Kalam
Beranda » Berita » Buku “Aku, Kamu, dan Pemilu”: Catatan Kritis Demokrasi dari Tepi

Buku “Aku, Kamu, dan Pemilu”: Catatan Kritis Demokrasi dari Tepi

Ilustrasi Pelaksanaan Pemilu dan Pilkada 2024 Telah Usai Tapi Demokrasi Belum Selesai

Judul: Aku, Kamu, dan Pemilu
Penulis: Masykurudin Hafidz dan M.A. Karim Mustofa
Penerbit: Cakrawala Yogyakarta
Cetakan: Pertama, 2024
Tebal : xii + 215 halaman

SURAU.CO. “Aku, Kamu, dan Pemilu” sebuah buku hasil tangan dingin penulis bernama Masykurudin Hafidz dan Muhammad Abdul Karim Mustofa terbitan Cakrawala Yogyakarta, mengajak pembaca untuk merenungkan makna demokrasi yang sesungguhnya. Buku ini mengulas lebih dari sekadar proses memilih dalam sebuah Pemilu. Buku ini menekankan bahwa demokrasi merupakan sebuah proses panjang dan berkelanjutan. Proses ini tidak berhenti setelah tinta ungu mengering di jari pemilih.

Buku ini mengajak pembaca, khususnya generasi muda, untuk lebih memahami esensi demokrasi. Buku ini juga menyoroti pentingnya tanggung jawab kolektif. Tanggung jawab kolektif ini ada pada Penyelenggara Pemilu untuk merawat hasil demokrasi. Buku ini juga memberikan perhatian khusus kepada para pemilih.

Pemilu dan Pilkada serentak tahun 2024 telah dilaksanakan. Penyelenggara Pemilu bersama masyarakat telah melaksanakan pesta demokrasi. Masyarakat menggunakan hak kedaulatannya untuk memilih wakilnya di tingkat nasional maupun lokal. Pemilu serentak telah berlangsung pada 14 Februari 2024 sementara Pilkada sudah juga dilaksanakan pada 27 November 2024.

Pentingnya Literasi Kepemiluan Pasca Pemilu

Setelah hiruk-pikuk pemilu dan pilkada berakhir, seringkali banyak orang mengira tugas Penyelenggara Pemilu telah selesai. Kotak suara telah ditutup, hasil telah diumumkan, dan sengketa telah diproses. Pejabat terpilih juga sudah dilantik dan melaksanakan tugasnya masing-masing. Namun, ada tugas penting yang seringkali terlupakan. Tugas penting itu adalah literasi kepemiluan.

Mahakarya Seorang Muslimah: Membangun Karakter di Tengah Arus Zaman

Sayangnya, literasi kepemiluan pasca Pemilu masih belum masif. Banyak KPU daerah atau Bawaslu yang belum memiliki program pengarsipan kerja-kerja teknis ke dalam sebuah literasi. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa sangat sedikit KPU maupun Bawaslu yang aktif menerbitkan buku, modul, atau konten literasi. Padahal, mereka berada di garis terdepan dalam proses demokrasi.

Menggali Lebih Dalam Isi Buku “Aku, Kamu, dan Pemilu”

Buku “Aku, Kamu, dan Pemilu” ini merupakan karya Masykurudin Hafidz dan Muhammad Abdul Karim Mustofa. Keduanya merupakan mantan Tenaga Ahli Bawaslu RI dan Ketua Bawaslu Kabupaten Sleman. Mereka aktif menulis tentang Pemilu dan Pilkada di berbagai platform media. Keduanya sekarang bergabung di Akademi Pemilu dan Demokrasi (APD) Indonesia.

Mereka menulis tentang Pemilu dan Pilkada di media cetak maupun digital. Tulisan mereka kemudian dikumpulkan dan diterbitkan oleh Cakrawala Yogyakarta menjadi buku “Aku, Kamu, dan Pemilu”. Buku ini berisi kumpulan opini dan pandangan kritis tentang Pemilu, Pilkada, dan masa depan demokrasi di Indonesia.

Cak Masykur, panggilan akrab Masykurudin Hafidz dalam bukunya, membahas manajemen risiko pada Pemilu 2024. Ia menekankan pentingnya Pemilu dan Pilkada yang riang gembira dan bebas dari pelanggaran. Mitigasi dan pencegahan yang baik akan menghindarkan Pemilu dan Pilkada dari berbagai pelanggaran. (hal.7)

Sementara itu, M. A. Karim Mustofa, penulis kedua buku ini menyoroti masalah penyandang disabilitas dalam Pemilu. Ia menyoroti bahwa Pemilu yang aksesibel belum sepenuhnya terwujud. Peraturan sudah responsif, namun di lapangan masih banyak kendala. Contohnya adalah data pemilih yang tidak valid dan sosialisasi yang belum merata.(hal.171)

‘Izzah: Mahkota Tak Kasat Mata dan Seni Menjaga Kehormatan Diri dalam Islam

Buku ini berisi 37 tulisan kritis yang mengkonfirmasi hasil pengawasan Pemilu. Buku ini juga mengkritisi kebijakan (policy)yang berkaitan dengan ketidakadilan Pemilu. Penulis juga menyoroti pemilih rentan seperti lansia, penyandang disabilitas, dan kelompok rentan lainnya yang terkadang belum mendapatkan tempat yang adil dalam setiap kontestasi elektoral lima tahunan ini.

Literasi Kepemiluan: Investasi Jangka Panjang untuk Demokrasi

Buku setebal 215 halaman ini mengajak penyelenggara Pemilu untuk berbagi pengalaman. Masyarakat dapat belajar tentang demokrasi dari berbagai aspek. Literasi kepemiluan dapat menjadi modal sosial jangka panjang. Literasi ini dapat mengurangi konflik, meningkatkan partisipasi, dan memperkuat legitimasi hasil Pemilu.

Buku “Aku, Kamu, dan Pemilu” bukan hanya sekadar laporan. Buku ini merupakan warisan pengetahuan dan juga menjadi alat pendidikan publik, serta menjadi bukti bahwa Pemilu adalah proses berkelanjutan. Penyelenggara Pemilu dapat memberikan pelajaran dari pengalaman Pemilu kepada generasi muda. Buku ini juga membantu guru, dosen, dan aktivis dalam mendidik masyarakat. Masyarakat perlu memiliki kesadaran kritis agar tidak mudah “tersesat” oleh isu-isu demokrasi.(kareemustofa)

× Advertisement
× Advertisement