Surau.co
Menu Menu
Mikhyariq, Sebaik-baiknya Orang Yahudi yang Memberikan Seluruh Kekayaannya Kepada Rasulullah - Surau

Mikhyariq, Sebaik-baiknya Orang Yahudi yang Memberikan Seluruh Kekayaannya Kepada Rasulullah

Surau.co - Mikhyariq adalah seorang rahib Yahudi dan juga seorang petani kaya raya di Madinah. Ibnu Hisyam mengungkapkan bahwa Mikhyariq sebenarnya adalah seorang Uskup atau Rabbi Besar Yahudi Yatsrib, ahli teologi dan ahli kitab, serta kaya raya karena punya banyak perkebunan kurma. Penghasilannya bersumber dari perkebunan kurma miliknya. Sebagai seorang tokoh Yahudi yang cerdas, Mikhyariq paham akan isi kandungan Taurat. Ia juga mengetahui tentang akan datangnya Nabi terakhir dengan ciri-ciri yang telah tertulis dalam kitabnya. Namun hatinya belum terketuk untuk masuk Islam hingga Rasulullah SAW hijrah ke Madinah. Ia merupakan salah satu tokoh Yahudi dari Bani Tsa’labah yang ikut berperang dengan Rasulullah SAW dalam perang Uhud.

Saat Rasulullah SAW tiba di Madinah, beliau membuat perjanjian damai dengan berbagai kelompok di Madinah, termasuk kelompok Yahudi. Perjanjian damai tersebut mengikat semua anggota kelompok untuk bahu membahu seandainya Madinah diserang. Sebaliknya, jika ada salah satu dari kelompok yang terlibat dalam perjanjian damai tersebut diserang, maka itu merupakan ancaman bagi semua kelompok.

Namun, sayangnya perjanjian damai ini dikhianati oleh sebagian besar anggota kelompok Yahudi. Suatu ketika, saat perang Uhud berkecamuk, kaum Yahudi banyak yang absen dengan membuat banyak alasan agar tidak ikut turun dalam peperangan. Sebagian besar dari mereka menggunakan hari Sabat (Sabtu) yang merupakan hari besar umat Yahudi sebagai alasan untuk absen dalam peperangan tersebut. Kebetulan saat peperangan Uhud terjadi, itu adalah pada hari Sabtu (Sabbath) yang bagi kaum Yahudi adalah hari pelarangan beraktifitas apalagi berperang, sehingga kebanyakan Yahudi tidak ikut berperang bersama Rasulullah SAW untuk melawan kaum kafir Quraisy. Padahal pada kenyataannya, di hari Sabtu itu para kaum yahudi banyak yang bermalas-malasan bahkan berpesta foya. Sementara Rasulullah SAW dan para kaum muslimin bertempur di bukit Uhud dan akhirnya mengalami kekalahan dan Rasulullah SAW juga menderita luka yang cukup parah.

Namun, setelah Mikhyariq merenungkan atas kehadiran Rasulullah SAW di tengah-tengah mereka, ia sadar bahwa tidak ada yang cacat dengan datangnya Rasulullah SAW bersama Islam. Mikhyariq menentang keputusan kaumnya yang menolak untuk ikut dalam barisan pasukan perang Uhud dengan dalih bahwa mereka sudah terikat perjanjian dalam Piagam Madinah yang telah disepakati bersama-sama dengan Rasulullah SAW sehingga larangan hari Sabtu menjadi gugur. Salah satu cuplikan yang menggambarkan intelektual teologi dan ahli kitab, Mikhyariq, yaitu Ibnu Hisyam mengungkapkan bahwa di hadapan kaumnya, Mikhyariq sempat berwasiat:

"Hai orang-orang Yahudi, demi Allah, sesungguhnya kalian pasti mengetahui bahwa kemenangan Muhammad atas kalian adalah pasti benar."

Orang-orang Yahudi yang mendengar ucapan Mikhyariq heran dan merasa kebingungan. Mereka berkata, “Apakah kau akan pergi berperang? Sesungguhnya sekarang adalah hari Sabbath."

Kemudian Mikhyariq kembali menegaskan, "Tidak ada hari Sabbath bagi kalian! Ketahuilah, aku akan mendatangi Rasulullah dan ikut perang bersamanya."

Setelah itu, Mikhyariq bertolak ke medan perang dan pergi menemui Rasulullah SAW, lalu ia berhadapan dengan para sahabat Rasulullah SAW dan beberapa sejawat Mikhyariq, ia berwasiat, "Jika aku terbunuh pada hari ini, seluruh kekayaanku aku serahkan kepada Muhammad. Ia bebas untuk mengelolanya sesuai dengan apa yang diperintahkan Allah kepadanya".

Dibalik Kekalahan Muslimin dalam Perang Uhud & Kedermawanan Mikhyariq

Perang Uhud sendiri merupakan perang kedua yang terjadi antara kaum muslim di Madinah dan kaum Quraisy. Perang Uhud berlangsung pada tahun 3 Hijriah atau 625 Masehi. Pecahnya Perang Uhud tidak dapat dilepaskan dari kekalahan kaum Quraisy dalam Perang Badar pada tahun 2 Hijriah atau 624 Masehi. Dalam buku Perang-Perang dalam Sejarah Islam (2014) karya Sitiatava, latar belakang pecahnya Perang Uhud, yaitu keinginan balas dendam dari Abu Sufyan dan kaum Quraisy atas kekalahan mereka pada Perang Badar. Kecemburuan kaum Quraisy terhadap perkembangan popularitas Islam di kawasan Madinah dan keinginan kaum Quraisy untuk menghilangkan dominasi Rasulullah SAW di kawasan Madinah.

Dalam Perang Uhud, kaum Quraisy membawa lebih dari 3.000 pasukan yang terdiri dari 200 pasukan berkuda, 700 pasukan berkendaraan unta dan sisanya adalah pasukan pejalan (infanteri) serta pasukan pemanah. Di sisi lain, kaum muslimin di bawah pimpinan Rasulullah SAW membawa kurang lebih 1.000 pasukan gabungan dari kaum-kaum di Madinah. Pada 13 Syawal tahun 3 Hijriah, Rasulullah SAW dan pasukannya mengadakan musyawarah untuk membahas strategi dalam Perang Uhud. Dalam musyawarah tersebut ditetapkan bahwa pasukan Muslimin akan melakukan perang di luar kota Madinah demi keamanan masyarakat Madinah. Dalam perjalanan menuju Uhud, Abdullah bin Ubay melakukan penghianatan kepada pasukan muslim. Ia membelot kepada pasukan muslim dengan membawa 300 pasukan, sehingga pasukan gabungan yang semula berjumlah 1.000 prajurit berkurang menjadi 700 prajurit.

Perang Uhud berlangsung selama kurang lebih tujuh hari. Pada awalnya pasukan muslim mampu membuat kaum Quraisy tersudut dan mundur, namun ternyata kemunduran mereka hanya sebagian dari strategi. Kaum Quraisy kembali melakukan serangan dengan mendadak sehingga pasukan muslimin terkepung dari seluruh penjuru. Kaum muslimin berusaha untuk mempertahankan posisi dan melindungi Rasulullah SAW dengan sekeras mungkin hingga mengakibatkan banyak korban jiwa berjatuhan dari kalangan sahabat, termasuk Mikhyariq.

Dalam Perang Uhud ini, Mikhyariq tewas terbunuh, dan sesuai wasiatnya, Rasulullah SAW kemudian menahan semua harta kekayaan Mikhyariq. Ibnu Hisyam kemudian menceritakan bahwa semua sedekah Rasulullah SAW saat di Madinah, semuanya berasal dari warisan pemberian Mikhyariq kepada Rasulullah SAW. Mikhyariq merupakan sosok Yahudi yang paham benar dengan Islam, hanya saja baik Ibnu Hisyam dan Ibnu Ishak serta Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfury sendiri dalam bukunya tidak menyebutkan apakah Mikhyariq sempat masuk Islam atau tidak menjelang kematiannya. Yang pasti pasca perang Uhud ketika jenazah Mikhyariq ditemukan dan dilaporkan Rasulullah SAW, di situlah muncul sabda Rasulullah SAW yang fenomenal, “Sesungguhnya Mikhyariq adalah sebaik-baiknya Yahudi.