Oleh: Masykurudin Hafidz, Pemerhati Pemilu dan Demokrasi, Founder CM Management
SURAU.CO – Pemilu dua tahun lagi, dan tahapannya akan mulai pertengahan tahun ini. Perbincangan politik pun meningkat tajam. Namun, agar Pemilu lebih dari sekadar perbincangan yang memecah belah, kita perlu membangun politik deliberasi menuju Pemilu 2024. Setiap hajatan Pemilu memang menimbulkan perbincangan sosial. Akan tetapi, mayoritas perbincangan berhenti hanya sebagai obrolan, bahkan kadang memunculkan pembelahan sosial. Ujungnya, perbincangan tersebut belum mampu meningkatkan partisipasi atau mengurangi suara tidak sah yang masih tinggi.
Menjalani demokrasi memang melelahkan. Namun, demokrasi masih menjadi cara terbaik untuk mencegah konflik, apalagi di negara yang beragam seperti Indonesia. Catatannya, demokrasi akan berjalan baik di negara plural jika kita laksanakan secara deliberatif. Demokrasi deliberatif menekankan pentingnya peran ruang publik sebagai tempat berlangsungnya komunikasi yang setara tanpa dominasi. Proses ini tidak hanya berlangsung saat Pemilu, tetapi juga sebelum dan sesudahnya. Perbincangannya tidak hanya soal “siapa dukung siapa,” tetapi membuka ruang komunikasi yang panjang untuk menyerap aspirasi.
Strategi APIT sebagai Alur Politik Deliberasi
Bagaimana kita sebagai masyarakat pemilih mewujudkan politik deliberasi menuju Pemilu 2024? Dari sekian banyak cara, strategi APIT (Amati, Pilih, Ikuti, Tagih) bisa menjadi alur deliberasi tersebut.
1. AMATI
Amati secara cermat para calon dari ragam partai. Catat dan cerna janji-janji politik mereka. Dalam proses mengamati ini, model deliberasi dapat kita lakukan dengan mempelajari latar belakang calon, menggelar pertemuan intensif, dan membangun forum kontrak sosial. Proses ini penting agar kita tidak seperti memilih kucing dalam karung.
2. PILIH
Berikan suara kepada calon yang kita yakini mampu memperjuangkan aspirasi. Hasil catatan dan pengamatan terhadap para calon akan berguna untuk menjatuhkan pilihan. Dalam memilih, masyarakat harus benar-benar mendasarkan pilihannya pada pertimbangan sejauh mana para calon dapat mewujudkan kesepakatan bersama yang telah terbangun melalui perbincangan intensif sebelumnya.
3. IKUTI
Langkah ini perlu agar kepercayaan yang kita berikan tidak disalahgunakan. Dengan mengikuti segala kebijakan wakil yang terpilih, dapat kita ketahui sejauh mana perjuangan mereka atas aspirasi rakyat. Sepanjang pemerintahan berjalan, sepanjang itu pula masyarakat harus membuka mata dan telinga untuk memastikan janji politik tertunaikan.
4. TAGIH
Langkah terakhir adalah menagih janji-janji yang telah mereka sampaikan. Menagih adalah proses yang hari-hari ini kita lakukan. Selain melakukan evaluasi terhadap janji pemimpin terpilih dari Pemilu lalu, kita juga harus memiliki kemampuan untuk memengaruhi pembuatan keputusan dan kebijakan publik. Proses pengambilan kebijakan juga harus kita lakukan secara terbuka.
Proses APIT ini berjalan sepanjang waktu, tidak hanya dalam tahapan Pemilu. Melalui strategi ini, partisipasi masyarakat tidak hanya berlaku pada hari pemilihan, tetapi terus-menerus melakukan pengawasan terhadap langkah politik wakilnya. Mekanisme ini juga menghindarkan para wakil rakyat dari kemungkinan mengelak dari kepentingan konstituen. Sudah saatnya kita menjadikan Pemilu sebagai pijakan politik yang deliberatif, menuju demokrasi 2024 yang lebih partisipatif.