Abdullah bin Rawahah adalah seorang penulis dan penyair ulung. Ibnu Rawahah berasal dari Bani Kharaj di Madinah. Banyak penduduknya yang masih buta huruf dan hanya sedikit saja yang bisa baca tulis. Banyak orang mengagumi syair ciptaan Ibnu Rawahah. Untaian kata syair-syairnya amat memesona
Ibnu Rawahah juga mahir dalam membuat puisi indah yang menggambarkan Islam. Untaian syair-syairnya begitu kuat dan indah didengar. Ibnu Rawahah termasuk dari duabelas orang pertama yang menyatakan keislaman dari kalangan Anshar sebelum terjadinya Hijrah (Bai’at Aqabah Pertama). Ibnu Rawahah juga mengikuti Bai’at Aqabah Kedua bersama dengan 73 orang lainnya. Sejak memeluk Islam, ia membaktikan kemampuan bersyairnya untuk mengabdi bagi kejayaan Islam. Rasulullah sangat menyukai dan menikmati syair-syairnya serta sering menganjurkan kepadanya untuk lebih tekun lagi membuat syair.
Pada suatu hari, Rasulullah sedang duduk bersama para sahabat, tiba-tiba datanglah Abdullah bin Rawahah. Lalu Nabi bertanya kepadanya, “Apa yang kau lakukan jika hendak mengucapkan syair?”
Ibnu Rawahah menjawab, “Kurenungkan dulu, kemudian baru kuucapkan.”
Ibnu Rawahah kemudian mengucapkan syair tanpa pikir panjang. “Wahai putra Hasyim, sungguh Allah telah melebihkanmu dari seluruh manusia dan memberimu keutamaan di mana orang lain takkan iri. Dan sungguh aku menaruk firasat baik yang kuyakini pada dirimu. Suatu firasat yang berbeda dengan pandangan hidup mereka. Seandainya engkau bertanya dan meminta pertolongan kepada mereka untuk memecahkan persolan, tidaklah mereka hendak menjawab atau membela. Karena itu Allah mengukuhkan kebaikan dan ajaran yang engkau bawa. Sebagaimana ‘Dia’ telah mengukuhkan dan memberi pertolongan kepada Musa.”
Mendengar itu, Rasulullah gembira dan ridha kepadanya. Beliau bersabda, “Dan kamu pun akan diteguhkan Allah.”
Ketika Rasulullah sedang thawaf di Baitullah pada Umrah Qadha, Ibnu Rawahah berada di depan beliau sambil bersyair, “Oh Tuhan, kalaulah tidak karena Engkau, niscaya kami tidaklah akan mendapat petunjuk, tidak akan bersedekah dan shalat. Maka mohon turunkan sakinah atas kami dan teguhkan pendirian kami jika musuh datang menghadang. Sesungguhnya orang-orang yang telah aniaya terhadap kami, bila mereka membuat fitnah, akan kami tolak dan kami tentang.”
Suatu ketika Abdullah bin Rawahah sangat berduka dengan turunnya ayat, “Dan para penyair, banyak pengikut mereka orang-orang sesat.” (QS Asy-Syu’ara: 224).
Namun kedukaannya terhibur dengan turunnya ayat lain, “Kecuali orang-orang (penyair) yang beriman, beramal saleh, banyak ingat kepada Allah, dan menuntut bela sesudah mereka dianiaya.” (QS Asy-Syu’ara: 227).
Ketika kaum Muslimin terjun ke medan perang demi membela kalimat Allah, Abdullah bin Rawahah turut tampil membawa pedangnya ke medan tempur Badar, Uhud, Khandaq, Hudaibiyah, dan Khaibar. Ia menjadikan kalimat syairnya sebagai slogan perjuangan. “Wahai diri! Seandainya kamu tidak tewas terbunuh dalam perang, maka kamu akan mati juga!”
Baca juga: Abdullah bin Mas’ud Menghentak bani Quraisy dengan Suara Emasnya