Tak Berkategori  

Kisah Romantis Rasul Menjadikan Lutut Sebagai Tumpuan Naik Unta

Google News
Penyair
Ilustrasi: Pinterest

Surau.co – Kisah ini terjadi pada istri Rasulullah yang lain bernama Shafiyyah. Shafiyyah bin Huyai bin Akhthab merupakan istri yang dinikahi Rasulullah setelah suami Shafiyyah tewas pada usia pernikahannya yang masih muda. Kejadian ini terjadi saat Shafiyyah hendak naik unta. Sebab unta lebih tinggi daripada fisik Shafiyyah, Rasulullah pun membantu agar Shafiyyah bisa naik dengan lebih mudah. Rasulullah dengan penuh hormat memberikan lututnya sebagai tumpuan untuk mempermudah Shaffiyah naik ke atas unta. Anas bertutur sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari:

“Kemudian kami pergi menuju Madinah (dari Khaibar). Aku lihat Nabi Sallallahu ‘Alaihi Wasallam menyediakan tempat duduk yang empuk dari kain di belakang beliau untuk Shafiyyah. Kemudian beliau duduk di samping untanya sambil menegakkan lutut beliau dan Shafiyyah meletakkan kakinya di atas lutut beliau sehingga dia bisa menaiki unta tersebut.”  (HR Bukhari)

Sikap-sikap yang demikian menunjukkan pula jika Nabi Muhammad SAW memuliakan dan menomor satukan perempuan terlebih dulu (lady first). Rasulullah memberikan pelayanan yang maksimal pada perempuan.

Dalam hadis yang telah diriwayatkan oleh Anas bin Malik RA dalam HR Nasa’i dalam As-Sunanul Kubra (nomor 9162), Rasulullah kepada Shafiyyah juga menunjukkan kasihnya dengan mengusap air mata istrinya ketika istri tengah bersedih dalam sebuah perjalanan.

“Suatu ketika Shafiyyah bersama Rasulullah SAW dalam perjalanan. Sedangkan hari itu adalah bagiannya. Tetapi Shafiyyah sangat lambat sekali jalannya, lantas Rasulullah SAW menghadap kepadanya sedangkan ia menangis dan berkata, ‘Engkau membawaku di atas unta yang lamban.’ Kemudian Rasulullah SAW menghapus air mata Shafiyyah dengan kedua tangannya.”

Suatu ketika masih bersama istri beliau, Shafiyyah, Rasulullah menunjukkan kelembutannya dengan mengantar Shafiyyah. Hal ini sebagaimana diriwayatkan dalam HR Bukhari (nomor 1897), “Suatu ketika Nabi SAW berada di masjid (Nabawi), sedangkan istri-istrinya ada di dekatnya kemudian mereka pulang. Rasulullah bersabda kepada Shafiyyah binti Huyay: ‘Jangan buru-buru agar aku bisa pulang bersamamu’.”

Sikap ini menganjurkan seseorang untuk meninggalkan kesombongannya dengan membantu istri dan orang lain yang membutuhkan pertolongan. Atau mengajarkan seseorang untuk rendah hati dan meninggalkan gengsi. Rasulullah memberikan tauladan berumah tangga dengan tenang dan bijak.

Baca juga: Abbad bin Bisyr bin Waqash Panutan Kekhusyukan dalam Beribadah

Pewarta: Nurul HidayatEditor: Nurul
Nurul Hidayat
Mau tulisan kamu dimuat di Surau.co seperti ? Kirim Tulisan Kamu