Hamas
SURAU.CO. Israel kembali berulah. Ditengah upaya perundingan gencatan senjata, Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu memerintahkan serangan udara di basis strategis Hamas. Akibatnya ratsuan warga sipil diberitakan meninggal dunia. Anehnya Amerika Serikat mendukung serangan ini dan menyalahkan Hamas. Akibat serangan pada Selasa dini hari itu menghancurkan masa yang relatif tenang selama bulan suci Ramadan.
Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan sedikitnya 310 warga Palestina tewas. Jumlah korban tewas diperkirakan akan terus meningkat sejak dimulainya serangan semalam, yang bertepatan dengan hari ke-18 bulan suci Ramadan. Sementara laman arabnews.com yang melansir pernyataan pejabat Palestina ada 200 yang meninggal dunia dalam peristiwa tersebut.
Netanyahu beralasan bahwa serangan tersebut karena tidak ada tidak adanya kemajuan dalam perundingan untuk memperpanjang gencatan senjata. “Israel, mulai sekarang, akan bertindak melawan Hamas dengan meningkatkan kekuatan militernya,” kata kantor Netanyahu. Bahkan para pejabat Israel mengatakan serangan terhadap Gaza tersebut tidak terbatas bahkan dapat meluas. Mereka juga menyebut Gedung Putih mengatakan telah diajak berkonsultasi dan menyatakan dukungannya terhadap tindakan Israel ini.
Akibat serangan mendadak ini Hamas menuduh Netanyahu mengingkari perjanjian gencatan senjata. Selain itu juga menempatkan para sandera "dalam situasi yang tidak diketahui.” Hamas dalam sebuah pernyataannya meminta para mediator untuk meminta Israel bertanggung jawab penuh atas pelanggaran dan pembatalan perjanjian tersebut. Mengutip laman arabnews.com warga Palestina memang telah memperkirakan perang akan terjadi lagi. Hal ini dapat dilihat saat perundingan mengenai gencatan senjata tahap kedua molor tidak sesuai jadwal pada awal Februari. Bahkan Israel menerima usulan alternatif dan menghentikan semua pengiriman makanan, bahan bakar, dan bantuan lainnya kepada 2 juta warga Palestina.
Serangan tersebut mengakhiri dua bulan setelah gencatan senjata yang menghentikan perang. Dalam enam minggu, Hamas membebaskan 25 sandera Israel dan delapan jenazah lainnya sebagai ganti hampir 2.000 tahanan Palestina dalam fase pertama gencatan senjata. Namun kedua belah pihak belum dapat menyetujui cara untuk maju dengan fase kedua yang bertujuan membebaskan 59 sandera yang tersisa, 35 di antaranya diyakini telah tewas, dan mengakhiri perang sepenuhnya. Hamas menuntut diakhirinya perang dan penarikan penuh pasukan Israel sebagai imbalan atas pembebasan sandera yang tersisa. Israel mengatakan tidak akan mengakhiri perang sampai menghancurkan kemampuan pemerintahan dan militer Hamas serta membebaskan semua sandera.