Nasional
Beranda » Berita » Benarkah Internet Indonesia Paling Lemot se-ASEAN? Ini Fakta dan Dampaknya

Benarkah Internet Indonesia Paling Lemot se-ASEAN? Ini Fakta dan Dampaknya

SURAU.CO — Laporan terbaru dari Speedtest Global Index kembali menyulut diskusi panas di media sosial Indonesia. Laporan itu menempatkan Indonesia sebagai negara dengan kecepatan internet paling lambat di Asia Tenggara. Tak butuh waktu lama, berita ini langsung viral dan memicu keluhan dari jutaan pengguna.

Per Mei 2025, kecepatan internet fixed broadband Indonesia hanya mencapai 26,4 Mbps. Angka ini jauh tertinggal dari rata-rata global yang sudah menembus 80 Mbps. Sementara itu, kecepatan internet mobile Indonesia tercatat di angka 23,6 Mbps. Negara tetangga mencatatkan kecepatan jauh lebih tinggi:


Mengapa Internet Indonesia Lemot?

Beberapa faktor utama membuat kecepatan internet di Indonesia tertinggal dari negara-negara ASEAN:

1. Infrastruktur Belum Merata

Pembangunan jaringan fiber optic memang berjalan, tetapi tidak menjangkau seluruh wilayah. Daerah terpencil, pegunungan, dan kepulauan masih mengandalkan jaringan 3G atau bahkan EDGE.

2. Jumlah Pengguna yang Sangat Besar

Dengan lebih dari 210 juta pengguna internet aktif, lalu lintas data menjadi padat. Akibatnya, kualitas koneksi menurun, terutama saat jam sibuk.

3. Kapasitas Bandwidth dan Backhaul Terbatas

Sebagian besar ISP belum memiliki kapasitas bandwidth internasional yang memadai. Akibatnya, proses transfer data lintas negara mengalami hambatan serius.

Menag, Pesantren dan Kurikulum Cinta untuk Karakter Anak Bangsa

4. Regulasi Teknis Belum Progresif

Pemerintah memang mendorong digitalisasi. Namun, regulasi mengenai standar kecepatan, pengawasan kualitas ISP, dan transparansi layanan masih tertinggal.


Dampak Ekonomi Digital Tersendat

Internet lambat bukan hanya soal buffering video atau gagal upload. Dalam era digital, koneksi internet yang cepat dan stabil menjadi penopang utama aktivitas ekonomi.

  • UMKM digital kesulitan mengunggah produk, melakukan live, hingga membalas pelanggan.

  • Startup teknologi mengalami hambatan dalam membangun layanan berbasis cloud dan AI.

  • Pelajar dan pekerja remote sulit mengikuti pembelajaran atau rapat daring jika tinggal di wilayah sinyal lemah.

    LAM Riau Anugerahi Kapolri Anugerah Adat Ingatan Budi


Respons Pemerintah dan Penyedia Layanan

Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) mengakui adanya tantangan besar. Dalam pernyataan resmi, pemerintah menargetkan bahwa:

“Seluruh kabupaten dan kota akan terjangkau jaringan fiber atau satelit berkecepatan tinggi pada 2026.”

Pemerintah mendorong percepatan proyek SATRIA dan Palapa Ring sebagai solusi utama. Sementara itu, penyedia layanan seperti Telkom, Indihome, Biznet, dan First Media mengklaim sedang meningkatkan kapasitas jaringan dan memperluas jangkauan ke luar Jawa. Namun, prosesnya memerlukan waktu dan investasi besar.


Netizen Mengeluh, Tapi Tetap Berharap

Warganet tak menyia-nyiakan kesempatan ini untuk melontarkan sindiran. Meme-meme lucu dan kritik tajam pun membanjiri platform seperti X (dulu Twitter). Salah satu pengguna menulis:

“Download file serasa nunggu nasi liwet mateng.”

Namun di balik keluhan, ada harapan. Banyak pengamat menyebut bahwa momentum transformasi digital sedang menguat. Sejak pandemi, masyarakat semakin bergantung pada teknologi dan koneksi daring.


Konektivitas: Dari Kenyamanan Menuju Kebutuhan Pokok

Data dari Speedtest memang menyakitkan. Tapi fakta ini bisa menjadi pemicu perubahan serius. Kecepatan internet tidak lagi sebatas soal hiburan, tapi sudah menyentuh aspek pendidikan, kesehatan, ekonomi, hingga keamanan nasional.

Pemerintah dan industri teknologi harus mempercepat perbaikan infrastruktur dan penguatan regulasi. Masyarakat butuh koneksi internet yang tidak hanya cepat, tapi juga merata dan andal.


Internet Lemot Bukan Takdir

Indonesia masih memiliki peluang besar untuk mengejar ketertinggalan. Dengan komitmen politik yang kuat, investasi terarah, dan dukungan sektor swasta, konektivitas digital nasional bisa melaju lebih cepat.

Satu hal yang pasti: ekonomi digital tidak bisa berkembang di atas jaringan yang tersendat. Akses internet yang cepat bukan lagi kemewahan, melainkan kebutuhan mendasar bagi masa depan bangsa.


 

 

× Advertisement
× Advertisement