Surau.co – Khalid bin Walid terkenal sebagai seorang panglima perang legendaris yang tangguh. Kiprah pertempurannya justru ketika dia membawa pasukannya di dalam perang Uhud. Atas taktiknya kala itu membuat porak-poranda pasukan muslim. Khalid bin Walid memeluk Islam setelah peristiwa pembebasan kota Makkah (Fatkhu Makkah).
Dalam buku Sejarah Muhammad karya Muhammad Husain Haekal, seorang penulis Mesir legendaris ia dikisahkan, bahwa;
Sejarah telah membenarkan perkiraannya. Begitu ia berangkat kembali ke Madinah, Khalid bin Walid – Jenderal Kavaleri kebanggaan Quraisy dan pahlawan perang Uhud itu telah berdiri di tengah-tengah sidang masyarakatnya sendiri sambil berkata:
“Sekarang nyata sudah bagi setiap orang yang berpikiran sehat, bahwa Muhammad bukan tukang sihir, juga bukan seorang penyair. Apa yang dikatakannya adalah firman Tuhan semesta alam ini. Setiap orang yang punya hati nurani berkewajiban menjadi pengikutnya.”
Ikrima bin Abi Jahl merasa ngeri sekali mendengar kata-katanya itu, “Khalid, engkau telah bertukar agama.”
Selanjutnya terjadi percakapan antara mereka sebagai berikut:
“Aku tidak bertukar agama, tetapi aku mengikuti agama Islam.” kata Khalid
“Tak ada orang akan berkata begitu di kalangan Quraisy selain engkau.” timpal Ikrima
“Mengapa?” tanya Khalid bin Walid
“Ya, sebab Muhammad sudah menjatuhkan derajat ayahmu ketika ia dilukai. Pamanmu dan sepupumu sudah dibunuhnya di Badr. Demi Allah, aku tidak akan masuk Islam dan tidak akan mengeluarkan kata-kata seperti kau itu, Khalid. Engkau tidak melihat Quraisy yang sudah berusaha hendak membunuhnya?” tegas Ikrima
“Itu hanya semangat dan fanatisma jahiliah. Tetapi sekarang, setelah kebenaran itu bagiku sudah jelas, demi Allah aku mengikuti agama Islam.” jawab Khalid mantap
Setelah itu, Khalid lalu mengutus pasukan berkudanya kepada Rasulullah SAW untuk menyatakan dirinya masuk Islam dan mengakui Muhammad sebagai Rasul-Nya.
Khalid menganut Islam ini beritanya kemudian sampai juga kepada Abu Sufyan. Maka Khalid di panggil untuk menghadap dirinya.
“Benarkah apa yang kudengar tentang engkau?” tanya Abu Sufyan.
Setelah dijawab oleh Khalid, bahwa memang benar, Abu Sufyan marah-marah seraya berkata, “Demi Lata dan ‘Uzza. Kalau aku sudah mengetahui apa yang kau katakan benar, niscaya engkaulah yang akan kuhadapi, sebelum aku menghadapi Muhammad.”
“Dan memang itulah yang benar, apa pun yang akan terjadi.” jawab Khalid bin Walid
Terbawa oleh kemarahannya, ketika itu juga Abu Sufyan maju hendak menyerangnya. Tetapi Ikrima yang pada waktu itu turut hadir segera bertindak menghalanginya seraya berkata,
“Abu Sufyan, sabarlah. Seperti engkau, aku juga kuatir kelak akan mengatakan sesuatu seperti kata-kata Khalid itu dan ikut ke dalam agamanya. Kamu akan membunuh Khalid karena pandangannya itu, padahal seluruh Quraisy sependapat dengan dia. Sungguh aku kuatir, jangan-jangan sebelum bertemu tahun depan seluruh penduduk Mekah sudah menjadi pengikutnya.”
Sekarang Khalid sudah pergi meninggalkan Makkah ke Madinah. Ia menggabungkan diri ke dalam barisan muslimin.
Sesudah Khalid, ikut pula Amr bin Ash dan Uthman bin Talha penjaga Ka’bah yang juga masuk Islam. Dengan masuknya mereka ke dalam agama Islam, maka banyak pula penduduk Mekkah yang turut menjadi pengikut agama Islam. Dengan demikian kedudukan Islam makin menjadi kuat, dan terbukanya pintu Mekah untuk Rasulullah dan para kaum muslimin sudah tidak diragukan lagi.