Surau.co
Menu Menu

Sufi

Surau Surau
1 minggu yang lalu

SURAU.CO. Dzun Nun al Misri dikenal sebagai salah satu Sufi besar dalam sejarah Islam. Ajarannya tentang cinta dan ketaatan kepada Allah masih menjadi rujukan bagi para pencari kebenaran hingga hari ini. Selain itu, kisah-kisah hidupnya sering kali menyimpan hikmah yang mendalam, salah satunya adalah pertemuannya dengan seorang perempuan yang oleh masyarakat dijuluki "gila."

Suatu ketika, Dzun Nun tengah berjalan menyusuri lorong-lorong kota Anatiokia. Di tengah perjalanan, ia bertemu dengan seorang perempuan yang mengenakan jubah bulu. Perempuan ini dianggap "gila" oleh orang-orang di sekitarnya. berikut kisahnya yang berdasar dari buku Tokoh-Tokoh Gila yang Paling Waras atau Uqala' al Majanin.

Namun, sesuatu yang tak terduga terjadi. Saat berpapasan, perempuan itu tiba-tiba berkata, "Bukankah kamu dzun nun?"

Dzun Nun terkejut mendengar namanya disebut. Dengan rasa penasaran, ia bertanya, "Bagaimana kamu bisa mengenalku?"

Dengan tenang, perempuan itu menjawab, "Cinta telah membuka hati kita berdua, sehingga aku mengenalmu."

Jawaban itu membuat Dzun Nun terdiam sejenak. Tak lama kemudian, mereka pun terlibat dalam percakapan yang penuh makna. Tiba-tiba, perempuan itu menengadah ke langit dan berkata, "Sesungguhnya, hati para kekasih selalu merindu kepada Allah. Hati mereka terikat oleh tali kegembiraan, dan mereka memandang-Nya dengan mata hati yang penuh pengetahuan."

Kata-kata itu begitu indah dan menyentuh, membuat Dzun Nun takjub. Suasana menjadi hening, namun perempuan itu melanjutkan dengan sebuah pertanyaan, "Apa arti kedermawanan menurutmu?"

Dzun Nun menjawab singkat, "Memberikan sesuatu."

Perempuan itu lalu bertanya lagi, "Itu hanya kedermawanan di dunia. Lalu, apa itu kedermawanan dalam agama?"

Dzun Nun menjawab, "Segera melaksanakan ketaatan kepada Allah."

Dialog mereka belum selesai. Perempuan itu kembali bertanya, "Jika kamu bersegera dalam ketaatan, apakah kamu mengharapkan sesuatu dari Allah?"

"Ya," jawab Dzun Nun, "Aku berharap satu kebaikan dibalas dengan sepuluh kali lipat."

Mendengar itu, perempuan tersebut menegur dengan lembut, "Jangan begitu, wahai yang lalai. Itu bukan sikap yang baik dalam agama. Bersegera dalam kebaikan sejatinya adalah ketika hatimu tulus, tanpa mengharapkan imbalan apa pun atas perbuatanmu."

Ia melanjutkan, "Dulu, selama dua puluh tahun, aku juga pernah mengharapkan balasan dari amal baikku. Tapi kemudian aku merasa malu kepada Allah. Aku takut menjadi seperti pekerja yang hanya mengejar upah. Tidak, aku tidak seperti itu. Aku beramal hanya untuk mengagungkan nama-Nya."

 

Surau Surau
2 minggu yang lalu

 

SURAU.CO. Syekh Abu Hasan Asy Syadzili adalah ulama masyhur pelopor tarekat Syadziliyah. Banyak kisah dan nasehat beliau tentang menempuh jalan Sufi. Salah satunya adalah tentang sikap Zuhud. Menurut beliau orang yang zuhud memiliki nilai tambah.

“Kebiasaan mereka (orang zuhud) adalah berpikir,” kata Asy Syadzili dikutip dari buku Risalah al-Amin: Wejangan yang Mengantarkan Kita Sampai Kepada-Nya terbitan Turos Pustaka. Tentang zuhud ini Syekh Abu Hasan asy Syadzili mempunyai kisah menarik.

Suatu hari dalam sebuah pengajian Syekh Abu Hasan Asy-Syadzili r.a. menerangkan tentang zuhud. Dalam majelis ilmu tersebut terdapat seorang fakir yang berpakaian seadanya. Sedang waktu itu Syekh Abul Hasan asy Syadzili berpakaian serba bagus.

Lalu dalam hati orang fakir tadi berkata, “Bagaimana mungkin Syekh Abul Hasan Asy Syadzili r.a. berbicara tentang zuhud sedang beliau sendiri pakaiannya bagus-bagus.

Yang bisa dikatakan lebih zuhud adalah aku karena pakaianku jelek-jelek”. Kemudian Syekh Abu Hasan menoleh kepada orang itu dan berkata, “Pakaianmu yang seperti itu adalah pakaian yang mengundang senang dunia karena dengan pakaian itu kamu merasa dipandang orang sebagai orang zuhud. Kalau pakaianku ini mengundang orang menamakanku orang kaya dan orang tidak menganggap aku sebagai orang zuhud, karena zuhud itu adalah maqom dan kedudukan yang tinggi”.

Orang fakir tadi lalu berdiri dan berkata, “Demi Allah, memang hatiku berkata aku adalah orang yang zuhud. Aku sekarang minta ampun kepada Allah dan bertobat”

Menurut beliau zuhud adalah meninggalkan dunia yang berlebihan akan menimbulkan hilangnya rasa syukur, dan berlebihan dalam memanfaatkan dunia akan membawa kepada kezaliman. Manusia sebaiknya menggunakan nikmat Allah SWT dengan sebaik-baiknya sesuai petunjuk Allah dan Rasul-Nya.

 

Surau Surau
2 minggu yang lalu

 

SURAU.CO. Rabiah Adawiyah adalah salah satu Sufi perempuan yang masyhur. Dengan konsep mahabahnya, sufi ini mempunyai banyak pengikut. Kisah-kisah Rabiah juga populer tidak hanya bagi kaum muslimin saja tetapi juga para pencinta dunia sufisme.

Selain pemikirannya, Rabiah juga terkenal dengan sikap zuhudnya. Salah satu kisah kazuhudan Rabiah adalah ketika dirinya sedang tertimpa sakit. Ia hanya beralaskan tikar yang lusuh dan berbantal batu bata.

Adapun kisah lengkapnya adalah ketika suatu hari Rabiah sakit keras. Sahabat-sahabatnya banyak yang menjenguk.

Salah satunya adalah Malik bin Dinar yang juga seorang sufi yang terkenal. Saat dia menjenguk, Malik terlihat trenyuh. Beliau melihat Rabiah sedang tidur dengan tikar yang lusuh serta batu bata sebagai bantalnya. Pemandangan ini membuat Malik bin Dinar iba dan ingin membantunya. Malik kemudian berkata,” Aku memiliki teman-teman yang kaya jika engkau membutuhkan bantuan aku akan meminta kepada mereka.”

“Wahai Malik engkau salah besar. Bukanlah yang memberi makan mereka dan aku adalah sama?” jawab Rabiah.

“Ya, memang sama,” kata Malik bin Dinar.

Lantas Rabiah berkata lagi,” Apakah Allah SWT akan lupa kepada hamba Nya yang miskin dikarenakan kemiskinannya.
Apakah Dia ingat kepada hamba Nya dikarenakan kekayaannya.”

Malik bin Dinar spontan menyahut,” Tidak!”

“Karena Dia mengetahui keadaan ku, mengapa aku harus mengingatkannya. Apa yang diinginkan Nya maka kita harus menerimanya,” jawab Rabiah.

Jawaban tersebut membuat Malik bin Dinar termenung.

Kisah lainnya ketika Rabiah sorang bernama Jahiz yang menawarinya seorang budak oleh. Namun Rabiah menolaknya. “Sungguh aku sangat malu meminta kebutuhan duniawi kepada Pemilik dunia ini. Bagaimana aku harus meminta kepada yang bukan pemilik dunia,” ujar Rabiah.

Setelah berkata tiba-tiba ada suara,” Jika engkau menginginkan dunia ini, maka akan Aku berikan semua dan Aku berkahi. Tetapi Aku akan menyingkir dalam kalbu mu, sebab aku tidak mungkin berada dalam kalbu yang memiliki dunia ini. Wahai Rabiah, Aku mempunyai Kehendak dan begitu juga denganmu. Aku tidak mungkin menggabungkan dua kehendak itu di dalam satu kalbu.”

Itulah Rabiah Adawiyah. Kisah-kisahnya syarat akan hikmah dan teladan semua orang. Totalitasnya menjadi hamba Allah SWT menjadikan dirinya waliyullah yang penuh dengan mahabbah. Wallahu A’lam Bishowab