Masjid
SURAU.CO. Jika ingin mendapatkan bantuan untuk Masjid atau musala tahun 2025, Kementerian Agama telah membuka pendaftaran. Bantuan Kemenag ini dapat membantu pembangunan fisik dan sarana prasarana masjid dan musala. Ada empat kategori nominal bantuan.
Menurut Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kemenag, Abu Rokhmad, bantuan pemerintah ini menjadi prioritas nasional untuk mendukung pengelolaan masjid dan musala. Dirinya kemudian menjelaskan bantuan tersebut terbagi dalam empat kategori nominal. Pertama, bantuan senilai Rp50 juta untuk pembangunan atau rehabilitasi masjid. Kedua, bantuan sebesar Rp 35 juta untuk pembangunan atau rehabilitasi musala. Ketiga, bantuan senilai Rp 15 juta untuk operasional rintisan masjid ramah. Dan keempat adalah bantuan sebesar Rp 10 juta untuk operasional rintisan musala ramah.
“Bantuan ini bersifat stimulan, artinya bukan untuk menanggung seluruh biaya pembangunan atau rehabilitasi, melainkan sebagai dorongan atau ajakan bagi jemaah dan masyarakat untuk ikut membangun dan meramahkan masjidnya,” tambah Rokhmad. Kemudian Rokhmad menjelaskan bahwa perawatan rumah ibadah menjadi program prioritas presiden dan wakil presiden. “Bantuan ini diharapkan tidak hanya membantu pembangunan fisik dan sarana prasarana masjid dan musala, tetapi juga memperkuat fungsinya sebagai pusat kegiatan keagamaan, sosial, dan pemberdayaan masyarakat,” ujarnya di Jakarta, Kamis (6/3).
Syarat Mendapatkan Bantuan
Sekedar informasi Kemenag juga membuka bantuan pembangunan dan rehabilitasi masjid/musala dan rintisan masjid/musala ramah lingkungan tahun ini. Bantuan tersebut bagian dari arahan Menteri Agama terkait eco-theology sebagai implementasi spirit Deklarasi Istiqlal. Seperti diketahui deklarasi itu menyebut pentingnya merintis masjid ramah lingkungan. "Kami minta masjid dan musala menanam pohon dan memperbaiki sanitasinya,” tambah Abu.
Sejak 2024 Kemenag telah memperkenalkan konsep “Masjid Ramah”, yakni masjid dan musala yang mengedepankan nilai inklusivitas bagi anak, perempuan, penyandang disabilitas, serta lansia. Selain itu, konsep ini juga menekankan aspek keberlanjutan lingkungan, keragaman, serta keberpihakan pada kalangan duafa. “Pada 2025, program ini tidak hanya melanjutkan skema yang sudah berjalan, tetapi juga memperkuat dukungan bagi pengelolaan masjid dan musala yang lebih profesional, transparan, dan berdampak luas bagi masyarakat sekitar,” ungkapnya.
Sementara itu Direktur Urusan Agama Islam dan Bina Syariah, Kemenag, Arsad Hidayat mengatakan, ada beberapa syarat untuk mendapatkan bantuan ini. Pertama, masjid atau musala terdaftar di Sistem Informasi Masjid (SIMAS) Kemenag. Kedua, memiliki rekening bank atas nama masjid atau musala, Ketiga, mengajukan proposal bantuan secara online melalui aplikasi PUSAKA atau laman https://simas.kemenag.go.id.
Kemudian pemohon juga harus melengkapi beberapa dokumen pendukung, yaitu:
- Surat rekomendasi dari Kemenag setempat (KUA Kecamatan, Kemenag kab/kota, atau Kanwil Kemenag provinsi);
- Fotokopi SK Pengurus;
- Rencana Anggaran Biaya (RAB);
- Foto kondisi bangunan;
- Fotokopi surat keterangan status tanah;
- Fotokopi buku rekening bank atas nama masjid/musala; dan
- Surat pernyataan kebenaran dokumen, bermaterai Rp10.000 yang ditandatangani ketua pengurus.
*Jadwal Pendaftaran dan Proses Seleksi*
Adapun proses pengajuan bantuan ini dilakukan dalam beberapa tahap, sebagai berikut:
- 8-19 Maret – Penerimaan permohonan bantuan secara online
- 24 Maret – Penetapan calon penerima bantuan
- 25 Maret – Proses verifikasi hingga pencairan dana (bertahap)
Untuk pengajuan bantuan ini dapat melakukannya secara daring melalui aplikasi PUSAKA yang tersedia di Google Play Store dan App Store, atau melalui laman https://simas.kemenag.go.id. Bagi pengelola masjid dan musala yang membutuhkan referensi dokumen persyaratan, contohnya dapat dilihat di: bit.ly/Contoh-Dokumen-Persyaratan.
Surau.co - Masjid Jami Ul-Alfar adalah Masjid bersejarah di Kolombo, Sri Langka. Terletak di Jalan Palang Kedua di Pettah. Masjid ini merupakan tempat wisata populer di kota Kolombo.
Masjid Jamiul Alfar adalah salah satu masjid tertua di Kota Kolombo dan merupakan ikon pariwisata di Ibu Kota Sri Lanka ini. Ciri khas desain arsitektur masjid ini adalah ornamen atau dekoratif dinding belang merah dan putih yang menghiasi bagian luar bangunan masjid.
Namun, dibandingkan warna putih, warna merah tampak lebih mendominasi. Karenanya, ada yang menyebut masjid ini dengan nama Samman Kottu Palli (dalam bahasa Tamil asli, red), atau Rathu Palliya (dalam bahasa Sinhala, red), dan Masjid Merah (dalam bahasa Inggris, red). Dalam bahasa Arab, aslinya bernama Jami' al-Azhfar.
Masjid ini berada di daerah sentra bisnis Kota Kolombo, Pettah. Tepatnya di perempatan jalan Puraokottai yang merupakan jalanan terbesar kedua di Kolombo. Masjid ini mulai dibangun pada tahun 1908 dan selesai tahun 1909. Bangunan masjid dirancang oleh HL Saibo Lebbe.
Menurut website resmi yang dikelola oleh Masjid Jamiul Alfar, redmasjid.com, disebutkan bahwa keberadaan masjid ini bermula dari para saudagar Muslim asal India yang melakukan perjalanan bisnis dan singgah di wilayah Ibu Kota Sri Lanka saat ini. Karena seringnya mereka singgah di wilayah tersebut, maka keberadaan bangunan tempat ibadah menjadi persoalan serius kala itu.
Kemudian, atas inisiatif para pedagang Muslim ini, maka dibangunlah sebuah masjid di sana. Keberadaan bangunan masjid ini pada akhirnya mendorong beberapa orang di antara mereka untuk tinggal dan menetap di wilayah tersebut. Para keturunan pedagang Muslim asal India inilah yang saat ini menjadi bagian dari kelompok minoritas Muslim Sri Lanka.
Masjid Jamiul Alfar merupakan salah satu bangunan berarsitektur unik yang terdapat di Sri Lanka. Arsitekturnya memperlihatkan kekayaan akan nilai kebudayaan Islam yang dipadu dengan kemegahan bangunan kastil di Inggris.
Sementara itu, detail struktur bagian luar masjid yang didominasi warna merah dan putih menampilkan efek 'kue lapis'. Karenanya, dalam bahasa Inggris disebut dengan nama red masjid (masjid merah). Namun, penggunaan warna merah tersebut tidak menghilangkan nilai spiritual yang terdapat pada bangunan megah ini. Justru, warna merah mencolok ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan dan para pelaku bisnis yang berkunjung ke Kolombo. Sedangkan, dinding bagian dalam didominasi oleh warna hijau toska.
Tidak hanya menampilkan efek 'kue lapis' berwarna merah putih, sang arsitek juga berupaya mengedepankan pola lengkungan (archway) pada bagian atap dinding. Pola archway ini digunakan hampir pada setiap pintu masuk yang menghubungkan bagian halaman dalam masjid dengan ruang tempat shalat di lantai dasar.
Seperti lazimnya bangunan masjid, Masjid Jamiul Alfar ini juga memliki menara. Jumlah keseluruhan menara yang terdapat pada bangunan masjid ini berjumlah 14 buah, terdiri dari dua menara berukuran sedang dan sisanya berukuran kecil. Tak ada keterangan mengenai alasan jumlah menara tersebut.
Sementara itu, keberadaan masjid yang terletak tepat di tengah pusat keramaian, memaksa pengurus masjid untuk menempatkan sejumlah alat pengeras suara saat azan berkumandang. Beruntung pemerintah setempat tak menghiraukan keberadaan pengeras suara maupun menara masjid seperti yang dialami Muslim di Swiss.
Sejarah
Jami-Ul-Alfar Masjid ini dibangun tahun 1908 sampai 1909 oleh komunitas Muslim Pettah untuk melakukan sholat lima waktu dan sholat Jummah pada hari Jumat. Ini adalah salah satu masjid tertua di Kolombo. Atas inisiatif para pedagang Muslim India, kemudian dibangunlah sebuah masjid di sana. Keberadaan bangunan masjid ini dirancang oleh HL Saibo Lebbe. Seluruh dana pembangunan masjid ini ditanggung oleh komunitas muslim Pettah saat itu.
Pengaruh arsitektur India cukup kentara pada masjid ini. Sentuhan kebesaran masjid masjid dinasti Mughal dan bangunan bangunan kastil Inggris cukup terasa meski balutan warna merah dan putih nya yang khas itu menjadikan masjid ini begitu istimewa dan tampil beda.
Daerah Pettah tempat masjid ini berdiri merupakan cikal bakal kota Kolombo bermula, dan daerah ini merupakan daerah berpenduduk mayoritas kaum muslimin.
Masjid ini begitu terkenal di kota Kolombo hingga ke mancanegara sampai sampai disebut sebagai landmark nya kota Kolombo sejak selesai dibangun tahun 1909 hingga kini. Masjid tersebut terkenal juga dengan nama masjid Pettah karena berada di daerah Pettah.
Etnis Shinhala yang merupakan etnis terbesar di Sri Lanka menyebutnya Rathu Palliya, Etnis Tamil etnis terbesar kedua di Sri Lanka menyebutnya dengan nama Samman Jottu Palli, dalam bahasa Inggris disebut dengan nama Red Masjid, Nama resmi nya adalah Masjid “Jamiul Adhfar” tertulis dengan jelas dalam hurup Arab di fasad depan masjid (mungkin karena dialeg setempat yang menjadikanya berbunyi Masjid Jamiul Alfar atau Jami Ul-Alfar), semua nama itu bermakna “Masjid Merah”.
Arsitektur
Bentuk Masjid ini sangat unik dalam bentuknya yang sangat impresif dengan rancangan unik mirip sebuah bangunan istana gula gula dengan warnanya yang berlapis lapis merah dan putih seperti kue lapis. Warna merah lebih mendominasi warna ekterior masjid ini.
Detail struktur bagian luar masjid yang didominasi warna merah dan putih namun tidak menghilangkan nilai spiritual yang terdapat pada bangunan megah ini. Sedangkan dinding bagian dalam didominasi oleh warna hijau toska.
Tidak hanya menampilkan efek kue lapis berwarna merah-putih, arsitek masjid ini juga berupaya mengedepankan pola lengkungan pada bagian atap dinding. Pola lengkungan ini digunakan hampir pada setiap pintu masuk yang menghubungkan bagian halaman dalam masjid dengan ruang tempat shalat di lantai dasar.
Seperti lazimnya bangunan sebuah masjid, Masjid Jami Ul-Alfar juga dilengkapi dengan menara. keseluruhannya ada empat belas menara pada bangunan masjid ini, terdiri dari dua menara berukuran sedang dan sisanya berukuran kecil. Lokasinya yang berada tepat di tengah pusat keramaian komunitas Muslim, membuat di setiap sudut pada bagian atap masjid dilengkapi sebuah pengeras suara untuk mengumandangkan suara azan.