Rasulullah pernah berpesan kepada para sahabat agar mencontoh cara Abdullah bin Mas’ud membaca Alquran. “Barang siapa yang ingin mendengar Alquran tepat seperti diturunkan, hendaklah dia mendengarkan dari Ibnu Ummi Abd. Barang siapa yang ingin membaca Alquran tepat seperti diturunkan, hendaklah dia membacanya seperti bacaan Ibnu Ummi Abd,” kata Rasulullah.
Nabi Muhammad sangat menyukai bacaan Alquran dari lisan Abdullah bin Mas’ud. Suatu hari, dia memanggil Abdullah bin Mas’ud dan memintanya untuk membacakan Alquran.
Abdullah bin Mas’ud sempat menolak karena merasa tak pantas jika membacakan Alquran untuk Rasulullah. Namun, Rasulullah mengatakan dia ingin mendengar bacaan Alquran dari lisan orang lain.
Ibnu Mas’ud akhirnya menuruti permintaan Rasulullah. Ibnu Mas’ud membacakan surah An-Nisa ayat 41-42. Mendengar bacaan Abdullah bin Mas’ud, Rasulullah tidak dapat menahan tangisnya hingga air matanya menetes. Rasulullah lalu memberikan isyarat kepada Ibnu Mas’ud dengan tangan agar menghentikan bacaannya.
Abdullah bin Mas’ud bukan hanya sekedar qari’ (ahli baca Al-Qur’an) terbaik, atau seorang yang sangat alim atau zuhud. Namun ia juga seorang pemberani, kuat dan teliti. Bahkan dia seorang pejuang (mujahid) terkemuka. Dia tercatat sebagai Muslim pertama yang memabacakan Al-Qur’an dengan suara merdu dan lantang.
Pada suatu hari para sahabat Rasulullah berkumpul di Makkah. Mereka berkata, “Demi Allah, kaum Quraisy belum pernah mendengar ayat-ayat Al-Qur’an yang kita baca di hadapan mereka dengan suara keras. Siapa kira-kira yang dapat membacakannya kepada mereka?”
“Aku sanggup membacakannya kepada mereka dengan suara keras,” kata Abdullah.
“Tidak, jangan kamu! Kami khawatir jika kamu yang membacakannya. Hendaknya seseorang yang punya keluarga yang dapat membela dan melindunginya dari penganiayaan kaum Quraisy,” jawab mereka.
“Biarlah, aku saja. Allah pasti melindungiku,” kata Ibnu Mas’ud tak gentar.
Keesokan harinya, kira-kira waktu Dhuha, ketika kaum Quraisy sedang duduk-duduk di sekitar Ka’Baha Ad-Daulah. Ibnu Mas’ud berdiri di Maqam Ibrahim, lalu dengan suara lantang dan merdu dibacanya surah Ar-Rahman ayat 1-4.
Bacaan Abdullah yang merdu dan lantang itu kedengaran oleh kaum Quraisy di sekitar Ka’bah. Mereka terkesima saat mendengar dan merenungkan ayat-ayat Allah yang dibaca Abdullah. Kemudian mereka bertanya, “Apakah yang dibaca oleh Ibnu Ummi Abd?”
“Sialan, dia membaca ayat-ayat yang dibawa Muhammad!” kata mereka begitu tersadar. Lalu mereka berdiri serentak dan memukuli Ibnu Mas’ud. Namun Ibnu Mas’ud meneruskan bacaannya hingga akhir surah. Ia lalu pulang menemui para sahabat dengan muka babak belur dan berdarah.
“Inilah yang kami khawatirkan terhadapmu,” kata mereka.
“Demi Allah. Bahkan sekarang musuh-musuh Allah itu semakin kecil di mataku. Jika kalian menghendaki, besok pagi aku akan baca lagi di hadapan mereka.” kata Ibnu Mas’ud
Abdullah bin Mas’ud hidup hingga masa Khalifah Utsman bin Affan memerintah. Ketika ia hampir meninggal dunia, Khalifah Utsman datang menjenguknya. “Sakit apakah yang kau rasakan, wahai Abdullah?” tanya khalifah.
“Dosa-dosaku,” jawab Abdullah.
“Apa yang kau inginkan?”
“Rahmat Tuhanku.”
“Tidakkah kau ingin supaya kusuruh orang membawa gaji-gajimu yang tidak pernah kau ambil selama beberapa tahun?” tanya Khalifah
“Aku tidak membutuhkannya,” kata Abdullah.
“Bukankah kau mempunyai anak-anak yang harus hidup layak sepeninggalmu?” tanya Utsman.
“Aku tidak khawatir. Aku menyuruh mereka membaca surah Al-Waqi’ah setiap malam. Karena aku mendengar Rasulullah bersabda, ‘Barangsiapa yang membaca surah Al-Waqi’ah setiap malam, dia tidak akan ditimpa kemiskinan selama-lamanya!’” jawab Ibnu Mas’ud
Ibnu Mas’ud wafat pada tahun 652 Masehi dikarenakan usia tua dan dimakamkan di pemakaman Baqi, Madinah. Ia meninggal di Madinah, dua tahun sebelum Utsman bin Affan meninggal.
Baca juga: Abdullah bin Umar Enggan Berpolitik & Menolak Menjadi Khalifah