Puasa
SURAU.CO. Durasi waktu dalam menjalankan ibadah Puasa setiap daerah berbeda-beda. Pada bulan Ramadhan tahun ini beberapa negara ada yang menjalankannya dengan durasi yang panjang. Bahkan ada yang melaksanakan puasanya hingga 16 jam.
Bagi kaum muslimin yang ada di negara-negara paling selatan di dunia, seperti Selandia Baru atau Chile durasi berpuasa umat Islam adalah sekitar 13 jam. Sedangkan umat Islam yang ada di negara-negara paling utara, seperti Islandia atau Greenland durasi berpuasa selama 16 jam atau lebih. Hal itu tergantung hari-hari panjang mereka.
Namun tahun ini umat Islam yang berada di belahan Bumi Utara durasi puasanya lebih pendek. Kondisi ini akan terus berkurang hingga tahun 2031. Hal ini karena bulan Ramadan akan mencakup titik balik matahari musim dingin yaitu hari terpendek dalam setahun. Setelah itu, jam puasa akan meningkat di Belahan Bumi Utara hingga titik balik matahari musim panas dimana menjadi hari terpanjang dalam setahun. Namun untuk kaum muslimin bagian selatan khatulistiwa yang terjadi adalah sebaliknya.
Negara yang mempunyai durasi puasa terpanjang di dunia tahun ini adalah Greenland. Menjalankan puasa di negara tersebut akan berlangsung selama 17 jam 52 menit. Kemudian negara-negara Skandinavia menjalankan durasi puasa juga sangat panjang. Di kota Helsinki, Finlandia, umat Muslim berpuasa selama 17 jam 9 menit. Sedangkan kaum muslimin kota Oslo, Norwegia akan berpuasa selama 16 jam 54 menit. Sementara wilayah Eropa Barat, durasi puasa menjadi sedikit lebih pendek dibanding negara-negara Skandinavia.
Kota Madrid, Spanyol, durasi berpuasa mencapai 16 jam. Sedangkan kota Paris, Prancis selama 15 jam. Untuk kota London, Inggris, durasi puasanya sekitar 14 jam 55 menit. Mengutip Al Jazeera, Rabu (5/3) berikut durasi berpuasa dari berbagai kota di sejumlah negara :
Nuuk, Greenland: 16 jam
Reykjavik, Islandia: 16 jam
Helsinki, Finlandia: 15 jam
Oslo, Norwegia: 15 jam
Stockholm, Swedia: 15 jam
Glasgow, Skotlandia: 15 jam
Berlin, Jerman: 14 jam
Dublin, Irlandia: 14 jam
Moskow, Rusia: 14 jam
Amsterdam, Belanda: 14 jam
Warsawa, Polandia: 14 jam
Astana, Kazakhstan: 14 jam
namun ada juga negara - negara yang durasinya pendek. Negara-negara tersebut adalah negara terletak lebih dekat dengan garis khatulistiwa. Indonesia merupakan salah satu negara dengan durasi puasa terpendek, sekitar 13 jam.
Berikut daftar negara dengan durasi puasa terpendek :
1. Christchurch, Selandia Baru - 12 jam
2. Puerto Montt, Chili - 12 jam
3. Buenos Aires, Argentina - 12 jam
4. Jakarta, Indonesia - 13 hours
5. Nairobi, Kenya - 13 jam
6. Karachi, Pakistan - 13 hingga 14 jam
7. New Delhi, India - 13 hingga 14 jam
Bacaan Doa Sahur yang Dianjurkan Dibaca Saat Sahur- Mari kita simak ulasan berikut ini, Sholat dan doa sahur sebenarnya tidak tertulis dalam hadits. Tidak ada doa khusus selama pelayanan misionaris. Perlu dicatat bahwa Sa'ur adalah persiapan untuk Sabat atau Ramadhan. Sahur akan dilakukan pada pagi hari untuk berdoa sebelum fajar.
Rasulullah SAW sangat menganjurkan untuk Doa Sahur dan menambah makanan sebelum berpuasa untuk menyempurnakan Puasa. Selain itu, sahur memiliki banyak manfaat bagi kesehatan tubuh kita. Anda juga dapat membaca doa ini sesuai tipe hal yang ingin anda niatkan di sepertiga malam untuk melakukan sahur.
Nabi Muhammad damai dan berkah Allah besertanya tidak memberikan nasihat khusus ketika membaca doa Surah. Beberapa hadits kami bahkan tidak menuliskannya. Cara berdoa yang paling efektif adalah dalam Bismillah, yang berarti dengan nama Tuhan.
Bacaan Doa Sahur yang Dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW
Sebelum Melakukan Ibadah Puasa. Sebagian besar orang pastinya akan menyatukan niat terlebih dahulu, berikut bacaan niat sahur yang paling umum:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ اَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ هذِهِ السَّنَةِ ِللهِ تَعَالَى
"Nawaitu shauma ghodin 'an adaa'i fardhi syahri romadhoona hadihis-sanati lillahi ta'aalaa."
Artinya: Saya niat berpuasa esok hari untuk menunaikan fardhu di Bulan Ramadan tahun ini karena Allah Ta'aala.
Setelah membaca niat, Anda juga bisa menambahkan doa lainnya sebagai salah satu bentuk bermunajat kepada Allah Swt. Jangan lewatkan ini, waktu sahur adalah salah satu waktu mustajab untuk berdoa. Karena waktu sahur sama dengan malam sepertiga terakhir.
Berikut Ada Beberapa Tipe Sahur
- Sahur sebelum tidur
- Sahur disepertiga malam
- Sahur mendekati subuh
Dari ketiga tipe sahur di atas, kamu termasuk yang tipe sahur mana nih. Karena ada banyak model-model sahur, yang kemudian melahirkan pertanyaan klise. Apa hukumnya sahur sebelum tidur. Apa boleh sahur mendekati subuh. Kenapa sahur di pertiga malam, padahal lagi enak-enaknya mimpi.
Sahur hukumnya sunnah. Dikatakan sunnah jika dikejakan lebih baik, jika tidak dikerjakan tidak mendapatkan mendapatkan hukuman. Tapi tahukah kamu, jika sahur Sahur di sepertiga malam juga salah satu ciri puasanya umat Nabi Muhammad Saw dengan puasa ahli kitab. Hal ini pun dituliskan dalam hadis marfu’ dari Am bin Ash yang artinya sebagai berikut.
Menurut Syekh Ibrahim Al-Baijuri, sahur sebelum tengah malam boleh, hanya saja tidak mendapatkan kesunaahannya. Makan sebelum tengah malam ternyata tidak bisa dikatakan sebagai makan sahur.
Sahur yang dilakukan setelah pertengahan malam, misal sahur jam 1 atau jam 2 pagi, maka orang tersebut mendapat satu kesunahan karena sudah melewati pertengahan malam. Kemudian orang yang sahur pukul 03.00 WIB sampai 04.00 WIB (Atau sebelum mendekati subuh) maka orang tersebut maka akan mendapatkan satu kesunahan tambahan karena sudah mengakhirkan waktu sahur.
Jadi kesimpulannya Tentang Doa Sahur dan nilai sunnah tertinggi sahur sebelum masuk waktu subuh dibandingkan sahur sebelum tidur, atau sahur dipertengahan malam. Ibnu Katsir menjelaskan keutamaan beristighfar saat sahur. Semoga informasi ini dapat bermanfaat bagi Anda dan bisa lebih tahu secara mendalam lagi.
Terutama bagi seluruh umut islam yang menjalankan ibadah puasa namun lupa akan niat puasanya, Artikel ini akan membantu anda untuk menemukaan niat yang akan lakukan untuk menunaikan ibadah puasa dibulan suci ramadhan. Sekian terimakasih.

Masykurudin Hafidz
SURAU.CO.Ibarat cerita pewayangan, bulan Ramadan adalah Candradimuka, sebuah kawah dimana seseorang menempa diri dalam pergulatan spiritual, jika bisa keluar dari kawah tersebut maka dia akan menjadi sakti. Bulan Ramadan adalah bulan istimewa bagi umat Islam, yang didalamnya terdapat ibadah yang tak ternilai harganya misalnya ibadah Puasa, sholat tarawih serta tadarrus Al-qur’an. Oleh sebab itu banyak umat Islam yang selalu merindukan datangnya bulan suci ini.
Ramadan adalah bulan dimana umat Islam diwajibkan berpuasa (al-shaum) dalam arti tidak makan, tidak minum, tidak melakukan hubungan seksual dan lain sebagainya. Akan tetapi, dibalik makna yang ritual-normatif itu sebenarnya ada makna terdalam dari puasa yaitu “imsak” (menahan diri). Orang yang berpuasa secara benar adalah orang yang bisa imsak dalam arti sebenarnya. Dia menahan diri untuk tidak marah, tidak melakukan sesuatu yang dilarang agama, menahan diri untuk tidak menyakiti orang lain, tidak membuat orang lain rugi dan sebagainya.
Ibadah puasa mengandung dua dimensi; pribadi dan sosial. Dimensi pribadi berkaitan langsung dengan tanggung jawab seseorang dengan Tuhannya. Disinilah kejujuran pribadi seseorang yang berpuasa diuji, karena orang yang berpuasa dengan orang yang tidak berpuasa hampir tidak ada bedanya misalnya apakah dia habis minum atau tidak. Tanggung jawab ini berhubungan langsung dengan Tuhan dan tidak ada campur tangan manusia sama sekali.
Sementara dimensi sosial adalah tanggung jawab sosiologis orang yang berpuasa kepada kehidupan masyarakatnya. Disini, puasa tidak hanya dimaknai sebagai ritual belaka, tetapi harus mampu mentransformasikan kepada kehidupan riil masyarakat misalnya perasaan lapar yang bisa memunculkan sensitivitas dan kepekaan sosial yang cukup tinggi. Transformasi puasa seperti ini berarti menciptakan kondisi sosial sedemikian rupa supaya orang bisa terkendali bukan hanya oleh kesadarannya didalam tetapi juga oleh struktur masyarakatnya diluar.
Pentingnya mentransformasi ibadah Ramadan dalam konteks kehidupan kemanusiaan tidak bisa dilepaskan dari realitas kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang makin menunjukkan gejala pembusukan di sana-sini. Perilaku korupsi, yang dipertontonkan secara telanjang mengindikasikan adanya proses pereduksian agama secara besar-besaran.
Bulan suci ini bisa menjadi momentum bagi kita untuk merenungkan praktik korupsi yang semakin hari kian telanjang saja. Korupsi adalah penyalahgunaan jabatan resmi untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintahan rentan korupsi dalam praktiknya. Korupsi yang sudah berlangsung sangat lama ini menyebabkan persoalan kemiskinan tak kunjung selesai. Negara yang sumber daya alamnya melimpah ruah tak membuat kita beranjak dari tidur lama. Hal ini sangat memalukan, karena praktek pemerintah yang salah urus dengan terus menerus menyalahgunaan kekuasaannya. Para pejabat tidak melaksanakan amanat untuk menyejahterakan rakyat dan bangsa.
Pertanyaannya, bagaimana mempertautkan kehadiran puasa ramadan ini dengan merajalelanya praktik korupsi di negara kita?
Puasa, sebagaimana disebutkan diatas adalah mengendalikan diri terhadap lapar. Seringkali, kelaparan menyebabkan tidak bisa melihat kebenaran sebagai kebenaran dan kebaikan sebagai kebaikan. Oleh karena itu, dengan berpuasa, sesungguhnya kita dilatih untuk mengendalikan dorongan nafsu yang ditimbulkan karena rasa lapar tersebut. Inilah yang dicerminkan dalam larangan makan, minum dan pengendalian nafsu seksual.
Dengan latihan pengendalian rasa lapar, maka diharapkan manusia dapat sekaligus mengendalikan dorongan-dorongan nafsu yang lain yang bersumber kepada simpul hedonisme. Dan praktik korupsi yang merajalela ini adalah disebabkan oleh manusia-manusia yang selalu mengejar kenikmatan duniawi (hedonistik).
Korupsi adalah mengejar kenikmatan duniawi yang menerjang peraturan-peraturan, baik peraturan moralitas, etika maupun peraturan-peraturan yang sudah diresmikan sebagai peraturan hukum. Dengan berpuasa kita dilatih untuk tidak menjadikan rasa lapar ini sebagai justifikasi terhadap pelanggaran-pelanggaran moral dan pelanggaran-pelanggaran hukum yang banyak terjadi dimasyarakat.
Kesadaran untuk tidak melanggar peraturan tersebut tidak hanya dilakukan didalam bulan ramadan saja tetapi juga dalam sebelas bulan selanjutnya. Yang sering muncul dalam keberagamaan kita adalah ketika keluar dari dari bulan ramadan sepertinya kita kembali masuk dalam kenikmatan duniawi dengan mengumbar nafsu saja.
Oleh karena itu, pengendalian diri tersebut memerlukan obyektivikasi dan strukturasi. Bagaimana puasa personal ini ditransformasikan secara sosial. Artinya diciptakan kondisi sedemikian rupa supaya orang bisa terkendali bukan hanya oleh kesadaraannya tetapi juga oleh struktur masyarakatnya diluar. Berpuasa berarti terus menerus meneriakkan gerakan anti korupsi dan menciptakan struktur yang berani bertindak tegas terhadap praktik yang merugikan bangsa dan negara ini.
SURAU.CO. Tanggal 1 Ramadhan 1446 Hijriyah jatuh pada Sabtu 1 Meret 2025. Penetapan pemerintah terkait hal tersebut berdasarkan keputusan sidang isbat (penetapan) 1 Ramadan 1446 H yang berlangsung pada Jumat 28 Maret 2025.
“Sidang Isbat secara mufakat menetapkan 1 Ramadan 1446 H jatuh pada Sabtu, 1 Maret 2025,” ungkap Menteri Agama Nasaruddin Umar dalam konferensi pers yang digelar usai Sidang Isbat Penetapan 1 Ramadan 1446 H. Para peserta sidang isbat menyepakati keputusan tersebut karena dua hal. "Pertama, kita telah mendengar paparan Tim Hisab Rukyat Kemenag pada tanggal 28 Februari 2025 M," jelas Menag.
Dalam kesempatan tersebut Menag menjelaskan, berdasarkan paparan, ketinggian hilal di seluruh wilayah Indonesia berada di atas ufuk berkisar antara 3° 5.91’ (tiga derajat lima koma sembilan puluh satu menit) hingga 4° 40.96’ (empat derajat empat puluh koma sembilan puluh enam menit). Sementara itu, sudut elongasi 4° 47.03’ (empat derajat empat puluh tujuh koma nol tiga menit) hingga 6° 24.14’ (enam derajat dua puluh empat koma empat belas menit).
Artinya, secara hisab posisi hilal di Indonesia saat sidang isbat awal Ramadan 1446 H, pada hari rukyat 29 Sya’ban 1446 H/28 Februari 2025 M posisi hilal di wilayah NKRI ada yang telah memenuhi kriteria tinggi hilal minimum 3° dan sudut elongasi minimum 6,4°. Ini sesuai dengan kriteria baru yang ditetapkan MABIMS (Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura). Diketahui, pada 2021 Menteri Agama anggota MABIMS menyepakati kriteria baru yaitu tinggi hilal 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat.
Selain itu Menag mengungkapkan, terutama di wilayah Barat Laut di Provinsi Aceh NKRI termasuk di Sabang dan Banda Aceh telah memenuhi kriteria visibilitas hilal MABIMS (3-6,4°). Oleh karenanya menjelang awal Ramadan 1446 H pada hari rukyat di daerah yang telah memenuhi imkan rukyat ini secara teoritis memungkinkan hilal awal Ramadan 1446 H dapat dirukyat.
Laporan dari Aceh
Hal ini selanjutnya terkonfirmasi oleh pernyataan para perukyah yang diturunkan Kemenag. Pada tahun ini, rukyah dilaksanakan Kemenag di 125 titik di Indonesia. "Kita mendengar laporan dari sejumlah perukyah hilal yang bekerja di bawah sumpah, mulai dari Aceh hingga Papua. Di 125 titik tersebut, tadi dilaporkan oleh Dirjen Bimas Islam, bahwa ada dua perukyah di Aceh yang melihat hilal. Keduanya juga telah disumpah atas pernyataannya tersebut," ujar Menag yang didampingi Wakil Menteri Agama Romo Syafi’i, Ketua Komisi VIII DPR Marwan Dasopang, Ketua MUI KH Abdullah Jaidi, dan Dirjen Bimas Islam Abu Rokhmad.
“Karena dua alasan tersebut, Sidang Isbat menyepakati 1 Ramadan 1446 H jatuh pada hari Sabtu, 1 Maret 2025.Dengan penetapan ini, kami berharap seluruh umat Islam dapat menjalankan ibadah Puasa dengan penuh kekhusyukan," tutur Menag.