
Ibnu Harits Al Anshari, Kisah Ayah dan Anak yang Berebut Surga
Surau.co - Nama lengkapnya adalah Ibnu Harits Al Anshari, Al Ausi Al Badri An-Naqib. Ia biasa dipanggil Saad bin Khaitsamah. Garis keturunannya putus pada tahun 200 Hijriyah. Rasulullah SAW kemudian mempersaudarakannya dengan Abu Salamah bin Abdul Asad. Mereka berkata, “Dia termasuk salah seorang dari dua belas pemimpin besar.”
Seorang ayah yang bernama Khaitsamah bin al-Harits dengan anaknya yaitu Saad bin khaitsamah mengundi siapa di antara mereka berdua yang akan ikut dalam perang Badar. Dan yang keluar namanya adalah Sa’ad. Kemudian ayahnya berkata kepada anaknya, “Wahai anakku, berikanlah giliran kali ini kepadaku.”
Sang anak menjawab, ‘Wahai ayah, sekiranya balasan dari berangkat menuju perang Badar itu bukan surga, tentu aku akan berikan kepada ayah.’ Kemudian Sa’ad lah yang berangkat ke perang Badar dan ia terbunuh dalam peperangan ini (Badar).
Sementara ayahnya masih terus menerus menunggu kesempatan dapat ikut peperangan demi menggapai surga Allah SWT hingga cita-citanya terkabulkan pada peperangan Uhud. Dan ketika itulah Khaitsamah gugur (mati) dalam peperangan tersebut. Begitulah cerita singkat tentang ayah dan putranya yang berebut menjadi syuhada.
Persaingan Ayah dan Anak
Dan beginilah kisahnya dimulai. Khaitsamah dan Sa’ad bin Khaitsamah, ayah dan putra yang berlomba menjadi syuhada. Di Madinah, tinggal lah satu keluarga yang taat pada perintah Allah SWT. Baik ayah maupun putranya, mereka sama sama rajin beribadah. Si anak bernama Sa’ad bin Khaitsamah, ia adalah seorang pemuda yang merindukan surga karena itu ia berharap saat Rasulullah SAW memanggil untuk berperang, ia bisa memenuhi panggilan Rasulullah SAW tersebut dan berharap syahid.
Selama beberapa tahun setelah pindahnya Rasulullah SAW ke Madinah, kaum musryikin yang berada di Mekah masih saja melakukan penyerangan, hingga pada suatu siang Rasulullah SAW mendengar bahwa akan ada lagi penyerangan dari kaum musyirikin. Maka Rasulullah SAW memanggil para lelaki untuk menghadapi musuh di lembah Badar.
Mendengar bahwa Rasulullah SAW membutuhkan lelaki untuk berperang, Sa’ad bin Khaitsamah merasa sangat senang. Ia merasa inilah saat nya ia bisa berjihad. Ketika akan ke luar rumah, sang ayah Khaitsamah menghalangi dengan berdiri di depan pintu, ia membujuk putranya untuk tinggal dirumah menjaga ibu dan adik adiknya serta istrinya, sementara ia pergi berjihad. “Biarkan aku yang keluar terlebih dahulu ke Badar dan tinggallah dulu bersama istrimu!”
Sa’ad menolak keinginan sang ayah dan merasa bahwa ayahnya sudah terlalu tua untuk ikut berperang, Sa’ad juga mengatakan bahwa ia masih muda dan kuat, bahwa ia merindukan surga, “Seandainya bukan surga yang menjadi pahalanya, tentu aku lebih mengutamakan dirimu.” Ayahnya dengan wajah tertunduk berkata kepada Saad, “Ayah juga ingin mendapatkan nikmat surga.”
Karena keduanya tak ada yang mau mengalah dan bersikeras untuk tetap ikut berperang, mereka akhirnya setuju untuk mengundi dan siapa pun nama yang muncul maka dia lah yang akan pergi berjihad, dan nama Sa’ad lah yang muncul. Ia berpamitan pada ayahnya dan tak lupa memohon doa sang ayah agar dirinya mendapatkan kemuliaan syahid.
Sa’ad membuktikan tekadnya, di medan perang ia bertarung dengan gagah berani dan tanpa rasa takut sehingga akhirnya Allah SWT mengabulkan doa nya. Ia di medan perang dan mendapatkan kemulian syahid.
Mendengar putranya telah gugur, Khaitsamah menyusul ke medan perang, namun dikarenakan usianya yang telah lanjut Rasulullah SAW tidak mengijinkan ia untuk berperang. Mendengar larangan Rasulullah SAW, Khaitsamah pun menangis lalu berkata “Ya Rasulullah, aku bermimpi bertemu Sa’ad putraku ia sangat gagah dan tampan, di mimpiku itu Sa’ad berkata ia menungguku di surga dan dari mimpiku itulah aku tau putraku telah syahid.”
Lalu ia melanjutkan perkataannya “Demi Allah aku ingin menemui anakku di surga, aku memang sudah tua dan sebentar lagi akan menemui Allah, namun aku ingin menemui Allah sebagai suhada, tolong ijinkan aku ya Rasulullah.”
Mendengar permintaan Khaitsamah, Rasulullah SAW pun akhirnya memberikan ijin dan tanpa buang waktu Khaitsamah pun berperang dengan mengerahkan seluruh kemampuan dan tenaga nya, ia seperti tak mau menyia yiakan kesempatan yang datang pada nya, Allah SWT pun mengabulkan keinginannya Khaitsamah syahid di medan perang.
Khaitsamah dan putranya Sa’ad mereka berlomba lomba dalam menggapai surga Nya Allah, mereka tidak menyia yia kan kesempatan yang datang pada mereka. Cita-citanya terkabulkan pada peperangan Uhud. Ia pun gugur sebagai syahid dalam perang Uhud.