
Unik! Masjid Perut Bumi di Tuban
Surau.co - Masjid Aschabul Kahfi Perut Bumi Al Maghrib. Lokasi detailnya di di Gedungombo, Kecamatan Semanding Tuban. Alih-alih berada di atas tanah, masjid ini menempati sebuah goa yaang berada di kedalaman 10 meter di bawah permukaan tanah. Dari fakta itulah masjid ini mendapatkan gelarnya.
Dari luar, masjid ini hanya tampak gapuranya saja. Gapura sederhana itu berhiaskan ornamen ukiran kaligrafi dan dipadukan dengan berbagai warna sehingga terlihat begitu mencolok. Wisata Religi di Masjid Perut BumiGapura Masjid Perut Bumi yang sederhana. Untuk masuk ke masjid, pengunjung akan melewati lorong goa yang unik.
Keberadaan stalagtit dan stalagmit yang mencuat dari atas dan bawah memberi sensasi sendiri. Ukiran alam itu berpadu dengan hiasan bernuansa islami. Tak heran jika masjid ini menjadi destinasi wajib pagi peziarah ketika mendatangi Tuban.
Masuk lebih dalam, traveler akan menemukan areal seluas 3 hektar. Lapang sekali. Terdapat beberapa ruangan, antara lain ruang istighosah, ruang pertemuan dan ruang kuliah subuh. Ada pula lorong-lorong yang banyak digunakan untuk mengaji para santri penghuni pondok pesantren. Ya, tak hanya difungsikan sebagai lokasi ibadah saja. Masjid ini merupakan kompleks Pondek pesantren tempat para santri menimba ilmu agama.

Masjid Aschabul Kahfi Perut Bumi Al Maghrib
Sang pendiri dan penemu masjid perut bumi ini sendiri adalah KH Subhan Mubarok. Menurut cerita, Ia membangun dan merancang sendiri masjid perut bumi setelah bermimpi. Dalam mimpinya itu, ia menerima pesan gaib dari Syekh Maulana Maghrobi, seorang guru besar para wali di Pulau Jawa. Ia diminta memanfaatkan gua itu sebagai masjid dan juga tempat menimba ilmu agama.
Pada umumnya Masjid berada di atas tanah atau bumi. Tapi, tidak dengan masjid Aschabul Kahfi Perut Bumi Al Maghribi yang berada di bawah permukaan tanah Tuban, Jawa Timur. Masjid unik ini berada di dalam gua atau bisa disebut perut bumi. Sehingga, tidak memiliki menara yang menjulang tinggi ataupun kubah yang besar megah, yang bisa terlihat dari kejauhan.
Tampak dari depan, masjid ini hanya berupa gapura dan pintu yang terbuat dari batu. Bangunan masjid memanfaatkan lorong gua yang sekaligus jadi daya tarik agar jamaah berminat mengunjungi dan beribadah di Masjid Aschabul Kahfi Perut Bumi Maghribi.
Ruangan dalam masjid benar-benar khas layaknya gua. Batu-batu stalaktit dan stalakmit menghias ruangan masjid. Ukiran-ukiran kaligrafi islami yang biasanya berada di dinding masjid, di sini diukir di dinding gua. Penerangan yang tidak terlalu bagus membuat ruangan masjid sedikit remang, dan terkesan sedikit misterius. Lokasi masjid perut bumi, sebenarnya juga jadi pondok pesantren.
Keunikan lainnya yang dimiliki oleh bangunan masjid perut bumi tersebut ialah kubahnya yang sejajar dengan tanah. Tidak seperti masjid pada umumnya yang justru menarik perhatian jamaah dengan kubahnya yang besar dan megah. Di Masjid schabul Kahfi Perut Bumi Maghribi, terdapat pohon yang khas seperti di Arab, sehingga ketika berada di sini, pengunjung bisa merasakan seakan-akan tengah berada di Arab, ditambah dengan gua yang berwarna cokelat seperti pasir di padang gurun Arab.
- Subhan merupakan sosok dibalik bangunan masjid yang unik ini. Ia membangun dan merancang sendiri masjid perut bumi karena mendapat mimpi yang berisi pesan gaib dari Syekh Maulana Maghrobi, yang merupakan guru besar para wali di Pulau Jawa. KH. Subhan mengarahkan para tukang untuk membuat masjid sebagaimana arahannya.
Di dalam masjid yang berada di tanah seluas 3 hektar itu, terdapat beberapa ruangan, antara lain, ruang istighosah, ruang pertemuan, ruang kuliah subuh, dan lorong-lorong yang banyak digunakan untuk mengaji para santri penghuni pondok pesantren.
Anda yang tertarik untuk mengunjungi masjid perut bumi bisa datang ke Kompleks Pondok Pesantren Syekh Maulana Maghrobi di Dusun Wire, Kelurahan Gedungombo, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban, Jawa Timur.
Baca Juga : Masjid Baabul Munawwar
Asal Usul Gua Maulana Maghribi
Tanah Jawa dulu pada asalnya “Gung Liwang Liwung” tidak ada yang menghuni dan tidak dapat dihuni oleh manusia, dalam istilah Jawa sering di sebut dengan “Jalmo moro Jalmo mati”. Setelah itu tanah Jawa diberi tumbal oleh seseorang yang bernama Syeh Syubakir, yang tumbal tersebut ditanam di gunung Tidar Magelang.konon tumbal yang dibuat oleh Syeh Syubakir untuk mengamankan tanah Jawa itu hanya sampai masa 2000 tahun dari tahun hijrah Rosulullah SAW.
Syeh Syubakir adalah dulunya seorang yang beragama Budha yang mengembara melanglang buana, jagoan perang di Timur Tengah tidak ada yang mampu mengalahkannya, akan tetapi pada saat perang melawan Sayidina Ali R.A. ia kalah lalu masuk islam dan diberi nama Syubakir yang kelak di utus untuk membuat tumbal di tanah Jawa.
Setelah tanah jawa diberi tumbal akhirnya di daerah Jakarta, Banten, Serang, Banyuwangi, Situbondo, Malang, Besuki, Pamanukan, dan yang lainnya sudah bisa ditempati, kecuali Tuban sendiri yang belum dapat dihuni oleh manusia disebabkan adanya gunung yang disebut gunung Gedongombo yang menjadi sarang para jin, syetan dan dedemit.Dzuriyah Rosulullah diperintah oleh baginda Rosulullah untuk menyebarkan syari’at islam di Indonesia yang penyebarannya atau singgahnya lewat daerah Tuban, akan tetapi daerah Tuban ini tidak dapat disinggahi dikarenakan adanya gunung tersebut. Pada akhirnya para wali hanya bisa singgah di daerah Semanding.
Kemudian di peronggahan para wali naik ke gua yang disebut dengan Gua Gumbul Tuban.20 Di Gua Gumbul inilah tempat para wali berkumpul dan mengadakan sidang, kemudian yang ditunjuk untuk memberi keputusan sidang adalah Mbah Malik Ibrohim Sunan Gresik dan Mbah Asy’ari Sunan Bejagung Tuban, setelah itu sidang dimulai dan di pimpin langsung oleh gurunya para wali yaitu Mbah Mustaqim Campurdarat Tulungagung.
Kemudian keputusan sidang para wali untuk mengatasi hal tersebut di atas itu minta bantuan Kyai, kemudian mengundang Maulana Maghribi dari Hadro maut untuk datang ketanah Jawa, akhirnya tidak lama kemudian Maulana Maghribi datang ke tanah Jawa langsung menuju daerah Tuban untuk melaksanakan tugasnya yaitu menyingkirkan atau mengusir para jin perayangan, syetan dan dedemit yang menghuni di gunung Gedongombo Tuban.
Kemudian gunung tersebut diinjak dengan keras (ditungkak) oleh Maulana Maghribi sehingga menjadi hancur (ambles) pada akhirnya menjadi gua, dan penghuninya pun kocar kacir dan terbirit-birit minggat ketakutan