Surau.co – Harga aset Crypto atau mata uang kripto akhir-akhir ini sedang ramai di perincangkan oleh para penambang trading. Riruh-riuh itu disinyalir oleh anjloknya harga mata uang cryptocurrency di pasaran finansial internasional.
Pasalnya, anjloknya aset crypto juga berdampak pada perusahaan sekuritas lainnya seperti Bitcoin, Ethereum, Binance Coin, Dogecoin. Sebgaimana dilansir dari Kompas.com, pada (23/02/22) bahwa per 1 Januari ini, harga aset crypto dan beberapa temannya itu mengalami penurunan harga hingga menyentuh di bawah 40 ribu USD perkepingnya.
Begitu juga hasil laporan dari situs CoinDesk, penurunan harga aset Crypto hari ini berkisar antara 7 hingga 10 persen dari harga normalnya. Situasi itu mengakibatkan adanya kapialisasi harga pasar mata uang Crypto global menguap.
Dengan demikian, dalam 24 jam terakhir harga pasar Crypto turun 7 persen menjadi 1,94 triliun dollar AS (Rp 27.847 triliun).
Untuk Bitcoin seperti dikutip dari situs CoinGecko. pada Jumat (21/1/22) dini hari WIB, harganya masih berada di atas 43.000 USD AS atau sekitar Rp, 617 juta rupiah.
Kemudian pada siang di harinya, harga Bitcoin kembali menurun hingga 7,7 persen atau sekitar 38.737 USD sama dengan Rp 556 juta rupiah per kepingnya.
Dengan begitu, Bitcoin berada ditingkat paling rendah dibanding yang lannya, selama 1 bulan terkahir kali ini.
Di hari yang sama, harga aset Crypto lainnya selain Bitcoin juga mengalami penurunan harga. Misalnya saja Ethereum yang menurun sebanyak 9% atau seharga 2.800 USD atau sama dengan Rp 40 juta rupiah per keping.
Begitu juga dengan harga aset Binance Coin yang mengalami kemerosotan hingga 10,3 persen, atau 425 USD atau sama dengan 3,5 juta rupiah per kepingnya.
Hal yang sama juga dialami oleh Elon Musk, dengan jenis mata uang Crypto Degocoin, pasalnya, harga Degocoin juga mengalami kemerosotan harga, sebanyak 7,66% atau berada di level 0,15 USD atau sama dengan Rp, 200 per keping.
Disusul kemudian oleh harga aset mata uang Crypto yang lainnya, yang juga mengalami kemerosotan harga hingga rata-rata 7,50% per kepingnya.
Namun satu hari sebelumnya, harga aset Crypto terpantau masih berada di angka harga 3.200 USD lebih atau sama dengan Rp 46 juta rupiah per keping.
Lalu apa penyebab anjloknya harga aset Crypto tersebut?
Sebagaimana penuturan Analis GlobalBlock Marcus Sotiriou yang dilansir dari Forbes, pada Jumat (21/1/22), bahwa situasi anjloknya harga aset Crypto ini disebabkan oleh respon investor terhadap rencana Bank Sentral Amerika (BSA), The Fed, untuk menaikkan suku bunga acuan di awal tahun ini.
“Saya rasa penyebab utama kondisi harga aset Crypto di pasar dinasial saat ini adalah, pasar sedang ditakut-takuti oleh kenaikkan suku bunga The Fed pada tahun ini,” ujarnya.
Faktor lain yang menyebbkan anjloknya harga aset Crypto disinyalir dengan adanya wacana larangan penggunaan dan penambangan Crypto di Negara Rusia. Sebagaimana kita tahu, bahwa wacana tersebut diusulkan oleh Bank Sentral Rusia, dengan alasan bahwa mata uang Crypto dinggap mengancam stabilitas keuangan, kesejahteraan warga, dan kedaulatan kebijakan moneter.
Selain itu, larangan penambangan mata Uang Crypto juga sudah berlaku di China. Menurutnya, larangan itu dilakukan oleh Pemerintah China dengan tujuan dapat mencapai misi netralitas karbon pada saham keuangan negarga khusunya ditahun 2060 mendatang.
Diketahui, bahwa pemerintah China hingga saat ini telah menutup tambang Crypto, dan melarang segala transaksi dengan mata uang Crypto. Bahkan bagi Warga Negara China yang diketahui menggunakan mata uang Crypto, akan di kenakan denda atau hukuman berupa kenaikan harga listrik bagi setiap institusi maupun perorangan.
Menurut laporan outlet media LiveMint, anjloknya harga aset Crypto seperti Bitcoin, Ethereum, dan seterunya, diduga karena sentimen negatif dari investor global terkait kebijakan baru yang akan di berlakukan terhadap sekuritas Cryptocurrency ke depan.
Kemungkinan yang lainnya, didorong oleh skeptisisme sejumlah pihak terhadap pertumbuhan aset digital di seluruh dunia. Karena dalam beberapa tahun terakhir, wacana mata uang Crypto disinyalir akan menjadi transaksi mata uang pasar dinansial di masa depan.
Namun secara pasti belum diketahui penyebab anjloknya harga aset Crypto tersebut. Kita tunggu saja informasi lebih lanjut.