SURAU.CO-Ekonomi syariah terus menggugah kesadaran global karena ekonomi syariah menawarkan jalan keluar dari krisis moral dan sistem finansial yang timpang. Banyak orang mulai mempertanyakan sampai kapan dunia akan bertahan dengan ketergantungan pada riba. Mereka melihat bahwa riba hanya menciptakan kesenjangan, memperkaya pemilik modal, dan menjerat masyarakat dalam utang tanpa akhir.
Kini, semakin banyak pelaku usaha memilih sistem bagi hasil. Mereka menyadari bahwa keuntungan tidak harus lahir dari bunga pinjaman, tetapi dari kerja sama, kejelasan akad, dan keberanian berbagi risiko. Prinsip seperti mudharabah dan musyarakah menghadirkan kemitraan yang adil. Saya pernah menyaksikan pelaku UMKM yang semula tertekan oleh bunga bank, namun setelah beralih ke pembiayaan syariah, usahanya tumbuh lebih stabil dan tenang.
Selain itu, banyak negara non-Muslim ikut mempelajari prinsip keuangan Islam. Inggris, Jepang, hingga Korea Selatan membuka layanan bank syariah karena melihat peluang stabilitas dan etika bisnis. Transisi ini menunjukkan bahwa ekonomi Islam bukan hanya ajaran agama, melainkan sistem universal. Dengan demikian, dunia semakin terbuka untuk membangun sistem keuangan tanpa riba.
Meski begitu, perjalanan menuju perubahan tidak mudah. Transisi dari ekonomi konvensional menuju sistem syariah membutuhkan edukasi, regulasi yang kuat, dan keberanian kolektif. Namun, jika masyarakat memahami bahwa riba merusak keseimbangan sosial dan spiritual, maka perubahan akan berjalan lebih cepat dan terarah.
Membangun Dunia Tanpa Riba dengan Ekonomi Syariah
Menuju dunia tanpa riba membutuhkan aksi nyata, bukan hanya wacana. Dunia bisnis harus berani mengganti orientasi dari eksploitasi menuju kolaborasi. Pengusaha, investor, dan masyarakat perlu membangun kesadaran bahwa keberkahan jauh lebih berharga dibanding keuntungan instan.
Saya melihat praktik murabahah secara langsung di beberapa koperasi syariah. Penjual dan pembeli menyepakati harga sejak awal tanpa tambahan bunga tersembunyi. Transaksi berlangsung jujur, dan kedua belah pihak merasa aman. Model ini berhasil menciptakan rasa saling percaya, sesuatu yang jarang muncul dalam transaksi berbunga.
Selain itu, zakat, infak, dan wakaf memainkan peran penting dalam menggerakkan ekonomi umat. Dana ini bisa mengurangi kemiskinan, membiayai pendidikan, dan membangun usaha produktif. Banyak lembaga wakaf modern kini mengembangkan rumah sakit, pertanian, hingga teknologi digital berbasis wakaf. Perkembangan ini membuktikan bahwa ekonomi syariah mampu menjawab kebutuhan era modern tanpa meninggalkan nilai spiritual.
Dengan demikian, dunia tanpa riba bukan utopia. Jika masyarakat terus membangun kesadaran, memperkuat literasi, dan mendukung lembaga syariah, maka sistem ini akan menjadi arus utama. Perubahan mungkin bertahap, tetapi arahnya sudah jelas: keadilan, keberlanjutan, dan keberkahan.
Kebangkitan Ekonomi Syariah dan Harapan Peradaban Baru
Kebangkitan ekonomi syariah turut mengoreksi sistem kapitalis yang mengabaikan nilai kemanusiaan. Kini, fintech syariah berkembang pesat. Platform investasi halal, dompet digital zakat, dan token wakaf menjadi bukti bahwa teknologi bisa berjalan seiring dengan nilai ibadah. Banyak anak muda tertarik bukan karena label “syariah” semata, tetapi karena sistem ini lebih jujur dan etis.
Di tingkat global, Islamic Development Bank dan Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) aktif memperluas ekosistem ekonomi Islam. Indonesia sendiri mencanangkan visi menjadi pusat ekonomi syariah dunia. Pemerintah, pesantren, kampus, dan pelaku usaha mulai bersinergi. Jika konsistensi ini terus bertahan, dunia akan melihat bagaimana ekonomi syariah menciptakan peradaban baru yang adil dan bermartabat.
Akhirnya, masa depan dunia tanpa riba bukan sekadar impian seorang idealis, tetapi arah sejarah yang sedang bergerak. Ekonomi syariah menghadirkan sistem yang tidak hanya mengejar pertumbuhan, tetapi memastikan pertumbuhan itu menumbuhkan kemanusiaan. Inilah momen bagi umat manusia untuk memilih: melanjutkan sistem yang melelahkan, atau membangun peradaban yang lebih tenang, adil, dan penuh keberkahan. (Hendri Hasyim)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
