah ketika dia malu, kulit putihnya akan terlihat kemerahan. Panggilan khas ini membuat siapapun istri akan merasa tersanjung oleh suaminya.
Kelembutan dalam perkataan juga tercermin ketika terjadi perselisihan sehingga menimbulkan kemarahan. Ketika istri Rasulullah marah, Rasulullah tak meninggikan ego yang membuat pertengkaran jadi hebat. Malah Rasulullah memilih untuk menggoda istri, seperti memijit hidung Aisyah; dan mendoakan istri agar tak marah dengan berlebihan. Doa ketika marah tersebut sebagaimana diriwayatkan oleh Sayyidah Aisyah RA: “Ya Allah, Tuhan Muhammad, ampunilah dosaku, hilangkanlah kemarahan di hatiku dan selamatkanlah aku dari fitnah yang menyesatkan.”
Selain kata-kata kelembutan juga bisa diwujudkan dengan sikap mau membantu pekerjaan istri di rumah. Saat Rasulullah tidak sedang berdakwah atau bekerja, kegiatan yang dilakukan oleh Rasulullah adalah membantu pekerjaan istri di rumah. Teruatama pekerjaan-pekerjaan dalam ranah domestik, seperti mencuci pakaian, memperbaiki sandal, menjahit baju, dan mengangkat air dalam ember. Ringan tangan ini penting bagi suami untuk menunjukkan kasih sayangnya pada istri.
Riwayat yang sering diceritakan adalah kisah antara Nabi Muhammad SAW dan Aisyah Radiyallahu Anhu, mereka menikah ketika Aisyah masih muda. Aisyah menjadi istri yang sangat disayangi oleh Nabi dan sangat menghargai Aisyah. Seperti saat pulang larut malam, Rasulullah rela tidur di depan pintu rumah karena tak tega membangunkan Aisyah. Kisah terkenal lain saat bercanda ketika melaksanakan lomba lari bersama.
Suatu hari, Aisyah pernah mengalahkan Rasulullah Muhammad SAW dalam lomba lari. Setelah beberapa tahun kemudian, Rasulullah baru membalas kekalahan tersebut. Alkisah, Rasulullah SAW ditemani Aisyah RA dan sahabat melakukan perjalanan, Rasulullah meminta para sahabat agar berjalan terlebih dahulu. Ketika dekat dengan Aisyah, Rasul menawarkan Aisyah melakukan lomba lari.
“Kuajak kau adu cepat lari, ayo, kemarilah,” kata Rasulullah. Sebab waktu itu Aisyah tubuhnya masih kecil, geraknya gesit, lincah, dan luwes, Aisyah bisa dengan mudah mengalahkan Rasulullah.
Tahun demi tahun pun berjalan, Aisyah masih setia menemani Rasulullah dalam suatu perjalanan. Rasulullah pun menantang Aisyah lagi untuk melakukan lomba lari dengah kata-kata yang sama. Ketika diajak, Aisyah pun tidak percaya diri karena badannya telah berubah lebih gemuk, geraknya tak lagi lincah, dan gesit sebagaimana mudanya. “Ya Rasulullah, bagaimana aku bisa melakukan adu cepat denganmu, sedangkah badanku seperti ini?” tanya Aisyah sambil tersenyum. Rasulullah pun tetap meminta Aisyah untuk lomba lari berdua. “Lakukan, ayo!”
Aisyah pun bisa menebak hasil lomba, karena suaminya lebih ramping dan gesit dalam beregerak. Meskipun dalam lomba lari tersebut, Aisyah telah berusaha sunggung-sungguh. Di akhir lomba, Aisyah malah merasa bahagia, dan berkata kepada Rasulullah, “Aku tak bisa mengalahkanmu sekarang.”
Ketika memenangkan lomba lari tersebut, Rasulullah berkata pada Aisyah. “Ini balasan yang dulu.” Kemudian salah seorang sahabat mengatakan, “Rasulullah, Anda bergurau dengan kami?” Dan Rasulullah menjawab, “Aku hanya manusia seperti kalian. Wajar jika aku bergurau dengan kalian.” (Hadits Mursal)
Dengan bekal tersebut, Nabi Muhammad SAW bisa membentuk dan mempertahankan rumah tangga dengan penuh kasih sayang. Kelembutan itu juga ditunjukkan dengan bertiduran di pangkuan istri. Dalam sebuah HR Abu Dawud 9nomor 227), HR Bukhari (nomor 288), HR Muslim (nomor 454), HR Ahmad (nomor 24442), dan HR Ibnu Majah (nomor 626) diriwayatkan oleh Sayyidah Aisyah RA: “Dahulu Raulullah sAw meletakkan kepalanya di pangkuanku kemudian membaca (Alquran) sedangkan aku dalam keadaan haid.”
Selain duduk di pangkuan istri, Rasulullah SAW menunjukkan keromantisan dan cintanya dengan membelai istri, hingga mengizinkan istri untuk menyisir rambut Rasulullah, hingga mandi bersama. Sayyidah Aisyah meriwayatkan: “Dahulu aku mandi junub bersama Rasulullah SAW dari satu bejana di mana tangan kami bergantian (mengambil air) di dalamnya.” (HR Bukhari, Muslim, dan Ibnu Hibbah), dengan riwayat tambahan, “Sedangkan tangan kami (Aisyah dan Rasulullah) saling bersentuhan.”
Baca juga: Kisah Sahabat Utsman Melihat Dosa Orang Lain