Surau.co – Abdullah bin Mas’ud memiliki nama lengkap Abdullah bin Mas’ud bin Ghafil bin Habib al-Hudzali dan sering dipanggil Ibnu Mas’ud. Ibnu Mas’ud lahir di Mekah dari Bani Hudzail. Namun, dikarenakan pada masa Jahiliyah ayahnya termasuk mitra Bani Zuhrah, maka ia juga dikenal sebagai mintra Bani Zuhrah. Ibnu Mas’ud termasuk enam sahabat Nabi yang pertama masuk Islam. Demikian pula ibunya termasuk seorang sahabat Nabi, oleh sebab itu ia dipanggil juga dengan sebutan Ibnu Ummi Abd. Ibnu Mas’ud juga memiliki gelar Abu Abdurrahman.
Ibnu Mas’ud adalah seorang penggembala kambing milik Uqbah bin Abu Mu’aith di masa kecilnya. Karena itu lah Abu Jahal selalu melecehkannya. Sebelum masuk Islam, Ibnu Mas’ud tinggal di rumah Arqam kemudian setelah masuk Islam ia menjadi pembantu rumah Rasulullah SAW. Bahkan Rasulullah mengizinkan Ibnu Mas’ud memasuki kamar beliau jika perlu. Beliau memercayakan kepadanya hal-hal yang rahasia, tanpa khawatir rahasia tersebut akan terbuka. Karenanya, Ibnu Mas’ud mendapat julukan “Shahibus Sirri Rasulullah” (pemegang rahasia Rasulullah).
Ibnu Mas’ud termasuk kelompok muhajirin pertama yang pergi ke Habasyah. Ia berhijrah dari Mekah menuju Madinah dan ikut berpartisipasi dalam perang Badar dan Uhud. Setelah Rasulullah wafat, ia juga ikut serta dalam peperangan Riddah dan penaklukan Syam.
Ibnu Mas’ud memiliki kepandaian dan pengetahuan yang mendalam tentang Islam dan terkenal sebagai muhaddis dan mufassir Alquran di era permulaan Islam. Ia termasuk orang pertama yang hafal al Quran dan mendengar langsung sekitar 70 surah dari Rasulullah SAW sendiri. Ibnu Mas’ud pernah berkata tentang pengetahuannya mengenai Al Qur’an, “Demi Allah, yang tiada Tuhan selain Dia. Tidak ada satu ayat pun dalam Al-Qur’an, melainkan aku tahu di mana dan dalam situasi bagaimana diturunkan. Seandainya ada orang yang lebih tahu daripada aku, niscaya aku datang belajar kepadanya.”
Ibnu Mas’ud tidak berlebihan dengan ucapannya itu. Sebagaimana kisah Umar bin Al-Khathab ketika sedang dalam perjalanan malam dan bertemu dengan sebuah kabilah. Malam yang sangat gelap mengaburkan pandangan para kafilah ini. Khalifah Umar memerintahkan seorang pengawal agar menanyai kabilah. Sementara itu, Ibnu Mas’ud berada dalam kabilah tersebut.
“Hai kabilah, dari mana kalian?” teriak pengawal.
“Min fajjil ‘amiq (dari lembah nan dalam),” jawab Abdullah.
“Hendak kemana kalian?”
“Ke Baitul Atiq (rumah tua, Ka’bah),” jawab Abdullah.
“Di antara mereka pasti ada orang alim,” kata Umar.
Kemudian diperintahkannya pula menanyakan, “Ayat Al-Qur’an manakah yang paling ampuh?”
Abdullah menjawab, “Allah, tiada Tuhan selain Dia, Yang Maha Hidup kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya) tidak mengantuk dan tidak pula tidur…” (QS Al-Baqarah: 255).
“Tanyakan pula kepada mereka, ayat Al-Qur’an manakah yang lebih kuat hukumnya?” kata Umar memerintah.
Abdullah menjawab, “Sesungguhnya Allah memerintah kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang kamu dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (QS An-Nahl: 9).
“Tanyakan kepada mereka, ayat Al-Qur’an manakah yang mencakup semuanya!” perintah Umar.
Abdullah menjawab, “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan walaupun seberat dzarrah, niscaya dia akan melihat balasannya. Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan walaupun sebesar dzarrah, niscaya dia akan melihat balasannya pula.” (QS Al-Zalzalah: 8).
Demikian seterusnya, ketika Umar memerintahkan pengawal untuk bertanya tentang Al-Qur’an, Abdullah bin Mas’ud langsung menjawabnya dengan tegas dan tepat hingga pada akhirnya Khalifah Umar bertanya, “Adakah dalam kabilah kalian Abdullah bin Mas’ud?”
Jawab mereka, “Ya, ada!”
Baca juga: Pengorbanan Abdullah bin Hudzafa Demi Melepas Tawanan Muslim yang Ditahan Raja Romawi