Surau.co – Ismail Raji Al-Faruqi lahir pada tanggal 1 Januari 1921 di Jaffa, Palestina. Ayahnya dikeetahui merupakan seorang qodi di palestina. Sederet kisah tengan Ismail Raji Al-Faruqi dapat kita temui dalam berbagai persepktif.
Namun pada pembahasan ini akan difokuskan pada biografi yang nantinya akan memuat latar belkang kehidupan, pemikiran, kontribusi dan juga karya-karyanya. Agar tidak panjang lebar, mari kita lanjut ke pembahasan saja.
Latar Belakang Kehidupan Ismail Raji Al-Faruqi
Sejak kecil, Ismail Raji memang sudah di perkenalkan dengan imu pengetahuan mulai dari sekolah madrasah di desa kelahirannya (college des ferese), Libanon yang menggunakan bahasa Perancis sebagai bahasa pengantarnya, predikat sarjana muda diperolehnya dari Amerika University, Beirut jurusan Filsafat pada tahun 1941
Ismail Raji Al-Faruqi pernah menjadi pegawai negeri selama empat tahun di Palestina yang ketika itu masih dalam status mandat Inggris. Karir birokrasi Ismail Raji Al-Faruqi pernah mencapai jabatan sebagai gubenur di Galilela, Palestina pada usia 24 tahun. Namun jabatan ini tidak lama karena pada tahun 1947 propinsi tersebut jatuh ke tangan Israel, sehingga ia pindah ke Amerika serikat pada tahun 1948.
Pada tahun 1949, Ismail Raji al-Falki melanjutkan studinya di universitas-universitas India hingga memperoleh gelar master dalam bidang filsafat. Dua tahun kemudian, ia memperoleh gelar master kedua di bidang yang sama dari Universitas Harvard.
Pada tahun 1952 ia menerima gelar PhD (Ph.D., di D, University of India, menerbitkan risalah berjudul “On the Correction of God: Metaphysics and Epistemology of Values”, tetapi apa yang dicapainya tidak memadai, sehingga ia pergi ke Mesir. untuk belajar Islam di Universitas Al-Azhar di Kairo.
Ismail Raji Al-Faruqi mulai mengajar di Universitas Magill di Kanada pada tahun 1959. Dari tahun 1961 hingga 1963 ia pindah ke Karachi, Pakistan, di mana ia berpartisipasi dalam kegiatan Institut Islam Pusat dan jurnalnya, Studi Islam. Pada tahun 1968 ia pindah ke Philadelphia, Temple University sebagai profesor agama dan mendirikan Pusat Studi Islam.
Kehidupan Ismail al-Faruki berakhir tragis setelah dibunuh oleh seorang pembunuh di rumahnya di Philadelphia pada 27 Mei 1986. Beberapa pendukung menduga pembunuhan itu dilakukan oleh Zionis Yahudi karena proyek intensif untuk mempromosikan Islam di Ismail Raj al-Farki.
Pokok-Pokok Pemikiran Pendidikan Ismail Raji Al-faruqi
Diantaranya pemikiran Imail Raji Al-Faruqi yang terpenting adalah:
1. Tauhid
Tema pemikiran Islam yang paling penting dan sentral adalah pemurnian tauhid, karena nilai Islam adalah keunikan Allah SWT yang dikemas dalam dogma. Upaya penyucian Tauhid ini juga banyak dilakukan oleh para ulama terdahulu, di antaranya gerakan Wahhabi yang dipimpin oleh Muhammad bin Abdul Wahab.
Menurutnya, idiom “tauhid” mengandung dua makna, yang pertama adalah “nafi” (negatif) dan yang kedua adalah itsbat (positif) laa ilaaha (tidak ada tuhan yang berhak disembah) artinya tidak ada apa; illallah (kecuali Allah) berarti benar dan layak disembah hanya Allah Yang Maha Esa dan tidak ada sekutu bagi-Nya dan dengan jelas dalam bukunya Kitab At-Tauhid dia mengacu pada setiap takhayul, setiap bentuk sihir, mengenai penulisnya atau penggunaannya untuk penghindaran sebagai melanggar tauhid.
Namun tauhid tidak hanya diakui dengan bahasa dan komitmen keesaan Allah dan Nabi Muhammad SAW. Meskipun komitmen dan keyakinan Muslim mengarah pada beberapa aturan hukum di dunia ini, tauhid, sumber kebahagiaan dan kesempurnaan manusia yang abadi, tidak terbatas pada kata-kata, ucapan, dan kata-kata belaka. Selanjutnya, tauhid juga harus menjadi realitas batin dan iman yang berkembang di dalam.
Tauhid juga merupakan prinsip fundamental dari semua aspek kehidupan manusia, ditunjukkan dengan pernyataan kebenaran universal tentang pencipta dan penjaga alam semesta.
Tauhid sebagai pelengkap bagi manusia pandangan baru tentang alam semesta, manusia, pengetahuan dan moralitas, serta dimensi dan makna baru bagi kehidupan manusia, yang ditujukan untuk objektivitas dan pengaturan manusia terhadap hak-hak khusus untuk mencapai perdamaian, keadilan, persamaan dan kebebasan dalam kehidupan. Dunia.
Bagi AI-Faruqi sendiri, esensi peradaban Islam adalah Islam itu sendiri, dan esensi Islam adalah tauhid atau keesaan Tuhan, suatu tindakan penegasan bahwa Allah adalah Yang Esa.
Tauhid adalah memberikan identitas peradaban Islam yang mengikat seluruh elemennya menjadi satu dan menjadikan elemen-elemen tersebut sebagai satu kesatuan organis dan integral yang disebut peradaban. Makna tauhid melibatkan pemahaman empat prinsip dasar, yaitu:
Rukun tauhid yang pertama adalah pembuktian bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, ini berarti bahwa realitas adalah handa, yaitu terdiri dari tingkat alam atau ciptaan dan berada pada tingkat transendental atau ciptaan.
Prinsip kedua, yaitu bukti bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, ini berarti bahwa Allah adalah Tuhan segala sesuatu bukan Tuhan. Dia adalah pencipta atau penyebab sesuatu selain Tuhan. Dia adalah pencipta atau penyebab pertama dan tujuan akhir dari segala sesuatu, bukan Tuhan.
Prinsip tauhid yang ketiga adalah bahwa Tuhan adalah tujuan akhir alam semesta, yang berarti bahwa manusia memiliki hak untuk menentukan nasib sendiri, bahwa alam semesta dapat mengontrol atau menerima manusia, dan bahwa tindakan manusia dapat ditundukkan oleh alam dengan tindakan yang membungkam alam, yang berbeda dari tujuan moral alam semesta agama.
Prinsip tauhid keempat adalah bahwa manusia mampu dan bebas untuk tidak berbuat. Kemandirian ini membuat orang bertanggung jawab atas segala tindakannya. Keempat prinsip di atas terangkum oleh Ismail Raji Al-Faruqi dalam beberapa pengertian, yaitu.
- Dualitas, yaitu realitas terdiri dari dua jenis: Tuhan dan non-Tuhan; Makhluk dan makhluk hidup. Tipe pertama hanya memiliki satu anggota, yaitu Allah SWT. Dia sendiri adalah Tuhan yang kekal, pencipta transenden. Tidak ada yang seperti Dia. Yang kedua adalah tatanan ruang waktu, pengalaman, dan penciptaan. Ini mencakup semua makhluk, dunia benda, tumbuhan dan hewan, manusia, jin dan malaikat, dll.
Kedua jenis realitas, yaitu khaliq dan makhluk, berbeda secara radikal baik dalam bentuk dan ontologinya maupun dalam keberadaan dan kariernya.
- Idealisme adalah hubungan antara dua tatanan realitas ini. Titik acuannya pada manusia adalah pemahaman. Pengetahuan digunakan untuk memahami kehendak Tuhan melalui pengamatan dan atas dasar kreatif. Kehendak penguasa harus diwujudkan dalam ruang dan waktu, berpartisipasi dalam aktivitas dunia dan membawa perubahan yang diinginkan.
Sebagai prinsip pengetahuan, tauhid adalah pengakuan bahwa Tuhan itu ada dan itu Esa. Pengakuan bahwa kebenaran dapat diketahui yang mampu diwujudkan manusia. Skeptisisme yang menyangkal fakta ini adalah kebalikan dari monoteisme. Sedangkan sebagai prinsip metodologis, tauhid terdiri dari tiga prinsip: pertama, menyanggah segala sesuatu yang tidak berhubungan dengan realitas; kedua, penolakan terhadap kontradiksi alam; ketiga, terbuka terhadap bukti baru dan/atau kontradiktif.
Memang, implikasi Tauhid bagi teori sosial memunculkan konsep ummah, yang merupakan kumpulan warga yang organik dan koheren yang tidak dibatasi oleh tanah kelahiran, kebangsaan, atau ras.Suku, budaya populer, totalitas dan tanggung jawab untuk hidup bersama, tetapi juga Untuk kehidupan sosial, kehidupan pribadi setiap orang sangat diperlukan bagi setiap orang untuk mewujudkan kehendak Tuhan dalam ruang dan waktu.
Dengan demikian, pentingnya tauhid bagi Ismail Raji Al-Faruqi sama dengan pentingnya Islam itu sendiri. Tanpa Tauhid, tidak hanya Sunnah Nabi/Rasul akan dipertanyakan dan perintah-perintah-Nya mengguncang posisinya, resep Nabi sendiri akan dihancurkan.
Keraguan serupa akan muncul dalam pesan-pesan mereka, karena ketaatan pada prinsip Tauhid adalah pedoman dari semua ketakwaan, religiusitas dan kebaikan. Itu wajar jika
Allah SWT dan Rasul-Nya telah menempatkan Tauhid pada derajat yang tertinggi dan menjadikannya tujuan yang baik dan pahala yang paling besar.
Karena pentingnya Tauhid bagi Islam, ajaran Tauhid harus terwujud dalam semua aspek kehidupan dan menjadi dasar kebenaran Islam.
Pandangan dunia bagi Ismail Raji Al-Faruqi tentang tauhid sebenarnya dilandasi oleh keinginan untuk memperbaharui dan memperbaharui ide-ide orisinal para pembaharu Salafiyah, seperti: Muhammad ibn Abdul Wahab, Muhammad Idris As-Sanusi, Hasan Albanna, dll.
Ada tiga prinsip dasar yang digunakan oleh beliau, yaitu: pertama, keadaan kaum muslimin dunia tidak bahagia, kedua, ucapan bahwa “Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum kecuali mengubah dirinya sendiri” (QS. 13-12 ) juga merupakan ketentuan sejarah. Ketiga, umat Islam di dunia tidak akan dapat bangkit kembali dalam wasathan ummah jika kembali kepada Islam yang telah memberikannya proporsi yang tepat empat belas abad yang lalu, beserta watak dan sifat-sifatnya.
Kemuliaan Ismail Raji Al-Faruqi selama berabad-abad, menjadi dasar ontologi dan epistemologi pemikiran pendidikan Islamnya. Selanjutnya berdasarkan pemikiran tauhid ini, maka gagasan Al-Faruqi dalam kaitannya dengan Islamisasi ilmu mengacu pada karyanya The Islamization of knowledge: general principles and a work plan (1986).
Hingga sejauh ini kategori-kategori metodologi Islam yaitu ketunggalan umat manusia, keterkaitan umat manusia dan penciptaan alam semesta dan ketundukan manusia kepada Tuhan, harus mengganti kategori-kategori Barat dengan menentukan persepsi dan susunan realita.
Dalam rangka membentangkan gagasannya tentang bagaimana Islamisasi itu dilakukan, Ismail Raji Al-Faruqi menetapkan lima sasaran dari rencana kerja Islamisasi, yaitu:
1. Menguasai disiplin-disiplin moderen
- Menguasai khazanah Islam
- Menentukan relevensi Islam yang spesifik pada setiap bidang ilmu pengetahuan moderen
- Mencari cara-cara untuk melakukan sentesa kreatip antara khazanah Islam dengan khazanah Ilmu pengetahuan moderen.
- Mengarahkan pemikiran Islam kelintasan-lintasan yang mengarah pada pemenuhan pola rancangan Tuhan.
Untuk mewujudkan gagasannya, Ismail Raji Al-Faruqi mengusulkan sejumlah tugas dan langkah yang akan dilakukan, yaitu integrasi sistem pendidikan Islam dengan sistem sekuler.
Integrasi ini harus sedemikian rupa sehingga sistem terintegrasi yang baru dapat memperoleh kedua jenis keuntungan dari sistem sebelumnya.
Kombinasi kedua sistem ini seharusnya menjadi peluang yang tepat untuk menghilangkan kelemahan masing-masing sistem, seperti kurangnya buku dan guru yang berpengalaman dalam sistem tradisional dan peniruan metodologis dari teori-teori pemikiran Barat sekuler dalam sistem sekuler.
Dengan kombinasi kedua sistem pendidikan di atas, diharapkan penggunaan metode sistem Islam yang berusia berabad-abad dapat dijadikan pengetahuan yang langsung berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, sedangkan pengetahuan modern akan dibawa dan dimasukkan ke dalam kerangka pendidikan sistem Islam.
Baca Juga: Biografi KH. Imam Zarkasyi, 1910-1985 M, Penggagas Pendidikan Pesantren Modern
Konsep Islamisasi Ilmu Ismail Raji Al-Faruqi
Al-Faruqi yang memperkenalkan gagasan Islamisasi ilmu merekomendasikan diadakannya mata kuliah wajib budaya Islam sebagai bagian dari program studi mahasiswa.
Ini akan membuat siswa percaya pada agama dan warisan mereka, dan membuat mereka percaya pada diri mereka sendiri sehingga mereka dapat menghadapi dan mengatasi kesulitan mereka di masa sekarang atau kemajuan menuju tujuan mereka yang telah Tuhan tetapkan untuk mereka.
Bagi AI-Faruqi, Islamisasi ilmu pengetahuan adalah sebuah keniscayaan yang tidak bisa dinegosiasikan oleh para ilmuwan Islam. Karena menurutnya, apa yang berkembang di dunia Barat dan merambah dunia Islam saat ini tidak cocok untuk umat Islam.
Ini menunjukkan bahwa ilmu sosial Barat cacat dan jelas bergaya Barat dan karenanya tidak berguna sebagai model bagi para sarjana Islam; ketiga, menunjukkan bahwa ilmu sosial Barat Barat melanggar salah satu syarat penting metodologi Islam, yaitu kesatuan kebenaran.
Prinsip metodologi Islam tidak sama dengan yang terkait dengan spiritualitas, katanya, seraya menambahkan bahwa ada sesuatu yang unik dalam Islam, yaitu prinsip ummah atau kesatuan ummat.
Untuk mempermudah proses Islamisasi Ismail Raji Al-Faruqi mengemukakan langkah-langkah yang harus dilakukan diantaranya adalah:
1. Penguasaan ilmu-ilmu modern
didistribusikan berdasarkan kategori. Disiplin pada tahap perkembangan saat ini di Barat harus dipecah menjadi kategori, prinsip, metodologi, masalah, dan tema. Deskripsi harus mencerminkan daftar isi pelajaran. Hasil deskriptif harus berupa kalimat yang memperjelas istilah teknis, menjelaskan kategori utama, prinsip, masalah, dan tema ilmu-ilmu Barat pada puncaknya.
2. Survei disiplin ilmu
Semua ilmu harus dipelajari dan esai harus dipetakan dalam kaitannya dengan asal dan perkembangannya serta perkembangan metodologisnya, memperluas wawasannya dan tidak lupa untuk membangun refleksi dari karakter utama. Langkah ini bertujuan untuk membangun “pemahaman” terhadap disiplin ilmu yang berkembang di dunia Barat.
3. Kuasai khazanah Islam
Perbendaharaan Islam harus dikendalikan dengan cara yang sama. Namun yang dibutuhkan di sini adalah ontologi warisan para pemikir Islam yang dikaitkan dengan ilmu-ilmu.
4. Kuasai khazanah Islam untuk tahap analisis
Jika ontologi telah disiapkan, maka khazanah para pemikir Islam harus dianalisis dari perspektif isu-isu kontemporer.
5. Menentukan tingkat kesesuaian khusus untuk setiap jurusan
Relevansi dapat ditentukan dengan mengajukan tiga pertanyaan. Pertama, apa yang dibawa Islam, dari Alquran kepada para pemikir modernis, dalam segala hal telah dibahas dalam disiplin ilmu modern. Kedua, seberapa penting kontribusi tersebut dibandingkan dengan hasil yang diperoleh disiplin modern. Ketiga, jika ada masalah yang hanya sedikit atau tidak diperhatikan oleh kas Islam, maka umat Islam harus berusaha mengisi celah-celah tersebut ke segala arah, membentuk masalah dan memperluas cakrawala disiplin.
6. Evaluasi kritis terhadap disiplin modern
Jika kesesuaian Islam telah disusun, maka harus dievaluasi dan dianalisis dari sudut pandang Islam.
7. Penilaian krisis harta Islam
Kontribusi khazanah Islam untuk semua bidang aktivitas manusia perlu dianalisis dan diidentifikasi dengan relevansi zamannya.
8. Sebuah survei tentang masalah terbesar umat Islam
Sebuah studi sistematis harus dilakukan pada isu-isu politik, sosial ekonomi, intelektual, budaya, etika dan spiritual Islam.
9. Sebuah studi tentang masalah manusia
Kajian serupa, kali ini berfokus pada kemanusiaan secara keseluruhan, harus dilakukan.
10. Analisis dan sintesis kreatif.
Pada tahap ini, para cendekiawan Islam harus siap mensintesis khazanah Islam dan disiplin ilmu modern, dan menjembatani jurang stagnasi berabad-abad. Untuk selanjutnya, harta karun para pemikir Islam harus dihubungkan dengan pencapaian modern dan harus menggeser batas-batas ilmu pengetahuan ke cakrawala yang lebih luas dari yang dicapai oleh disiplin ilmu modern.
11. Reformasi disiplin dalam kerangka Islam
Setelah keseimbangan telah dicapai antara harta Islam dan mata pelajaran modern, buku teks akademik harus ditulis untuk memasukkan mata pelajaran modern ke dalam publikasi Islam.
12. Penyebarluasan ilmu keislaman. Selain langkah-langkah tersebut di atas, alat lain untuk mempercepat Islamisasi ilmu pengetahuan adalah penyelenggaraan konferensi dan seminar untuk menarik partisipasi berbagai pakar bidang keilmuan yang relevan di bidang ilmu.
Konsep Pendidikan Ismail Raji Al-Faruqi
1. Pemikiran Ismail Raji Al-Faruqi tentang Pendidikan
Menurut Ismail Raji Al-Faruqi, umat Islam saat ini dalam kondisi lemah. Kemunduran Islam saat ini telah membuat Islam menjadi usang. Di antara umat Islam berkembang buta huruf, kebodohan dan takhayul.
Akibatnya, umat Islam pada umumnya lari dari keyakinan buta, bersandar pada literalisme dan legalisme, atau menyerah pada syekh (penguasanya).
Dalam situasi seperti ini, komunitas Muslim melihat kemajuan Barat sebagai sesuatu yang mengesankan. Kemajuan yang mereka capai hanyalah kemajuan palsu, di satu sisi umat Islam telah mengenal peradaban Barat modern, tetapi di sisi lain mereka telah kehilangan landasan yang kokoh, yaitu cara hidup yang luar biasa, dari moralitas agama.
Akibatnya, umat Islam seolah mengadopsi sikap ambigu, antara tradisi Islam dan nilai-nilai peradaban Barat modern. Visi dualisme inilah yang menjadi akar kemerosotan yang dialami umat Islam, bahkan mencapai tingkat yang serius dan meresahkan yang dikenal dengan istilah “Malisme”.
Menurut Ismail Raji Al-Faruqi, pengaruh “Malisme” yang dihadapi umat Islam sebagai bahasa di tangga terbawah, menyebabkan munculnya dualisme dalam pendidikan Islam dan kehidupan ummat. Sebagai prasyarat untuk menghilangkan dualisme ini, sekaligus mencari jalan keluar dari “Malayisme”, ilmu pengetahuan harus diislamkan atau diasimilasi agar selaras dengan doktrin tauhid dan ajaran Islam.
Tauhid menurut Ismail Raji Al-Faruqi dianggap sebagai esensi dari pengalaman keagamaan umat Islam bahkan menyerupai pandangan filosofis penciptaan manusia, maka tauhid menurut keyakinan Ismail Raji Al-Faruqi adalah wajar. Mengislamkan ilmu pengetahuan, ia juga berusaha menerjemahkan nilai-nilai Alquran yang masih relevan dengan kebutuhan dan perkembangan zaman.
Pemisahan antara ilmu pengetahuan dan nilai teologis berkonotasi negatif. Pertama, dalam penerapannya, sains modern melihat alam beserta hukum dan polanya, dan kedua, secara metodis, sains modern tidak terkecuali pada ilmu sosial. dari kehidupan Barat. .
Oleh karena itu, menurut Ismail Raji Al-Faruqi, persoalan yang agak erat hubungannya hanya dapat diselesaikan jika sistem pendidikan Islam kembali pada semangat nilai-nilai sakral seperti sistem akhlak dan sistem kepribadian monoteisme.
Melalui nilai tauhid, setidaknya ada dua aspek pemahaman yang dapat dikembangkan, yaitu aspek kodrati (kehidupan kontemporer) dan aspek transenden (ilahi). Konsep Islamisasi ilmu sebagaimana dipahami oleh Ismail Raji Al-Faruqi meliputi reframing ilmu sesuai dengan keinginan Islam, yaitu memberikan definisi baru, mengorganisasikan data, mengevaluasi menyimpulkan dan menolak tujuan.
Sejalan dengan pemikirannya tentang Islamisasi ilmu, Ismail Raji Al-Faruqi meletakkan dasar epistemologi pada prinsip tauhid yang terdiri dari lima jenis kesatuan, yaitu:
- Keesaan (kesatuan) Tuhan, implikasinya dalam kaitannya dengan ilmu pengetahuan, bahwa sebuah pengetahuan bukan untuk menerangkan dan memahami realitas, melebihkan melihatnya sebagai bagian yang integral dari eksistensi tuhan. Karena itu, islamisasi ilmu mengarahkan pengetahuan pada kondisi analisa dan sintesa tentang hubungan realitas yang dikaji dengan hukum tuhan
- Kesatuan ciptaan, bahwa semesta ini baik yang materal psikis spasial (ruang), biologis maupun etnis adalah kesatuan yang integral. Dalam kaitannya dengan islamisasi ilmu, maka setiap penelitian dan usaha pengembangan keilmuan harus diarahkan sebagai refleksi dari keimanan dan realisasi ibadah kepadanya
- Kesatuan kebenaran dan pengetahuan, yang dirumuskan sebagai berikut:
- Berdasarkan wahyu, tidak boleh membuat klaim produksi dengan realitas
- Tidak adanya kontradiksi antara realitas dan wahyu, berarti tidak satupun kontradiksi antara realitas dan wahyu tidak terpecahkan
- Pengamatan dan penyelidikan terhadap semesta dengan bagian- bagianya tidak pernah berahir karena pola tuhan tidak terhingga
- Kesatuan hidup, menurut islam kehendak tuhan terdiri atas dua macam yaitu:
- Hubungan alam, dengan segala regualitasnya yang memungkinkan diteliti dan diamati
- Hukum moral yang harus dipatuhi
- Kesatuan manusia, tata sosial islam menurut Ismail Raji Al-Faruqi adalah universal, mencakup seluruh ummat manusia tanpa terkecuali. Kaitanya dengan islamisasi ilmu, setiap perkembangan ilmu berdasar dan bertujuan untuk kepentingan kemanusiaan.
Islamisasi ilmu Ismail Raji Al-Faruqi dimaksudkan untuk memberikan respon positif terhadap realitas ilmu pengetahuan modern yang sekularistik dan islam yang terlalu religius dalam model pengetahuan baru yang utuh dan integral tanpa pemisahan, namun secara rinci tujuan yang dimksud adalah
- Penguasaan disiplin ilmu modern
- Penguasaan khazanah warisan islam
- Membagun relevansi islam dengan dengan msaing-masing disiplin ilmu modern
- Memadukan nilai-nilai dan khazanah warisan islam secara kreatif
- Pengarahan aliran pemikiran islam ke jalan yang mencapai pemenuhan pola rencana Allah.
2. Pemkiran Ismail Raji Al-Faruqi tentang Kurikulum
Sangat masuk akal untuk membahas prinsip-prinsip filosofis kurikulum terkait dengan gagasan islamisasi ilmu bagi Ismail Raji Al-Faruqi, karena kurikulum dalam sistem pendidikan merupakan unsur penentu keberhasilan pendidikan yang berkualitas.
Menurut refleksi Ismail Raji Al-Faruqi tentang reformasi program pendidikan, hal ini akan ditempatkan dalam kerangka usulan refleksi yang mencakup tiga tujuan rencana kerja Islamisasi ilmu yang telah digagasnya. Setidaknya ada 3 prinsip dalam membangun program pendidikan Islam, pertama, menguasai ilmu pengetahuan modern, kedua, menguasai warisan Islam klasik, ketiga, prinsip pemersatu harus mencakup seluruh kajian program pendidikan Islam.
Melihat pandangan Ismail Raji Al-Faruqi tentang prinsip-prinsip membangun kurikulum Islam, tampaknya ia menginginkan sebuah karya ilmiah yang utuh, terpadu dan saling melengkapi antara disiplin ilmu dan pengetahuan Islam, kesadaran modern.
Menurut Moh. Shafiq, salah satu mahasiswa Ismail Raji Al-Faruqi di Temple University, memiliki enam tema dasar Islamisasi ilmu pengetahuan yang ditawarkan Ismail Raji Al-Faruqi selain Islamisasi program akademik, model kedua, metodologi, ketiga, metodologi yang berkaitan dengan kajian Al-Qur’an, keempat, metodologi yang berkaitan dengan kajian kata sunnah, kelima, metodologi yang berkaitan dengan warisan kuno Kamus Islam, enam metodologi yang relevan dengan pemikiran Barat kontemporer.
Program pendidikan Islam harus selalu memperhatikan kepentingan perkembangan ilmu pengetahuan modern dengan tetap didorong oleh nilai tauhid sebagai konsep dasar dan aplikasi ilmiah. Akibat ekslusifnya adalah adanya keterpaduan ilmu aqliyah dan naqliyah yang tingkat kualitasnya berbanding terbalik antara keberhasilan rekonstruksi konsep keilmuan dalam Islam dengan pembangunan kembali organisasi dan kurikulum.
Kontribusi Ismail Raji Al-Faruqi
Islamisasi Ilmu Ismail Raji Al-Faruqi, yang menekankan perombakan total ilmu-ilmu sosial Barat karena dipandang sebagai pusat, tampak lebih komprehensif, jelas, dan terperinci dibandingkan dengan gagasan para pemikir lain tentang mengislamkan ilmu pengetahuan maju.
Proses Islamisasi pengetahuan yang diberikan dan kritiknya terhadap realitas pendidikan Islam juga merupakan kontributor dan manfaat utama bagi reformasi sistem pendidikan Islam.
Dalam bidang perbandingan agama, kontribusi ideologis Ismail Raji Al-Faruqi tidak sedikit dalam karyanya A. Atlas Sejarah Agama-Agama Dunia dianggap oleh banyak orang sebagai kitab standar di lapangan. saling pengertian, pemahaman antar umat beragama dan pemahaman intelektual terhadap agama lain. Baginya, ilmu perbandingan agama sangat membantu dalam memberantas segala bentuk prasangka dan salah paham guna membangun silaturahmi antar sesama.
Sebagai seorang pemikir, cendekiawan, dan filsuf, aktivitas ilmiahnya yang tinggi melahirkan banyak karya. Beberapa karya penting Ismail Raji Al-Faruqi telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, karena ketertarikannya pada dunia Islam dan ummat, yang terpenting adalah membela Islam.
Refleksi Ismail Raji Al-Faruqi tentang Islamisasi ilmu telah menginspirasi para ulama di Indonesia. Tiga Perguruan Tinggi Islam yaitu Universitas Ibnu Kholdun Bogor, Universitas Islam Bandung, Universitas Islam As-Syafi’iyah Jakarta.
Karya-Karya Ismail Raji AI-Faruqi
Ismail Raji Al-Faruqi adalah seorang ilmuwan yang baik., dia telah menulis lebih dari dua puluh buku dan seratus artikel. Di antara buku-bukunya yang paling penting adalah: Tauhid: Maknanya untuk Pikiran dan Kehidupan (1982). Buku ini mengupas tentang tauhid yang utuh.
Tauhid tidak hanya dianggap sebagai ekspresi lisan, tetapi lebih dari itu, tauhid dikaitkan dengan semua aspek kehidupan manusia, baik itu politik, sosial, dan budaya. Dari sini terlihat bahwa titik tolak pemikiran Ismail Raji Al-Faruqi berimplikasi pada pemikirannya di bidang lain.
Dalam buku Islamization of Knowledge: General Principles and Work Plans (1982), yang memuat ide-ide cemerlangnya dan patut dijadikan referensi penting dalam persoalan proses Islamisasi ilmu pendidikan. Ini merangkum langkah-langkah yang perlu diambil dalam proses Islamisasi.
Karyanya terkait perbandingan agama cukup penting, bisa dimaklumi mengingat dia sendiri ahli dalam perbandingan agama.
Bukunya yang khusus membahas perbandingan agama adalah “Etika Kristen”, “Tiga Serangkai Agama Abraham” dalam buku ini memiliki tiga tema utama: Tiga Agama saling memandang.
Konsep tiga agama negara dan bangsa, konsep tiga agama keadilan dan perdamaian, masing-masing penyumbang dari Yudaisme, Kristen dan Islam memberikan perspektif yang jelas tentang topik berdasarkan tiga tema utama tersebut.
Serta buku Peta Sejarah daerah-daerah di dunia. Dan magnum opusnya adalah Atlas Kebudayaan Islam, yang ditulis bersama istrinya, Louis Lamya AI-Faruqi, dan diterbitkan tak lama setelah kematian mereka.
Karya-karyanya yang lain termasuk The Life of Muhammad (Philadelphia: Temple University Press, 1973); Urubah dan Agama (Amsterdam: Djambatan, 1961); Individualisme dalam Perjanjian Lama dan Kontemporerisme dalam Yudaisme (Kairo: Liga Negara-Negara Arab, 1963); Religions of Greater Asia (New York: Macmillen, 1969) (AI-Faruqi, 1975: XI), serta banyak artikel dan dokumen telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Itu dia ulasan tentang biografi Ismail Raji Al-Faruqi yang bisa kami sajikan, hal-hal yang berkaitan dengan beberapa data dan lain sebagainya, dapat Anda lacak dari berbagai karangannya. Wallahua’lam!