Khazanah
Beranda » Berita » Zakat Dapat Mengentaskan Kemiskinan

Zakat Dapat Mengentaskan Kemiskinan

Zakat

Zakat dapat mengentaskan kemiskinan.

Zakat memang memiliki makna yang sangat dalam dalam ajaran Islam. Ketika kamu menyatakan “Zakat ada hak mereka”, itu merujuk pada hak-hak mustahik dalam harta seorang muzakki (orang yang wajib berzakat).

Dasar Al-Qur’an: “Pada harta mereka ada hak…”

Dalam Surah Adhz-Dzariyat ayat 19, Allah SWT berfirman:

> “Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian.”
(QS. Adz‑Dzariyat: 19)  

Makna kata ḥaqq di sini adalah bagian yang wajib diberikan, yaitu zakat yang telah ditentukan kadarnya, sebagai bentuk kepedulian dan distribusi keadilan sosial.

Perhiasan Dunia Terbaik: Perjuangan Menjadi Istri Saleha

Hadits “Tak ada hak lain dalam harta selain zakat”

Ada hadits terkenal:

> “Tiada hak dalam harta selain zakat” (HR. Ibn Mājah)  

Hadits ini menjelaskan bahwa dari segala macam hak yang bisa diklaim atas harta seorang Muslim: hanya zakat yang memiliki klaim wajib yang sah menurut syariat. Ulama menyebut meskipun ada perbedaan narasi, banyak yang menilai ini hadits râjĭḥ (lebih kuat) dan menjadi pegangan fiqh fiqh muzakki  .

Artinya: tidak sah mengambil harta orang lain kecuali zakat bagi yang berhak. Termasuk juga bahwa pajak pamong-pemda bukanlah bagian dari zakat.

Siapakah “mereka” yang berhak (mustahik)?

Dalam Al‑Qur’an (QS At-Tawbah ayat 60), terdapat delapan golongan mustahik:

Saat Badai Tiba: Menghadapi Keterpurukan Hidup dengan Iman dan Takwa

1. Fakir — yang hampir tidak memiliki apa-apa.
2. Miskin — yang memiliki sesuatu tetapi tidak cukup untuk kebutuhan dasar.
3. Amil zakat — pengelola atau petugas zakat.
4. Mu’allaf — orang yang baru masuk Islam yang perlu pendekatan hati.
5. Riqāb — budak yang ingin memerdekakan diri.
6. Gharīmīn — yang terlilit utang akibat kebutuhan hidup.
7. Fi Sabilillah — yang berjuang di jalan Allah (dakwah, jihad, dll.).
8. Ibnu Sābil — Musafir yang kehabisan bekal saat dalam perjalanan.

Para ulama berbeda pendapat mengenai distribusi di antara golongan ini:

Mazhab Syafi’i cenderung membagi secara rata antar-asnaf.
Mazhab Hanafi memperbolehkan zakat hanya diberikan kepada sebagian golongan jika lebih mendesak, tetapi amil harus diprioritaskan.

Intisari dari “hak mereka”

Aspek Penjelasan: Hak syar’i Zakat adalah kewajiban bagi muzakki; bagian dari harta mereka memang ditakdirkan untuk diberikan kepada mustahik. Hak mustahik Mereka berhak menerima dari harta yang dizakati sebagaimana disebutkan oleh Allah.

Larangan menarik hak Hadits menjelaskan tidak ada bagian lain yang boleh diklaim dari harta tersebut kecuali zakat.
Keutamaan distribusi tepat Memberikan zakat kepada yang tidak layak (selain 8 asnaf), atau mengambil dari zakat orang lain, berarti melanggar hak mereka.

Membaca Al-Qur’an, Memuliakan dan Mengambil Pelajaran Akan Keajaiban Didalamnya

Kesimpulan: “Zakat ada hak mereka” bukan sekadar ungkapan. Ini merupakan cerminan dari prinsip keadilan Islam: bahwa dari setiap hartamu yang dizakati, ada bagian yang memang menjadi hak tertentu yang wajib kamu tunaikan kepada Allah dan kepada mereka yang berhak menerimanya (mustahik).

Dengan memahami makna ini, kita juga diingatkan agar menyalurkan zakat dengan tepat — tidak asal sedekah, tetapi sesuai instruksi Ilahi yang menjadikan zakat sebagai hak bagi golongan-golongan mustahik tertentu.

 


 

TIPS AGAR IKHLAS DALAM BERSEDEKAH

Bersedekah merupakan salah satu amal mulia yang sangat dianjurkan dalam Islam. Sedekah tidak hanya bernilai sosial, tetapi juga memiliki dimensi spiritual yang luar biasa. Namun, keikhlasan dalam bersedekah menjadi syarat utama agar amalan ini diterima oleh Allah SWT. Tanpa keikhlasan, sedekah bisa menjadi sia-sia.

Dalam sebuah nasihat yang diriwayatkan dari Ibunda kaum mukminin, Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata:

“Jika kalian bersedekah dan didoakan oleh orang yang diberi sedekah, doakanlah kembali orang tersebut dengan doa yang sama agar pahala sedekah kalian didapatkan utuh.”
(Hilyah al-Auliya’, 2/165)

Mengapa doa balasan penting?
Ketika seseorang menerima sedekah dan mendoakan kebaikan bagi pemberinya, doa tersebut merupakan bentuk syukur dan penghargaan. Jika si pemberi juga mendoakan penerima, maka akan tercipta lingkaran kebaikan yang saling mendukung, sehingga niat ikhlas terjaga.

Langkah Agar Ikhlas dalam Bersedekah:

1. Luruskan niat hanya karena Allah.
Sedekah bukan untuk dipuji, diakui, atau dihormati. Niatkan hanya untuk meraih ridha Allah.
2. Jangan mengungkit pemberian.
Allah melarang kita merusak sedekah dengan menyebut-nyebut atau merendahkan penerimanya.

3. Doakan penerima sedekah.
Seperti pesan Aisyah radhiyallahu ‘anha, mendoakan mereka akan menjaga hati dari rasa tinggi diri.
4. Rahasiakan sedekah.
Bersedekah diam-diam lebih utama agar terhindar dari riya.

5. Syukuri kemampuan untuk memberi.
Sadarilah bahwa kemampuan kita bersedekah adalah karunia Allah.

Refleksi: Bersedekah bukan sekadar memberi harta, tetapi juga membersihkan hati dari sifat kikir dan tamak. Semakin ikhlas kita memberi, semakin besar keberkahan yang Allah limpahkan.

“Perumpamaan orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap bulir ada seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki.” (QS. Al-Baqarah: 261)

(Tengku Iskandar)

× Advertisement
× Advertisement