Surau.co – Abdullah bin Rawahah adalah sahabat Anshar yang memiliki kisah tentang banyak keutamaan. Namanya Abdullah dan seringklai dipanggil Abu Muhammad, juga dikenal sebagai Abu Rawahah atau Abu Amr.
Nama lengkapnya Abu Muhammad Abdullah bin Rawahah bin Tsa’labah bin Imri-il Qais bin Amr bin Imri-il Qais Al Akbar bin Malik bin Kaab bin Khazraj bin Al Haris Al Anshari Al Khazraji.
Nama ibunya Kabsyah bintu Waqid bin Amr bin Al Itnabah dari Bani Al Haris bin Al-Khazraj. Ia memiliki saudara tiri bernama ‘Amrah bintu Rawahah, ibu dari An Nu’man bin Bashir.
Dengan ini, Abdullah bin Rawahah adalah paman dari pihak ibu An Nu’man bin Bashir. Selai itu juga, dia adalah seorang pendamping yang menghadiri banyak acara penting dalam Islam.
Salah satu peran penting Abdullah adalah partisipasinya dalam Ikrar Kesetiaan pertama di Aqabah, karena ia adalah salah satu dari dua belas orang yang menyatakan Islam dalam janji mereka. Dia juga berpartisipasi dalam acara Ikrar Kesetiaan lainnya.
Selain itu juga, peran pentingnya sebagai pelopor Islam. Dia memang salah satu cikal bakal Islam (assabiqunal awwalu). Termasuk mitra yang bisa membaca dan menulis dan menulis puisi.
Diketahui bahwa Abdullah bin Rawahah adalah salah seorang juru tulis Nabi dan bahwa dia memiliki puisi-puisi yang berisi pembelaan Nabi dan Islam. Dia, Hassan bin Tsabit dan Kaab bin Malik dikenal sebagai pujangga Nabi saat itu. Rasulullah berteman dengan Al Miqdad bin Al Aswad.
Syair Abdullah bin Rawahah untuk Abu Sufyan
Abdullah bin Rawahah adalah salah satu dari dua belas wakil Kaum Ansar yang menjanjikan kesetiaan pada Hijrah dan kemudian menyebarkan Islam di Madinah. Dia juga termasuk di antara 73 orang yang berjanji setia kepada Rasulullah dan para Muhajirin yang pertama kali tiba di Madinah setelah hijrah dari Mekah.
Semasa hidupnya, setelah ia memeluk Islam bersama kaumnya sebelum Bai’at Aqaba, ia dikenal sebagai salah satu penyair Nabi, yang memiliki kemampuan khusus dalam menggunakan kata-kata indah dan menjadi salah satu ahli kitab nabi Ia dikenal sebagai penyair perang yang dengan tegas mematahkan klaim musuh-musuh Islam.
Abdullah bin Rawahah dikenal sebagai pujangga besar dari masa Jahiliyya hingga masa awal Islam dan selalu mengikuti berbagai peperangan yang terjadi pada masa itu.
Sebagai salah satu penyair favorit Nabi, Abdullah bin Rawahah menulis banyak puisi membela Rasulullah dan ajaran Islam. Puisi-puisi tersebut mengkritik fitnah kaum Quraisy yang tidak setia dan musuh-musuh Nabi lainnya yang mencoba merusak dakwah Islam saat itu.
Salah satu puisinya yang paling terkenal ditujukan kepada Abu Sufyan, yang belum masuk Islam selama Perang Badar. Berikut adalah isi syair tersebut berserta artinya:
وعُدْنا أبا سُفْيان بدرًا فَلَمْ نَجِدْ # لِمِيْعَادِهِ صِدْقًا وما كان وافِياً
Abu Sufyan kembali pada kita saat perang Badr akan tetapi kita belum mendapatkan waktu perjanjian dengan tepat dan cukup.
فأَقْسَمَ لَوْ وَافِيْتَنَا فَلَقِيْتَنَا # لأَبَتِ ذمي و افْتَقَدْتَ المَوَالِيا
Maka bersumpahlah walau kesempurnaan mendatangi kita bagi bapak kita yang dibenci dan aku kehilangan nyanyian rakyat.
تركْنا به أوْصَالَ عُتْبَة و أبنه # وعمرًا أبا جهل تركْناه ثاوِيًا
Kami meninggalkan anggota badan Utbah dan anaknya Amran kami meninggalkan Abu Jahal sebagai tawanan.
عَصَيْتُمْ رسول الله أف لدِيْنِكُمْ # وأمرِكُمْ السَّيِئ الذي كان غوياً
Kamu membangkang pada Rasulullah menggerutu pada agamamu dan mengerjakan kejelekan yang sesat.
وإنيِّ و إنْ عَنَفْتَمُوْنيِ لِقَائِلٍ # فَدّى لرسول الله أهل
Sesungguhnya bila kekejamanmu padaku memerlukan pengorbanan bagi Rasulullah, keluarga, dan hartanya, kita patuh pada Rasulullah dan tidak mengadili selain dirinya sendiri.
ومالياأَطَعْنَاهُ لم نَعُدْ له فِيْنا بغَيره # شِهابًا لنا في ظُلُمِةِ الليلِ هاديًا
Dia adalah bintang bagi kita dalam kegelapan malam yang tenang.
Baca Juga: Riwayat Hidup Utsman bin Mazhun, Orang yang Masuk Islam Pada Urutan ke-14
Semangat Ibadah
Abdullah bin Rawahah selain dikenal sebagai juru tulis Nabi dengan berbagai puisi-puisi yang dihasilkan, ia juga merupakan seorang ahli ibadah, seorang mujahid, yang banyak melakukan puasa dan salat.
Diantara pujian Rasulullah kepadanya adalah sabda beliau:
رَحِمَا اللَّهُ عَبْدُ اللَّهِ بْنِ رَوَاحَة إِنَّهُ يُحِبُّ الْمَجَالِسَ الَّتِي تَتَبَاهَى بِهَا الْمَلَائِكَةَ
“Semoga Allah merahmati Abdullah bin Rawahah, sungguh dia mencintai majelis-majelis yang para malaikat berbangga dengan majelis tersebut.” [H.R. Ahmad]
Diantara pujian Rasulullah juga adalah sabda beliau:
نِعْمَ الرَّجُلِ عَبْدُ اللَّهِ بْنِ رَوَاحَة
“Sebaik-baik lelaki adalah Abdullah bin Rawahah.”
Kisah Abdullah bin Rawahah juga mendapat pujian dari Abu Darda’ isi pujiannya berikut ini:
Abu Darda’ pernah berkata, ‘Aku berlindung kepada Allah untuk datang kepadaku satu hari tanpa mengingat Abdullah bin Rawahah. Dahulu apabila beliau bertemu denganku dari depan, beliau menepuk dadaku, di hari besok beliau bertemu denganku dari belakang sambil menepuk antara pundakku. Kemudian beliau berkata kepadaku; ‘Wahai Uwaimir, marilah duduk, kita beriman sesaat’. Maka kami pun duduk lalu mengingat-ingat Allah semampu kami, kemudian ia mengatakan, ‘Wahai Uwaimir inilah majelis keimanan'”.
Di antara bentuk ketaatannya kepada Rasulullah, ada suatu kejadian bahwa suatu saat Abdullah bin Rawahah bersama Rasulullah yang sedang berdakwah.
Tiba-tiba Rasulullah berkata kepada yang hadir, “Duduklah kalian,” maka Abdullah bin Rawahah duduk persis di tempat dia berada di luar masjid hingga akhir khutbah.
Kemudian Rasul Allah berkata kepadanya: “Semoga Allah menambah semangatmu dalam ketaatan kepada Allah dan dalam ketaatan kepada Rasul-Nya.”
Abu Darda menyebutkan bahwa dia berkata: Kami memang bersama Nabi di salah satu perjalanannya, pada hari yang sangat panas. Beberapa riwayat menyebutkan bahwa perjalanan itu di laksanakan pada bulan Ramadhan. Sampai seseorang meletakkan tangan di kepalanya karena sangat panas. Dan tidak ada seorang pun dalam golongan yang berpuasa kecuali Rasulullah dan Abdullah bin Rawahah.” [H.R. Al Bukhari dan Muslim Abu Darda].
Sahabat Abdullah bin Abbas, Usamah bin Zaid, Anas bin Malik, Abu Hurairah yang meriwayatkan sebuah hadits darinya. Dan di antara Tabin yang meriwayatkan darinya, misalnya: Abi Salamah bin Abdirahman, Ikrimah dan Atha’ bin Yasar.
Mujahid Sejati
Sejak pecahnya perang antara kekuatan Islam dan kekuatan musyrik dalam Perang Badar, ia selalu berpartisipasi di dalamnya. Dimulai dengan keikutsertaannya dalam Perang Badar, di mana setelah kemenangan kaum muslimin, dia menjadi utusan Allah kepada penduduk Madinah untuk memberitahukan kepada mereka tentang kemenangan dalam perang tersebut.
Dia berpartisipasi dalam Pertempuran Uhud, Pertempuran Khandaq, Perang Khaibar, peristiwa Hudzaibiyah dan semua peristiwa perang dengan Rasulullah, selain peristiwa Fathu Makkah.
Rasulullah pernah juga mengutus dia dan sekelompok 30 penunggang kuda untuk menyerang Khaibar pada bulan Syawal tahun 6 H untuk melumpuhkan kepemimpinan Usair bin Razim, seorang Yahudi yang menggantikan Abu Rafi’ Salam bin Abil Haqiq.
Ini menunjukkan kepiawaiannya dalam memimpin pertempuran bahwa hanya dengan 30 orang ia mampu membunuh Usair yang berada di bawah perlindungan rakyatnya. Nabi juga mengangkatnya sebagai wakil umat Islam Madinah ketika ia berjihad.
Akhir Kehidupan yang Mulia Dalam Perang Mu’tah
Pertempuran Mu’tah adalah pertempuran yang luar biasa. Di situlah letak mukjizat kekuasaan Allah atas semua yang Dia kehendaki. Tentara muslim saat itu hanya 3.000 orang, sedangkan orang kafir berjumlah 200.000.
Artinya, dengan jumlah orang muslim yang segitu, maka perbandingannya tiga orang Muslim harus melawan dua ratus orang Kristen. Sungguh perbandingan yang tidak seimbang.
Abdullah bin Rawahah menjadi panglima ketiga yang diangkat oleh Nabi setelah Zaid bin Haritsah dan Ja’far bin Abi Thalib. Perang ini terjadi pada tahun ke-8 Hijriyah bulan Jumadil Ula. Mu’tah sendiri adalah nama sebuah desa di distrik Balqa provinsi Syam.
Jalannya pertempuran Mu’tah ini telah dikisahkan sendiri oleh Rasulullah dalam khutbah beliau:
اَلَا اُخْبِرُكُمْ عَنْ جَيْشِكُمْ؟ إِنَّهُمْ لَقُوْا الْعَدُوَّ فَأُ صِيْبَ زَيْدٌ شَهِيْدًا، فَالسْتَغْفِرُوْا لَهُ. ثُمَّ أَخَذَ الِّوَاءَ جَعْفَرُ فَشَدَّ عَلَى النَّاسِ حَتَّى قُتِلَ، ثُمَّ اَخَذَهُ ابْنُ رَوَاحَة فَأَثْبَتَ قَدَمَيْهِ حَتَّ أُصِيْبَ شَهِيْدًا. ثُمَّ اَخَذَ الِّوَاءَ خَالِدٌ وَ لَمْ يَكُنْ مِنَ الْأُمَرَاءِ>> وَرَفَعَ رَسُوْلُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم أَصَبِعَيْهِ وَقَالَ: هُوَ سَيْفٌ مِنْ سُيُوفِكَ فَانْصُرْهُ… لَقَدْ رَفِعُوا إلَيَّ فِي الْجَنَّةِ
“Maukah kalian aku kabarkan tentang kabar pasukan kalian? Sesungguhnya mereka telah bertemu musuh. Maka Zaid gugur sebagai syahid, mintalah ampunan untuknya. Kemudian panji perang diambil alih oleh Ja’far, ia bertempur dengan sengit sampai syahid juga. Kemudian panji itu diambil oleh Abdullah bin Rawahah dan ia mengokohkan kedua kakinya dalam pertempuran itu hingga gugur sebagai syahid. Lalu panji perang diambil oleh Khalid, dan beliau bukan yang ditunjuk sebagai pemimpin. Rasulullah mengangkat dua jari beliau sambil berkata; dia adalah pedang dari pedang-pedang-Mu maka tolonglah dia… sungguh mereka telah diangkat ke tempatku di surga.”
Sejarawan Muslim menyebutkan bahwa hanya delapan sahabat Mu’tah yang tewas dalam perang tersebut.
Secara rinci di kalangan Muhajirin; yakni, Ja’far bin Abi Thalib dan Mas’ud bin Al-Aswad bin Haritsah bin Nadhlah Al Adawi, Wahb bin Sa’d bin Abi Sarh, mantan budak nabi Zaid bin Haritsah Al-Kalb.
Ansar Abdullah bin Rawahah, Abbad bin Qais Al Khazarjayyan, Al Harits bin An-Nu’man bin Isaf bin Nadhlah An Najjari, Suraqah bin Amr bin Athiyyah bin Khansa Al Mazini.
Az Zuhri menambahkan nama empat sahabat Nabi yang gugur di medan perang Mu’tah. Yaitu Abu Kulaib dan Jabir. Kedua orang ini adalah saudara kandung. Juga Amr bin Amir, putra Sa’d bin Al Harits bin Abbad bin Sa’d bin Amir bin Tha’labah bin Malik bin Afsa. Anda juga berasal dari Ansari. Dengan ini, jumlah martir meningkat menjadi 12 jiwa.
Jumlah orang kafir yang terbunuh sangat banyak. Sekitar 3.350 orang kafir dikatakan telah dibunuh di daerah ini oleh Mu’tah.
Tatkala pasukan kaum muslimin berhadapan dengan pasukarn Romawi, ia berdiri di hadapan para pasukan dan berkata, “Wahai pasukan kaum muslimin, demi Allah, kita berperang melawan mereka dengan jumlah dan persenjataan yang sangat minim; kita tidak berperang kecuali untuk menegakkan agama yang Allah telah memuliakan kita dengan Berangkatlah kalian! Sebab hal itu termasuk salah satu di antara dua kebaikan, perang melawan mereka atau gugur sebagai pahlawan syahid.”
Setelah dua panglima perang sebelumnya gugur di medan perang, Zaid dan Ja’far, ia menerima panji-setelah sebelumya ragu dan melantunkan sya’ir:
Aku telah bersumpah, wahai jiwaku, kamu maju ke medan tempur atau kamu tidak menyukainya Jika kuhimpun semua prajurit dan mereka semua lari dari medan tempur, maka aku tidak melihatmu tidak menginginkan surga.
Sudah lama kamu tidak tenteram dan kamu tidak apa-apa melainkan berasal dari setetes air mani yang hina.
Ibnu Rawahah akhirnya tampil sebagai panglima perang dan menyerang pasukan Romawi. Pada akhirnya ia pun gugur di medan perang sebagai pahlawan syahid. Ketika perang berkecamuk, ia selalu melantunkan sya’ir:
Hai jiwaku, mana yang kamu pilih mati syahid atau mati biasa? Telaga kematian telah berada di hadapanmu.
Jika kamu lakukan seperti apa yang mereka berdua lakukan (Zaid dan Ja far) berarti kamu telah memperoleh petunjuk dan yang kamu cita-citakan selama ini akan tercapai
Di antara hadits yang diriwayatkannya, ia berkata, “Nabi melarang seseorang mendatangi keluarganya di malam hari.” la gugur sebagai pahlawan syahid tahun 8 H. Wallahu A’lam!