SURAU.CO – Dunia tengah menyambut Hari Laut Sedunia atau World Oceans Day pada 2025 yang jatuh pada hari ini. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah mengumumkan tema besar “Mengkatalisasi Aksi untuk Laut dan Iklim Kita”. Tema ini mengajak seluruh dunia untuk membangkitkan kesadaran baru tentang lautan. Kita didorong untuk memahami hubungan kita dengan samudra secara lebih dalam. Namun, sebuah ironi besar terjadi di salah satu sudut terindah planet ini. Di Raja Ampat, Papua Barat Daya, surga bawah laut yang diakui dunia justru menghadapi ancaman kehancuran. Ancaman itu datang dari rencana eksploitasi tambang nikel secara masif. Ketika dunia menyerukan perlindungan laut, Raja Ampat justru terancam oleh tambang nikel yang destruktif. Hal ini menjadi pengingat pahit bahwa seruan global harus diwujudkan dalam aksi lokal yang nyata.
Raja Ampat: Jantung Segitiga Karang Dunia
Raja Ampat bukanlah sekadar destinasi wisata. Kawasan ini merupakan episentrum keanekaragaman hayati laut global. Wilayah ini menjadi rumah bagi lebih dari 75% spesies karang dunia. Ribuan jenis ikan dan biota laut unik hidup di perairannya yang jernih. Oleh karena itu, Raja Ampat memegang peran krusial bagi kesehatan ekosistem laut planet ini. Seorang pakar biologi laut pernah menyatakan, “Raja Ampat adalah episentrum keanekaragaman hayati laut dunia. Kehilangan itu berarti kehilangan warisan tak ternilai bagi planet ini.” Pernyataan ini menegaskan betapa pentingnya menjaga kelestarian Raja Ampat. Potensi kekayaan alam ini seharusnya menjadi modal untuk pembangunan berkelanjutan, bukan untuk eksploitasi sesaat.
5 Harta Karun Raja Ampat dari Ancaman Tambang
Rencana pertambangan nikel skala besar membayangi masa depan Raja Ampat. Aktivitas ini berpotensi merusak ekosistem secara permanen. Berikut adalah lima hal berharga yang terancam hilang jika tambang nikel terus berlanjut.
1. Kehancuran Terumbu Karang yang Tak Tergantikan
Aktivitas tambang nikel di darat menghasilkan limbah berupa sedimen dan logam berat. Limbah ini akan mengalir ke sungai dan berakhir di laut. Akibatnya, sedimen akan menutupi terumbu karang. Karang membutuhkan sinar matahari untuk fotosintesis. Jika tertutup lumpur, karang akan mati perlahan. Kematian terumbu karang berarti hilangnya fondasi utama kehidupan laut akibat ancaman tambang nikel di Raja Ampat.
2. Kepunahan Spesies Endemik
Raja Ampat adalah rumah bagi banyak spesies endemik. Artinya, spesies tersebut tidak ditemukan di tempat lain di dunia. Ikan pari manta, hiu berjalan (walking shark), dan kuda laut kerdil adalah beberapa di antaranya. Ketika habitat mereka, yaitu terumbu karang, hancur, spesies-spesies unik ini kehilangan tempat tinggal dan sumber makanan. Akhirnya, mereka akan menghadapi ancaman kepunahan.
3. Runtuhnya Industri Pariwisata Berkelanjutan
Pariwisata berbasis alam menjadi tulang punggung ekonomi lokal di Raja Ampat. Jutaan dolar devisa masuk dari wisatawan yang datang untuk menikmati keindahan bawah laut. Jika laut tercemar dan terumbu karang rusak, daya tarik utama Raja Ampat akan hilang. Wisatawan akan berhenti datang. Akibatnya, industri pariwisata yang telah dibangun dengan susah payah akan runtuh. Masyarakat lokal pun akan kehilangan sumber pendapatan utama mereka.
4. Tergerusnya Budaya dan Penghidupan Masyarakat Adat
Masyarakat adat di Raja Ampat memiliki hubungan spiritual dan kultural yang mendalam dengan laut. Laut adalah ibu yang memberi mereka makan dan kehidupan. Praktik tradisional seperti “sasi” menunjukkan kearifan lokal dalam menjaga sumber daya laut. Tambang nikel tidak hanya merusak lingkungan. Aktivitas ini juga mengancam cara hidup dan identitas budaya masyarakat adat yang telah diwariskan turun-temurun.
5. Krisis Air Bersih dan Lingkungan Sehat
Dampak tambang tidak berhenti di laut. Pembukaan lahan untuk tambang menyebabkan deforestasi besar-besaran. Hal ini merusak daerah resapan air. Akibatnya, sumber-sumber air bersih bagi masyarakat akan tercemar dan mengering. Lingkungan yang dulunya asri dan sehat akan berubah menjadi lanskap tandus yang penuh dengan polusi logam berat.
Menyelaraskan Aksi Bagi Raja Ampat
Tema “Mengkatalisasi Aksi untuk Laut dan Iklim Kita” untuk World Oceans Day 2025 harus menjadi momentum. Momentum untuk melihat lebih dalam pada ancaman tambang nikel di Raja Ampat. Melindungi lautan tidak cukup dengan slogan. Perlindungan membutuhkan komitmen politik yang kuat dan aksi nyata di lapangan. Menolak tambang nikel di kawasan konservasi seperti Raja Ampat adalah langkah paling logis. Maka dari itu, semua pihak harus bersatu. Pemerintah, masyarakat, dan dunia internasional perlu bekerja sama untuk memastikan surga ini tidak hilang selamanya. Nasib Raja Ampat adalah cerminan masa depan lautan kita.