Surau.co – Pada pemerintahan khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Umar bin Khathab, Abu Fadhl hidup dengan terhormat dan memberi tauladan yang baik bagi umat. Semisal pada pemerintahan khalifah Umar ketika itu tengah ada kemarau ganas, paceklik pun tak bisa terhindarkan. Orang-orang banyak menderita kelaparan dan kesulitan makan sampai di daerah-daerah. Berbondonglah umat mengadukan persoalan tersebut pada Umar. Kemudian Umar bin Khattab memerintahkan para Muslimin yang mampu untuk membantu saudara-saudaranya yang lapar dan kurang. Para pengusa yang ada di daerah juga diminta oleh sang khalifah untuk menyalurkan bekal lebih ke pusat.
Sahabat lain bernama Ka’ab pun menemui Umar. Dia menceritakan pengalaman Bani Israel ketika menghadapi bencana yang seperti itu akan meminta hujan bersama dengan kelompok para nabi mereka. Umar pun berkata bahwa, “Abbas bin Abdul Muthalib merupakan paman Rasulullah dan saudara kandung ayah Rasul. Lagi pula, dia adalah pimpinan Bani Hasyim.”
Akhirnya Khalifah Umar datang menemui Abu Fadhl dan mengungkapkan kesulitan besar terkait paceklik dan kelaparan yang tengah dihadapi umat. Abu Fadhl lalu ke atas mimbar dan mengucapkan doa agar Allah SWT memberi kekuatan umat agar tak putus asa sekaligus agar hujan bisa turun. Sambil mengucapkan puja, puji, dan dzikir pada Allah SWT.
“Ya Allah, sang pemilik awan dan yang mempunyai air. Sebarkanlah sebagian awan milik-Mu dan turunkanlah kepada kami air-Mu yang menyuburkan. Hidupkanlah tumbuh-tumbuhan dan suburkan pula semua air susu. Ya Allah, Engkau tak mungkin memberikan bencana kecuali karena dosa, Engkau juga tak akan mengangkat bencana kecuali karena tobat. Ya Allah, di sini kami telah menghadapkan diri kepada-Mu, bertaubat kepada-Mu, turunkanlah hujan pada kami Ya Allah….”
Usai doa itu dilakukan, Allah SWT langsung mengabulkannya. Hujan lebat kemudian turun dan membuat subur tumbuh-tumbuhan dan menghidupi para ternak sehingga mengeluarkan susu. Para kaum Muslimin pun mengucapkan rasa syukurnya pada Allah SWT sekaligus berterima kasih dan mengucapkan selamat pada Abu Fadhl atau Abbas bin Abdul Muthalib. “Wahai Saqil Haaramain yang mengurusi minuman orang di Makkah dan Madinah, selamat kepadamu.”
Dari kisah di atas dapat ditarik kesimpulan bagaimana paman Rasulullah SAW satu ini menjadi salah satu sahabat yang berperan dalam mengembangkan panji Islam. Sikapnya yang sangat hormat pada Rasulullah yang juga adalah keponakannya tak diragukan lagi. Tergambar dari kata-kata dan perilaku Abu Fadhl yang taat mengikuti perintah dan sabda Rasulullah. Sang paman sangat bangg mempunyai keponakan yang mendapat julukan orang yang paling terpercaya (al-Amin).
Abu Fadhl juga menjaga diri agar tidak melakukan dosa, karena dosa menjadi jalaran terjadinya bencana pada seseorang. Itu sebabnya ketika seseorang melakukan dosa agar secepatnya melakukan taubat kepada Allah SWT. Di samping itu, kekuatan doa seseorang yang bertaubat, melakukan perintah-perintah Allah, sambil terus berdzikir akan cepat untuk dikabulkan.
Baca juga: Abbas bin Abdul Muthalib: Kisah Paman yang Disayang Rasulullah SAW