Surau.co – Suatu hari ketika Anas bin Malik masih seorang anak-anak dan sedang melayani Rasulullah SAW hingga selesai urusannya, kemudian ia berkata, ” Nabi sedang tidur siang.” Lalu ia pergi dan bermain bersama teman-teman sebayanya. Tiba-tiba Rasulullah SAW datang dan memberi salam kepada mereka. Rasulullah memanggil Anas dan mengutusnya untuk suatu urusan. Sepertinya ini adalah perintah rahasia, hingga ia mendatangi ibunya dengan pelan. Ibunya bertanya “Ada apa denganmu”? Anas menjawab, “Rasulullah mengutusku untuk suatu urusan.” Ibunya bertanya lagi, “Urusan apa itu?” Anas menjawab, “Ini adalah rahasia Rasulullah”. Maka ibunya berkata, ” Jagalah rahasia Rasulullah.” Maka Anas tidak menceritakan kepada siapapun.
Anas telah menjadi pembantu Rasulullah SAW selama bertahun-tahun, tapi beliau tidak pernah mencelanya sama sekali, tidak pernah memukul, tidak pernah menghardik, tidak pernah bermuka masam. Maka jika salah satu keluarganya mencelanya, beliau berkata, ”Biarkanlah apa yang dia kerjakan!”
Tsabit bertanya kepada Anas “Apakah tanganmu pernah bersentuhan dengan telapak tangan Rasulullah SAW?” Ia menjawab, “Ya, pernah. Ia mengulurkannya padaku, dan aku menyambutnya.”
Dalam sebuah kisah Rasulullah SAW mempersaudarakan antara Muhajirin dan Ansor di rumah Anas, dan mereka berjumlah 90 orang. Setengah dari Muhajirin dan setengahnya lagi dari Ansor. Rasulullah SAW mempersaudarakan mereka atas persamaan diantara mereka, saling mewarisi setelah meninggal tanpa ada hubungan rahim sampai terjadinya perang Badar. Ketika turun ayat: “Maka setelah itu, saling mewarisi harus karena hubungan rahim, bukan ikatan persaudaraan” (Q.S.Al-Ahzab:6)
Dalam segi keilmuan Anas bin Malik termasuk salah satu sahabat yang unggul. Abu Hurairah berkata, “Saya tidak pernah melihat seorang sahabatpun yang mirip dengan sholatnya Rasulullah saw selain daripada ibnu Ummu Sulaim (Anas bin Malik ). Riwayat lain dari Ibnu Sirin berkata, “Anas adalah sahabat yang sholatnya paling bagus, baik di rumah maupun pada waktu safar.” Tsumamah berkata, “Anas sholat sampai kedua kakinya bengkak mengeluarkan darah, karena sholatnya sangat panjang. Semoga Allah meridhoinya.”
Anas berkata, : “Ambillah (Al Qur’an dan As Sunnah) dariku, karena saya mengambilnya langsung dari Rasulullah saw, dan Rasulullah SAW dari Allah SWT. Kamu tidak akan mendapatkan kabar yang lebih kuat, kecuali dariku.”
Pada hari Jum’at, Anas menemui Sholih bin Ibrahim yang sedang berbincang-bincang di salah satu rumah istri Rasulullah, lalu dia berkata, “Mah” Ketika selesai sholat, dia berkata, : “Saya benar-benar takut kalau-kalau sholat Jum’atku batal, gara-gara perkataanku pada kalian “Mah”.
Suatu ketika Az Zuhri masuk ke rumah Anas di Dimsiq (Irak), dia melihat Anas menangis. Kemudian ditanya, “Apa yang menyebabkan engkau menangis? Dia menjawab, “Saya tidak tahu apapun kecuali apa yang telah dilakukan oleh Rasulullah dan para sahabatnya tentang masalah shalat.”
Selain dikenal sebagai sahabat yang alim, Anas bin Malik juga pernah mengalami hal karomah. Ibnu Abi Dunya berkata “Ketika Tsabit sedang bersama Anas, tiba-tiba datang Qohromanah dan berkata, “Wahai Abu Hamzah, talah datang musim kemarau, sehingga tanah kami kering” Kemudian Anas langsung berdiri dan mengambil air wudhu, lalu keluar menuju tanah tadi dan melakukan sholat sebanyak dua rakaat. Setelah itu dia berdo’a. Maka tiba-tiba awan mendung dan turunlah hujan, sampai airnya meluap. Ketika hujan reda, Anas memanggil sebagian keluarganya dan berkata ” Lihatlah langit itu”. Maka setelah itu tanahnya menjadi subur.
Meski seorang yang hidup serba berkecukupan, Anas bin Malik bukanlah seorang yang gila harta. Ia bahkan terkenal dengan kezuhudan dan ketakwaannya. Ia menggunakan harta kekayaannya untu mendukung dakwah Rasulullah. Pernah suatu ketika, seorang amir datang untuk memberikan fa’i kepada Anas dan berkata, “Apakah anda mau mengambil 1/5?” Lalu Anas menjawab, “Tidak” Maka ia tidak menerimanya.
Imam Ahmad berkata : Anas meminta syafaat kepada Rasulullah n pada hari kiamat. Maka rasul menjawab, “Ya pasti saya akan penuhi permohonanmu.” Anas bertanya, “Di manakah saya memohonnya pada hari kiamat nanti, wahai Rasulullah?” Rasul menjawab “Mintalah padaku sesuatu yang pertama kamu minta padaku yaitu di atas sirat.” Tanya Anas, “Jika aku tidak ketemu engkau di situ?” Jawab rasul, “Maka kalau tidak ketemu di sana berarti saya berada di Mizan. Jika tidak ketemu di Mizan, maka saya ada di Telaga, saya tidak salah tentang tiga tempat tersebut pada hari kiamat”
Dikatakan kepada Anas, “Engkau adalah sahabat Rasulullah yang paling terakhir yang masih hidup.” Anas menjawab, “Kaum Arab masih tersisa, adapun dari sahabat beliau, maka saya adalah orang yang paling akhir yang masih hidup.” Ketika Anas sakit, ditawarkan kepadanya agar didatangkan seorang dokter, tapi Anas malah menjawab ” Seorang dokter menyakitiku” dan dia memohon agar dia ditalkin ‘Laa ilaha illallh’. Dia senantiasa mengatakannya sampai malaikat mencabut nyawanya. Di sisinya ada tongkat kecil punya Rasulullah SAW yang kemudian dikubur bersamanya.
Ketika Anas wafat, beliau berumur 107 tahun. Berkata Waqidi dan lainnya “Anas adalah sahabat di Basrah yang paling terakhir wafatnya.” Para ahli sejarah selisih dalam menentukan kematian beliau, ada yang mengatakan wafat pada tahun 90, 91, 92 dan ada pula yang mengatakan tahun 93, dan inilah yang mashur menurut jumhur. Imam Ahmad berkata, “Anas bin Malik dan Jabir bin Zaid wafat bersamaan pada hari Jum’at, tahun 93 H.”
Qotadah berkata, “Ketika Anas wafat, Muariq al ‘Ajli berkata, ‘Hari ini telah pergi (hilang) setengah daripada ilmu.” Dia ditanya, “Kenapa bisa demikian wahai Abu Mu’tamar?” Ia menjawab, “Jika ada orang-orang pengikut hawa nafsu menyelisihi kita hadits dari Rasulullah kita katakan pada mereka, “Mari kita kembalikan pada orang yang mendengar (Anas) dari beliau.”