Tak Berkategori  

Cerita Gus Dur dan Rumah Sewaan di Australia

Google News
Gus Dur dan Rumah Sewaan di Australia
Gus Dur dan Rumah Sewaan di Australia

Pada tahun 1991-an Gus Dur beserta istrinya pergi ke Australia guna menghadiri undangan ceramah akademik di Universitas Melbourne, Australia. Fachry Ali seorang pengamat sosial politik memiliki cerita menarik tentang Gus Dur ketika menempati rumah sewaannya di sana.

Sebelum Gus Dur tiba di Australia, Fachry Ali mencarikan persewaan rumah terlebih dahulu atas saran Mohamad Shobari. “Kamu harus cari rumah besar, Gus Dur akan datang, kasihan kalau beliau nanti diinapkan di asrama” begitulah kata Ahmad Shobari terhadap Fachry Ali.

Tanpa pikir panjang Fachry Ali bersama Mohammad Shobari dengan berjalan kaki di musim dingin bergegas mencari persewaan rumah yang layak dan nyaman.

            Akhirnya, mereka pun mendapatkan persewaan rumah dengan empat kamar yang berada di 31 Cambro Road, Clayton, Melbourne. Rumah tersebut memiliki halaman depan maupun belakang yang cukup luas, terdapat pula pohon apel dan peer di sekitar rumah tersebut.

Mohammad Shobari tidak mendapatkan kesempatan untuk bertemu Gus Dur di Australia dikarenakan ia harus segara pulang ke Indonesia.

Cerita Gus Dur dan Rumah Sewaan di Australia
Cerita Gus Dur dan Rumah Sewaan di Australia

            Ketika Gus Dur beserta istrinya sampai di Asutralia langsung menempati rumah sewaan tersebut yang berada di dekat kampus Monash selama tiga pekan. Selama berada di rumah sewaan, Fachry Ali mendapati tiga kesan atau cerita tersendiri mengenai Gus Dur.

Kisah yang pertama, ia mendengar ungkapan seorang Administrator Centre Of Southeast Asian Studies, Monash University, yang mengatakan “I give him seven stars”, ungkapannya tersebut ditunjukan atas kualitas keilmuan yang dimiliki Gus Dur.

“Semakin tinggi ilmu seseorang, maka semakin besar rasa toleransinya.”

Quotes Gus Dur

Kedua, berkat Gus Dur dan istrinya tinggal di rumah sewaan tersebut, tamu pada berdatangan silih berganti hampir setiap malam dengan jumlahnya lebih dari 15 orang. Termasuk Greg Barton dan Greg Fealy menjadi tamu Gus Dur. Kareen sempat memberikan A$ 100 kepada Fachry Ali sebagai biaya makanan maupun minuman untuk menyuguhi para tamu.

Ketiga, ketika tidak tamu, Gus Dur mengajak Fachry Ali untuk menyewa film. “Ry, ayo kita sewa film.” Ajakan Gus Dur kepada Fachy. Berangkatlah Gus Dur dengan Fachry ke tempat penyewaan film.

Di sana Gus Dus yang memilih sendiri filmnya yang hendak disewa. Ketika menonton, biasanya Fachry hanya menemai Gus Dur sampai jam 1 pagi. Ia pamit tidur dulu, sedangkan Gus Dur sendirian melanjutkan nonton filmnya.

[wpsm_ads2]

Keempat, Fachry dan Gus Dur pergi ke kampus untuk mengahadiri acara menaiki mobil Chrysler Kuning miliknya. Gus Dur selalu berkomentar ketika sudah duduk di dalam mobil.

“Saya kalau naik mobil Fachry kayak bangsawan Jawa.” Fachry hanya tertawa mendengar ungkapan yang berbau humor tersebut. Sambil menyetir, Fachry melirik Gus Dur yang terlihat sedang memegang ujung seatbelt dengan tangan kirinya ke bawah, sebab seatbeltnya terlalu pendek. “Harus pegang keris terus ya ?”, komentar Fachry yang tadi sempat melirik Gus Dur, disambil diikuti gelak tawa oleh keduanya.

Itulah yang dimaksud “Kayak bangsawan Jawa” yang tadi diungkapkan oleh Gus Dur. Sesampainya di kampus, Gus Dur dan Fachry Ali berpisah sesuai jadwal acaranya masing-masing. Sorenya ketika Fachry pulang ke rumah sewaan mendapati Gus Dur sedang menonton televisi.

Kunci rumah ada dua, jadi satunya saya bawa dan satunya lagi di bawa Gus Dur. Fachry pun langsung berjalan menuju dapur untuk mencuci piring. Ketika sudah sampai di dapur, ia justru melihat piring-piring sudah dicuci bersih serta masih ada tetesan airnya. Fachry lansung pergi meninggalkan dapur untuk ke ruang tamu.

Baca Juga: Gus Dur Sudah Jadi Presiden, Hanya Punya 2 Jas Kusut

Sekilas melihat Gus Dur tersenyum seakan-akan berkata “Enggak usah repot-repot cuci piring, sudah saya lakukan sebelum kamu pulang”. Fachry pun ikut tersenyum. Delapan tahun kemudian tidak ada yang menyangka jika Gus Dur menjadi presiden. Mestinya piring-piring yang dicuci Gus Dur disimpan hingga saat ini, tetapi sekali lagi siapa yang menyangka kalau Gus Dur bakal jadi presiden, ungkap Facrhy.