Surau.co
Menu Menu

Surau

Verify Penulis
Di Portal Media
Surau.co
Surau adalah penulis di Surau.co
Surau Surau
3 minggu yang lalu

SURAU.CO. Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) telah meluncurkan Program Pengelolaan Sampah di Pesantren. Untuk tahap pertama program ini telah menjangkau 10 pesantren yang ada di lima provinsi yang ada di Pulau Jawa. Hasilnya beberapa pesantren telah mendapatkan pelatihan hingga pemberian sarana terkait pengelolaan sampah.

“Menanggulangi masalah lingkungan adalah bagian menyambung semangat juang para kiai dulu. Kalau dahulu melawan penjajah, sekarang salah satunya adalah berjuang mengatasi persoalan lingkungan,” ungkap Direktur P3M KH Sarmidi Husna. Untuk itu, lanjut Kiai Sarmidi, P3M mempunyai inisiatif untuk mengangkat permasalahan lingkungan di dan masyarakat pesantren dalam programnya.

Kiai Sarmidi kemudian menjelaskan, terkait masalah lingkungan, Nahdlatul Ulama (NU) pada Muktamar NU di Cipasung 1994 telah memutuskan bahwa hukum mencemarkan lingkungan baik udara, air atau tanah adalah haram. “ Pelakunya sendiri dapat dianggap kriminal (jinayat). Keputusan selanjutnya adalah karena hukum pencemaran lingkungan sudah haram dan pelakunya kriminal, maka jika ada kerusakan lingkungan, maka yang harus memperbaiki/ganti rugi kerusakan adalah pelaku pencemaran itu,” jelasnya.

Persoalan sampah di lingkungan pesantren, sudah menjadi masalah bersama. Selain itu, persoalan sampah ini sudah mulai menimbulkan bahaya (mudarat). Berdasarkan kaidah, ad-dhararu yuzalu (bahaya itu harus dihilangkan). Keharusan menghilangkan bahaya/mudharat diperlukan upaya yang sungguh-sungguh untuk menghilangkannya. Upaya yang sungguh-sungguh inilah bagian dari jihad. Karena jihad itu bukan sekedar perang saja. Menghilangkan bahaya itu bagian dari jihad

Menurutnya program pengelolaan sampah di pesantren salah satunya adalah terbentuknya tim Pengelola Sampah di pesantren dan desa yang berjumlah 75 orang. “Mereka dilatih untuk mampu menjadi pengelola yang memiliki pemahaman, pengetahuan dan keterampilan dalam pengelolaan pengelolaan sampah,” ungkap Kiai Sarmidi. Selain itu juga munculnya sistem pengelolaan sampah yang efektif dan berkelanjutan di pesantren. “Dan yang tidak kalah pentingnya adalah adanya infrastruktur seperti rumah Sampah dan rumah Kompos serta fasilitas pendukungnya seperti tempat sampah terpilah dan lain-lain,” tambahnya.

Kiai Sarmidi menambahkan P3M telah melaksanakan berbagai kegiatan terkait pengelolaan sampah ini. “Kami telah melakukan berbagai kegiatan mulai bulan Oktober 2024. Diantara kegiatan tersebut adalah workshop, FGD di sepuluh pesantren, kemudian mindstreaming dan penyerahan bantuan berupa alat angkut sampah hingga tablet untuk membantu pengelolaan sampah. Total acara tersebut semuanya diikuti sebanyak 1400 orang,” ujarnya.

Sementara itu Lucia Karina, Direktur Public Affairs, Communications, and Sustainability CCEP Indonesia menyatakan bahwa pihaknya akan fokus pada edukasi pemilahan sampah dan daur ulang kemasan PET. “Kami ingin menciptakan ekosistem daur ulang yang melibatkan santri, pesantren, dan masyarakat sekitar, sekaligus mendukung target kami untuk mengumpulkan 100% kemasan pada tahun 2030,” katanya.

Selain itu, lanjut Karina, Indonesia menyebut masalah lingkungan seperti sampah itu sebetulnya bukan hanya tanggung jawab satu pihak saja. “Persoalan ini tanggung jawab semua insan. Bukan tanggung jawab perusahaan atau pemangku kebijakan saja,” ungkapnya.

Menurut Karina pesantren mempunyai peran sebagai pemimpin dan menjadi teladan bagi masyarakat sekitar dalam penanggulangan masalah lingkungan ini. “Pesantren dalam menyambung juang adalah sebagai katalisator. Pesantren bisa menjadi pemimpin dalam perubahan mengurangi dampak persoalan lingkungan yang ada saat ini,” ungkapnya.

Dengan Taklane “GELAR BUMI” (Gerakan Santri Lestarikan Bumi), program pengelolaan sampah ini menjangkau antara 10 pesantren lain yaitu Pesantren Nur El Falah, Serang, Pesantren Buntet, Cirebon. Kemudian Pesantren Al Muhajirin, Purwakarta, Pesantren Al Ittihad Poncol Semarang, Pesantren Al Anwar 2 Sarang Rembang , Pesantren API Tegalrejo Magelang . Selain itu juga Pesantren Al Miftah Mlangi Yogyakarta, Pesantren Lirboyo Kediri, Pesantren Al Muhajirin III Tambak Beras, Jombang dan Pesantren Al Fattah Siman Lamongan

Surau Surau
3 minggu yang lalu

SURAU.CO. Dzun Nun al Misri dikenal sebagai salah satu Sufi besar dalam sejarah Islam. Ajarannya tentang cinta dan ketaatan kepada Allah masih menjadi rujukan bagi para pencari kebenaran hingga hari ini. Selain itu, kisah-kisah hidupnya sering kali menyimpan hikmah yang mendalam, salah satunya adalah pertemuannya dengan seorang perempuan yang oleh masyarakat dijuluki "gila."

Suatu ketika, Dzun Nun tengah berjalan menyusuri lorong-lorong kota Anatiokia. Di tengah perjalanan, ia bertemu dengan seorang perempuan yang mengenakan jubah bulu. Perempuan ini dianggap "gila" oleh orang-orang di sekitarnya. berikut kisahnya yang berdasar dari buku Tokoh-Tokoh Gila yang Paling Waras atau Uqala' al Majanin.

Namun, sesuatu yang tak terduga terjadi. Saat berpapasan, perempuan itu tiba-tiba berkata, "Bukankah kamu dzun nun?"

Dzun Nun terkejut mendengar namanya disebut. Dengan rasa penasaran, ia bertanya, "Bagaimana kamu bisa mengenalku?"

Dengan tenang, perempuan itu menjawab, "Cinta telah membuka hati kita berdua, sehingga aku mengenalmu."

Jawaban itu membuat Dzun Nun terdiam sejenak. Tak lama kemudian, mereka pun terlibat dalam percakapan yang penuh makna. Tiba-tiba, perempuan itu menengadah ke langit dan berkata, "Sesungguhnya, hati para kekasih selalu merindu kepada Allah. Hati mereka terikat oleh tali kegembiraan, dan mereka memandang-Nya dengan mata hati yang penuh pengetahuan."

Kata-kata itu begitu indah dan menyentuh, membuat Dzun Nun takjub. Suasana menjadi hening, namun perempuan itu melanjutkan dengan sebuah pertanyaan, "Apa arti kedermawanan menurutmu?"

Dzun Nun menjawab singkat, "Memberikan sesuatu."

Perempuan itu lalu bertanya lagi, "Itu hanya kedermawanan di dunia. Lalu, apa itu kedermawanan dalam agama?"

Dzun Nun menjawab, "Segera melaksanakan ketaatan kepada Allah."

Dialog mereka belum selesai. Perempuan itu kembali bertanya, "Jika kamu bersegera dalam ketaatan, apakah kamu mengharapkan sesuatu dari Allah?"

"Ya," jawab Dzun Nun, "Aku berharap satu kebaikan dibalas dengan sepuluh kali lipat."

Mendengar itu, perempuan tersebut menegur dengan lembut, "Jangan begitu, wahai yang lalai. Itu bukan sikap yang baik dalam agama. Bersegera dalam kebaikan sejatinya adalah ketika hatimu tulus, tanpa mengharapkan imbalan apa pun atas perbuatanmu."

Ia melanjutkan, "Dulu, selama dua puluh tahun, aku juga pernah mengharapkan balasan dari amal baikku. Tapi kemudian aku merasa malu kepada Allah. Aku takut menjadi seperti pekerja yang hanya mengejar upah. Tidak, aku tidak seperti itu. Aku beramal hanya untuk mengagungkan nama-Nya."

 

Surau Surau
3 minggu yang lalu

Zakat mal atau harta merupakan ibadah wajib bagi orang islam. Selain fitrah atau bahan makanan pokok yang harus di keluarkan untuk mustahik, sebagian harta kekayaan juga harus kita zakatkan.

Islam mengatur urusan sosial melalui hukum dan aturan yang rinci. Aturan tersebut memberikan dampak positif terhadap keberlangsungan hubungan sosial antar manusia, khususnya antar umat Islam.

Mengingat ibadah ini begitu penting, Zakat menjadi salah satu dari rukun Islam. Dalam artikel ini, Surau.co fokus membahas tentang ketentuan berzakat harta atau mal.

Pengertian Zakat Mal atau Zakat Harta Kekayaan

Dalam bahasa Arab, Mal berarti harta. Jadi, Apa itu Zakat Mal? zakat mal adalah zakat kekayaan yang harus dikeluarkan jika sudah memenuhi batas waktu dan nishab. Harta tersebut mencakup hasil perniagaan, pertanian, pertambangan, hasil ternak, hasil laut, harta temuan, emas dan perak serta hasil kerja (profesi). Masing-masing tipe memiliki perhitungannya masing-masing.

Syarat Wajib Zakat Mal
  1. Islam
  2. Merdeka (bukan budak)
  3. Hak milik yang sempurna
  4. Telah mencapai nisab
  5. Masa memiliki sudah sampai satu tahun / haul (selain tanaman dan buahbuahan).
  6. Lebih dari kebutuhan pokok. Orang yang berzakat kebutuhan minimal / pokok untuk hidupnya terpenuhi
  7. Bebas dari hutang, bila individu memiliki hutang yang bila dikonversikan ke harta yang dizakatkan mengakibatkan tidak terpenuhinya nishab, dan akan dibayar pada waktu yang sama maka harta tersebut bebas dari kewajiban.
Macam-macam Zakat Kekayaan yang Wajib dibayarkan
Membayar Zakat Mal

Membayar Zakat Mal

1. Zakat Emas dan Perak

Emas dan perak wajib dizakatkan jika sudah mencapai nisab. Islam telah mensyariatkan kewajiban mengeluarkan sebagian harta, diantaranya emas dan perak dan sesuatu yang menggantikan keduanya, yakni uang.

Menurut Abu Zahrah harus dizakati dan dinilai dengan uang. Jika harta tersebut digadaikan, maka zakatnya dipungut atas pemilik harta. Karena, barang-barang yang digadaikan tetap menjadi milik yang menggadaikan.

2. Zakat Harta Perniagaan atau Perdagangan

Harta perniagaan atau perdagangan yang wajib dizakatkan adalah harta yang dijual atau dibeli guna memperoleh keuntungan. Ketentuan harta jenis ini tidak hanya tertentu pada harta kekayaan, melainkan semua harta benda yang diperdagangkan. Para ulama bersepakat tentang wajibnya zakat pada harta perdanganan ini.

3. Hasil Pertanian

Hasil pertanian yang wajib dizakatkan adalah hasil tumbuh-tumbuhan atau tanaman yang bernilai ekonomis. Zakat hasil pertanian yang wajib dikeluarkan zakatnya seperti biji-bijian, umbi-umbian, sayur-mayur, buah-buahan, tanaman hias, rumput-rumputan, dedaunan, dll. Nisab hasil pertanian adalah 5 wasaq atau setara dengan 750 kg.

4. Binatang Ternak

Binatang ternak yang wajib dizakatkan adalah unta, sapi, dan kerbau, kambing dan biri-biri. Syarat binatang ternak yang wajib dizakati haruslah sampai senisab, telah mencapai haul, digembalakan, dan tidak dipekerjakan.

Hewan ternak yang akan dikeluarkan harus sehat dalam artian tidak luka, cacat, pincang, dan kekurangan lain yang mengurangi manfaat dan harganya. Selain itu, hewan juga harus betina dan cukup umur berdasarkan ketentuan nash.

5. Zakat Rikaz (Harta Terpendam)

Rikaz merupakan salah satu harta yang wajib dikeluarkan zakatnya. Apa itu Rikaz? Secara etimologi, rikaz adalah sesuatu yang ditetapkan. Rikaz adalah emas dan perak yang ditanam di dalam tanah. Menurut sebagian ulama, rikaz, yaitu harta karun yang diketemukan setelah terpendam dimasa lampau.

6. Zakat Hasil tambang

Mengenai jenis barang tambang yang wajib dizakatkan terjadi perbedaan pendapat anatar ulama. Menurut pendap ahmad,barang tambang yang wajib dizakatkan adalah segala hasil bumi yang berharga, seperti emas,perak, permata, besi, tembaga, timah, intan, berlian, batu-bara, belerang, minyak bumi, dan lain sebagainya.

7. Zakat profesi

Zakat profesi termasuk jenis zakat mal yang wajib dikeluarkan. Apa itu zakat profesi? zakat profesi adalah zakat yang dikeluarkan dari penghasilan profesi (hasil profesi) bila telah mencapai nisab. Profesi yang dimaksud mencakup profesi pegawai negeri atau swasta, konsultan, dokter, notaris, akuntan, artis, dan wiraswasta. Bila pendapatanya selama setahun lebih dari senilai 85 gram emas dan zakatnya dikeluarkan setahun sekali sebesar 2,5% setelah dikurangi kebutuhan pokok. Dasar Hukum dari zakat profesi ini seperti zakat tentang usaha lainnya yang tertera dalam QS.al Baqarah/2 : 267.

Selain zakat mal, zakat fitrah termasuk ibadah yang hukumnya wajib. lebih lanjut tentang penjelasan zakat fitrah bisa membaca artikel Zakat Fitrah Ketentuan Hukum, Cara, Niat dan Do’a.

Demikian penjelasn tentang zakat mal jenis, syarat dan ketentuan. Lebih lengkap tentang zakat bisa dilihat pada artikel Pengertian Zakat, Jenis, Hukum dan Cara Membayarnya.

Semoga artikel ini bisa memberikan manfaat bagi para pembaca. Jika mau membayar zakat tanpa repot, bisa melalui badan zakat terpercaya Indonesia Baznas.

Surau Surau
3 minggu yang lalu

SURAU.CO. Kabar baru dari Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta. Menurut rencana akan membuka pendaftaran program Mudik Gratis untuk masyarakat pada 7 Maret hingga 25 Maret 2025. Namun ada beberapa  syarat yang harus dipenuhi kalau ingin ikut acara mudik tahunan ini.

"Pendaftaran mudik gratis akan dimulai pada 7 Maret sampai dengan tanggal 25 Maret. Syaratnya tentu pertama Kartu Keluarga (KK), yang kedua KTP (DKI Jakarta)," ujar Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Syafrin Liputo di Balai Kota DKI Jakarta, Selasa. Untuk mudik gratis pada tahun ini ada 293  unit kendaraan bus yang akan membawa masyarakat Jakarta mudik ke daerahnya.  Jumlah bus tahun bertambah 21 persen dari pada tahun kemarin.

"Permintaan mudik gratis tahun 2024 cukup tinggi, dan banyak masyarakat yang belum terlayani, maka tahun 2025 ada penambahan. Untuk jumlah bus tahun ini akan dilayani oleh sebanyak 293 bus, yang akan menuju 20 kota di enam provinsi," tambahnya.

Cek Syaratnya

Untuk  persyaratan dan  cara pendaftaran sebagai berikut :

  1. Identitas diri. Calon peserta wajib membawa Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau Kartu Keluarga (KK) yang berdomisili di Jakarta.
  2. Kendaraan bermotor. Bagi yang ingin membawa sepeda motor, diwajibkan menunjukkan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) yang sah.
  3. Pendaftaran online. Pendaftaran dapat dilakukan melalui situs resmi mudikgratis.jakarta.go.id.
  4. Verifikasi . Setelah mendaftar, calon peserta harus melakukan verifikasi dengan membawa fotokopi dokumen yang diperlukan ke lokasi verifikasi terdekat.

Angkutan bus tersebut akan membawa penumpang ke 20 kota di enam provinsi. Bus tersebut akan berangkat antara lain Palembang (Sumatera Selatan), Bandar Lampung (Lampung).  Lemudian juga ada yang Kuningan dan Tasikmalaya (Jawa Barat). Selain itu menuju ke  10 kota di Jawa Tengah antara lain Tegal, Pekalongan, dan Sragen. Selanjutnya juga akan membawa pemudik ke Daerah Istimewa Yogyakarta, serta lima kota di Jawa Timur seperti Blitar dan Malang.

Selain itu Pemprov DKI juga menyiapkan sebanyak 228 unit bus yang berangkat dari 20 kota untuk arus balik.  Sedangkan bagi pemotor Pemprov DKI juga menyiapkan sebanyak 10 armada truk untuk mengangkut sekitar 600 unit sepeda motor milik warga yang berangkat mudik dan pulang kembali. "Angkutan truk akan dilepas pada tanggal 26 Maret dari Terminal Pulogadung. Dan tanggal 27 Maret nanti akan dilepas untuk keberangkatan penumpang sebanyak 293 unit bus untuk menuju enam provinsi di 20 kota," kata Syafrin. Pemprov DKI sendiri nantinya akan memprioritaskan pendaftar yang membawa sepeda motor.

Ditambahkan oleh Safrin, pihaknya menargetkan sebanyak 22.400 orang pemudik dapat terlayani menggunakan bus. Sedangkan untuk sepeda motor yang dapat terangkut yakni 600 sepeda motor. Pemprov DKI mengalokasikan anggaran sebanyak Rp16 miliar, Angka ini lebih tinggi dibandingkan tahun lalu yakni Rp13 miliar.

 

Surau Surau
3 minggu yang lalu

Di pinggir jalan yang ramai, sore menjelang magrib, sekelompok anak muda mencegat sebuah mobil tua melintas perlahan. "Pak, parkir sebentar, mari buka bersama!" teriak salah satunya sambil menunjuk tikar penuh makanan di dekatnya. Awalnya, pria asing itu bingung, tapi anak-anak muda itu tak menyerah. Mereka mendekat dengan ramah, membukakan pintu mobil, dan akhirnya pria itu tersenyum kecil, memarkir kendaraannya. Tak lama, ia duduk bersila, menikmati minuman dingin sambil mengangguk mendengar obrolan tentang pertandingan sepak bola kemarin.

Di sudut lain, aroma makanan tradisional tercium dari tikar-tikar yang ditata rapi di trotoar. Seorang ibu rumah tangga sibuk mengatur piring sederhana bersama tetangga, sesekali melirik jam. Ketika azan magrib berkumandang, ia melihat seorang pria muda berjalan tergesa-gesa dengan tas lusuh di pundak. Dengan senyum lebar, ia melangkah cepat, tangannya terulur lembut sambil berkata, "Ayo, nak, berbuka dulu bersama kami!" Pria itu terkejut, ragu sejenak, tapi kehangatan suaranya membuatnya tak kuasa menolak. Ia pun duduk di tikar, bergabung dengan warga lain yang tertawa kecil sambil berbagi cerita hari itu.

Bulan Ramadhan selalu menjadi momen istimewa bagi umat Muslim di seluruh dunia, termasuk di Sudan. Di negara yang terletak di Afrika Timur Laut ini, Ramadhan tidak hanya dirayakan dengan ibadah puasa, salat tarawih, dan kegiatan keagamaan lainnya, tetapi juga dengan tradisi unik yang mencerminkan nilai-nilai solidaritas dan kebersamaan. Salah satu tradisi yang paling menonjol dan menjadi sorotan dunia muslim lain adalah tradisi “Begal Ramadan” itu. Yakni, tradisi mencegat orang yang sedang melintas di jalanan untuk parkir sejenak dan berbuka Bersama. Sebagaimana diliput oleh Sudanow Magazine, tradisi ini menjadi simbol keramahan dan semangat berbagi yang kuat di kalangan rakyat Sudan.

Asal-Usul dan Makna Tradisi Begal Ramadan

Tradisi berbuka bersama di pinggir jalan, yang dikenal sebagai "iftar al-sokak" yang oleh orang Indonesia dipadankan dengan "Begal Ramadan", memiliki akar yang dalam dalam budaya Sudan. Menurut laporan dari Sudanow Magazine, tradisi ini bukanlah hal baru, melainkan telah diwariskan dari generasi ke generasi. Pada masa lalu, ketika transportasi belum semaju sekarang, para pelancong atau pedagang yang melintasi kota-kota besar seperti Khartoum atau Omdurman sering kali tidak memiliki tempat untuk berbuka puasa. Masyarakat Sudan, yang dikenal dengan keramahannya, kemudian menginisiasi tradisi ini dengan menyediakan makanan di tepi jalan untuk memastikan bahwa tidak ada seorang pun yang kelaparan saat waktu berbuka tiba.

Tradisi ini juga mencerminkan ajaran Islam tentang pentingnya berbagi rezeki. Dalam sebuah wawancara dengan Al Jazeera, seorang penduduk lokal di Khartoum, Ahmed Osman, mengatakan, "Di Sudan, kami percaya bahwa Ramadhan adalah waktu untuk memberi, bukan hanya menerima. Menyediakan makanan untuk orang asing adalah cara kami menunjukkan rasa syukur atas nikmat yang kami miliki." Nilai-nilai ini selaras dengan semangat Ramadhan yang menekankan empati terhadap sesama, terutama mereka yang kurang beruntung.

Pelaksanaan Tradisi

Pelaksanaan iftar jalanan di Sudan dilakukan dengan cara yang sederhana namun penuh makna. Menurut Sudanow Magazine, sebelum waktu magrib tiba, warga di berbagai lingkungan berkumpul untuk menyiapkan tempat berbuka di pinggir jalan. Mereka membawa berbagai makanan tradisional seperti ful medames (kacang fava rebus), ta’miya (falafel Sudan), roti lokal, dan minuman seperti karkadeh (teh bunga hibiskus). Meja-meja kecil atau tikar ditata di trotoar, dan makanan disusun rapi untuk menyambut siapa saja yang lewat.

Yang membuat tradisi ini unik adalah kebiasaan warga menghentikan para pejalan kaki, pengendara sepeda, atau bahkan pengemudi mobil untuk bergabung. Tidak ada pengecualian—baik penduduk lokal, pelancong, atau bahkan turis asing, semua diundang dengan ramah. Seorang jurnalis dari BBC yang pernah meliput tradisi ini di Khartoum menggambarkan pengalamannya: "Saya sedang berjalan menuju hotel ketika seseorang menarik tangan saya dengan lembut dan berkata, ‘Ayo, bergabunglah dengan kami!’ Saya tidak bisa menolak senyuman hangat mereka."

Tantangan dan Adaptasi di Masa Modern

Meskipun tradisi ini tetap populer, tantangan modern seperti urbanisasi dan situasi ekonomi yang sulit di Sudan telah memengaruhi pelaksanaannya. Dalam beberapa tahun terakhir, konflik dan krisis ekonomi menyebabkan kenaikan harga pangan, sehingga tidak semua keluarga mampu menyumbang makanan dalam jumlah besar. Namun, semangat kebersamaan tidak pudar. Sebuah artikel di Middle East Eye menyoroti bagaimana komunitas di Port Sudan beradaptasi dengan mengumpulkan donasi kecil dari warga untuk memastikan tradisi ini tetap berjalan. "Kami mungkin tidak punya banyak, tapi kami punya hati yang besar," kata seorang ibu rumah tangga dalam laporan tersebut.

Selain itu, pandemi COVID-19 juga sempat mengganggu tradisi ini. Pada tahun 2020 dan 2021, pembatasan sosial memaksa warga untuk mengurangi kerumunan. Namun, seperti dilaporkan Al Jazeera, banyak keluarga beralih dengan membagikan paket makanan kepada tetangga atau orang-orang yang membutuhkan sebagai pengganti iftar jalanan skala besar.

Dampak Sosial dan Budaya

Tradisi iftar jalanan tidak hanya tentang berbagi makanan, tetapi juga memperkuat ikatan sosial. Dalam masyarakat Sudan yang multietnis—dengan ratusan suku seperti Nubian, Arab, dan Beja—tradisi ini menjadi jembatan yang menyatukan perbedaan. The Guardian pernah menulis bahwa iftar jalanan adalah "cerminan nyata dari keberagaman Sudan yang harmonis." Di tengah hiruk-pikuk kehidupan sehari-hari dan tantangan politik yang sering mengguncang negara ini, momen berbuka bersama memberikan ruang bagi warga untuk saling mendukung.

Bagi anak-anak muda, tradisi ini juga menjadi sarana pembelajaran nilai-nilai kemanusiaan. Seorang aktivis muda, Fatima Ali, yang diwawancarai oleh Sudanow Magazine, mengatakan, "Saya belajar dari kecil bahwa Ramadhan bukan hanya soal menahan lapar, tapi juga tentang memahami kesulitan orang lain. Tradisi ini mengajarkan saya untuk peduli."

Resonansi Internasional

Tradisi iftar jalanan Sudan telah menarik perhatian media internasional dan menginspirasi komunitas lain di luar negeri. Misalnya, komunitas diaspora Sudan di Inggris dan Amerika Serikat mulai mengadopsi konsep serupa dengan menggelar iftar komunal di taman-taman kota. Laporan dari Reuters menyebutkan bahwa acara semacam ini tidak hanya mempertahankan identitas budaya Sudan, tetapi juga memperkenalkan keramahan Sudan kepada dunia.

Tradisi berbuka bersama di pinggir jalan adalah salah satu harta budaya Sudan yang patut dilestarikan. Di balik kesederhanaannya, tradisi ini membawa pesan mendalam tentang solidaritas, keramahan, dan kebersamaan yang melampaui batas sosial, ekonomi, dan etnis. Seperti yang diungkapkan dalam Sudanow Magazine, "Ini bukan sekadar makan bersama; ini adalah perayaan kemanusiaan." Di tengah berbagai tantangan yang dihadapi Sudan, tradisi ini tetap menjadi pengingat bahwa semangat Ramadhan—berbagi dan peduli—akan selalu hidup di hati rakyatnya.

Dengan terus menjaga tradisi ini, Sudan tidak hanya memperkaya warisan budayanya, tetapi juga menawarkan pelajaran berharga kepada dunia tentang arti sejati dari kebersamaan. Ramadhan di Sudan, melalui iftar jalanan, adalah bukti bahwa bahkan di saat sulit, hati yang terbuka dan tangan yang terulur selalu mampu menciptakan keajaiban.

 

Surau Surau
3 minggu yang lalu

SURAU.CO. Program pesantren Ramah Anak memasuki tahap lanjutan. Ada 512 pesantren yang resmi masuk dalam Pilot Pendampingan Program pesantren ramah anak. Hal tersebut sebagaimana Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 1541 Tahun 2025 tentang Pilot Pendampingan Program Pesantren Ramah Anak.

Menurut Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Suyitno, program ini mendorong lingkungan pesantren yang aman, nyaman, dan mendukung tumbuh kembang anak. "Program ini diharapkan menjadi model bagi pesantren lain dalam menciptakan ekosistem pendidikan yang inklusif, aman, dan berorientasi pada kesejahteraan santri," ungkapnya. Selain itu tujuan program ini juga memberikan pendampingan, pemantauan, serta evaluasi kepada pesantren terpilih guna memastikan implementasi konsep pesantren ramah anak secara optimal.

Sementara itu Direktur Pesantren, Basnang Said menyebut kebijakan pesantren ramah anak ini penting adanya kerjasama dan kolaborasi antar-Kementerian. Kolaborasi tersebut untuk memastikan agar kebijakan Pesantren Ramah Anak ini dapat berjalan dengan efektif di lapangan. "Program Pesantren Ramah Anak tidak bisa dijalankan oleh Kementerian Agama saja. Kerja sama lintas kementerian dan lembaga sangat diperlukan untuk memastikan keberhasilan implementasinya," ujar Basnang.

Sementara itu, Yusi Damayanti, Kasubdit Pesantren Salafiyah dan Pengkajian Kitab Kuning mengungkapkan bahwa Kemenag telah menyusun Peta Jalan Program Pengembangan Pesantren Ramah Anak yang akan diimplementasikan secara bertahap di seluruh Indonesia. "Piloting 512 pesantren ini menjadi langkah awal yang strategis dalam mengarusutamakan kebijakan Pesantren Ramah Anak," jelas Yusi yang juga Ketua Satgas Pesantren Ramah Anak.

Melalui Direktorat Pesantren, lanjut Dirjen, keputusan ini sebagai langkah konkret tindak lanjut dari Keputusan Menteri Agama Nomor 91 Tahun 2025 tentang Peta Jalan Program Pengembangan Pesantren Ramah Anak, yang bertujuan untuk memastikan pesantren di Indonesia menjadi tempat yang aman, mendukung tumbuh kembang, dan melindungi hak-hak anak.

Sebelumnya Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI telah mengeluarkan Keputusan Nomor 1262 Tahun 2024 yang secara resmi menetapkan regulasi untuk pengasuhan yang ramah anak di pesantren. Plt Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren (PD Pontren) Waryono menjelaskan, panduan ini ditujukan untuk membimbing pesantren dalam merawat anak-anak di lingkungan mereka.

Untuk daftar pesantren yang masuk dalam Pilot Pendampingan Program Pesantren Ramah Anak dapat diunduh disini.

Surau Surau
3 minggu yang lalu

 

SURAU.CO. Program Ramadhan On Air diluncurkan oleh Kementerian Agama. Program ini merupakan bagian dari Podcast PesantreNet yang dikelola secara resmi oleh Direktorat pesantren dan akan disiarkan melalui kanal YouTube Pendidikan Pesantren.

Menurut Direktur Pesantren, Basnang Said, program ini dirancang untuk mengangkat berbagai aktivitas khas pesantren selama Ramadan dalam format digital. “Pesantren Ramadan On Air adalah podcast resmi kami yang menampilkan kegiatan pesantren, khususnya di bulan suci ini,” ujar Basnang.

kemudian Basnang juga menjelaskan bahwa konsep utama program ini mengadaptasi tradisi pengajian pasaran atau pasanan atau pengajian rutin di pesantren ke dalam bentuk digital. Salah satu fokusnya adalah pengajian kitab kuning yang disajikan dengan pendekatan modern. “Kami membawa pengajian pasaran ke ranah digital agar lebih relevan dengan zaman,” tambahnya.

Ada beberapa program menarik dalam Pesantren Ramadhan On Air ini. Selain pengajian kitab kuning, program tersebut juga menyuguhkan konten lain yang beragam dan menghibur, seperti:

Bandongan Kitab Kuning - Tayang setelah salat Subuh.
Tadarus PesanTrend - Tayang setelah salat Dzuhur.
Puisi Puasa - Tayang menjelang berbuka puasa.
Humor Ala Pesantren - Tayang setelah salat Maghrib.
Live Aktivitas Pasaran dari Pesantren - Tayang setelah salat Tarawih.

Menurutnya konten dalam program ini dirancang untuk memperkaya pengalaman Ramadan dengan nuansa edukasi, spiritualitas, sekaligus hiburan khas pesantren.

 

Surau Surau
3 minggu yang lalu

SURAU.CO. Tahun lalu, pas bulan Ramadhan viral tentang war takjil. Hampir semua media sosial membahas war takjil dengan berbagai macam keunikannya. Takjil yang memang tradisi khas bulan puasa kemudian berubah menjadi bagian dari kekayaan kuliner lokal yang khas selama bulan Ramadhan. Selain takjil adalah cermin dari kepedulian sosial.

Secara istilah takjil merujuk pada hidangan ringan yang dikonsumsi untuk berbuka puasa, khususnya selama bulan suci Ramadhan. Hidangan khas ini tidak hanya sekadar memenuhi kebutuhan fisik juga sarat dengan makna budaya dan spiritual dalam Islam. Asal usul kata "takjil" dan praktiknya memiliki akar yang mendalam dalam sejarah dan ajaran agama Islam. Tradisi tersebut hingga kini masih lestari di kalangan umat Muslim di seluruh dunia.

Secara etimologi "takjil" berasal dari bahasa Arab, tepatnya dari kataعجل dalam bentuk mashdar yang menjadi تعجيل yang berarti menyegerakan. Dalam konteks berbuka puasa, kata ini merujuk pada anjuran untuk segera berbuka begitu waktu Maghrib tiba. Hal tersebut sebagaimana ada dalam hadis Nabi Muhammad SAW. Salah satu hadis yang sering dikutip adalah:

"Manusia akan senantiasa dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka." (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari hadis ini, umat Islam dianjurkan untuk tidak menunda-nunda berbuka puasa setelah matahari terbenam. Oleh karena itu, "takjil" mengacu pada hidangan yang dapat dikonsumsi dengan cepat untuk memenuhi anjuran tersebut. Seiring waktu, istilah "takjil" berkembang menjadi merujuk pada makanan atau minuman ringan yang biasa disajikan saat berbuka puasa.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata takjil memiliki arti mempercepat dalam berbuka, sehingga takjil bermakna untuk menyegerakan berbuka puasa yang dilakukan ketika waktunya tiba yaitu saat sudah memasuki waktu magrib. Karena dalam Islam menyegerakan berbuka puasa adalah sebuah anjuran. Namun, seiring berjalannya waktu kata takjil diartikan oleh masyarakat Indonesia sebagai makanan atau minuman untuk mengawali buka puasa.

Dalam banyak budaya Muslim, takjil menjadi simbol dari ketaatan terhadap ajaran agama sekaligus sebagai sarana untuk memulihkan tenaga dengan cepat. Hidangan takjil biasanya berupa makanan atau minuman yang mudah dicerna dan kaya akan gula alami, seperti kurma, jus buah, atau hidangan manis lainnya, yang dapat segera meningkatkan kadar gula darah setelah berpuasa.

Perkembangan Takjil Antara Budaya Kuliner dan Kepedulian

Seiring berjalannya waktu, tradisi takjil berkembang menjadi lebih dari sekadar mengikuti anjuran agama. Di berbagai negara Muslim, takjil menjadi bagian dari kekayaan kuliner lokal yang khas selama bulan Ramadhan. Makanan dan minuman yang disajikan sebagai takjil sering kali mencerminkan identitas budaya dan cita rasa setempat. Beberapa contoh takjil populer di Indonesia seperti kolak, es buah, gorengan dan lain sebagainya

Perkembangan ini menunjukkan bagaimana takjil tidak hanya berfungsi sebagai pemenuhan kebutuhan fisik, tetapi juga sebagai sarana untuk melestarikan dan merayakan keragaman budaya kuliner di dunia Muslim. Lebih dari sekadar makanan atau minuman, takjil juga melambangkan semangat berbagi dan kebersamaan.

Masyarakat Indonesia selalu menyediakan hidangan berbuka puasa secara cuma-cuma di pinggir jalan atau di masjid. Praktik berbagi takjil ini tidak hanya mencerminkan kepedulian sosial, tetapi juga menguatkan ikatan komunitas. Bulan Ramadhan menjadi momentum untuk meningkatkan amal kebaikan, dan berbagi takjil adalah salah satu bentuk nyata dari semangat tersebut.

Dalam Kitab Busyra al-Karim bi Syarhi Masail al-Ta’lim karya Syeikh Said bin Muhammad mengatakan bahwa Allah Swt. menjanjikan ganjaran yang luar biasa bagi mereka yang berbagi takjil.

“Dan disunahkan memberi iftar atau buka puasa kepada orang yang berpuasa meskipun hanya dengan satu biji buah kurma atau seteguk minuman. Dan dengan memberikan makan malam lebih utama, berdasarkan sebuah riwayat hadis Rasulullah “Barangsiapa memberikan iftar kepada orang yang sedang berpuasa maka ia mendapatkan pahala orang yang berpuasa itu tanpa sedikit pun mengambil pahala dari orang yang berpuasa tersebut.”

Surau Surau
3 minggu yang lalu

SURAU.CO. Bulan Ramadhan adalah bulan penuh berkah. Salah satu manfaat dari puasa Ramdhan adalah tidak hanya membawa manfaat bagi ketenangan jiwa, tetapi juga kesehatan fisik. Untuk itu umat Islam harus melakukan ibadah puasa secara bersungguh-sungguh agar meningkat kualitas dirinya.

Hal tersebut dikatakan oleh KH Moh Zuhri Zaini, Pengasuh Pondok pesantren nurul jadid (PPNJ) Paiton, Probolinggo. "Sambutlah Ramadhan dengan sukacita dan keseriusan dalam beribadah, karena bulan ini adalah waktu yang tepat untuk memperbaiki diri," ungkap Kiai Zuhri beberapa waktu lalu.

Dalam tausiahnya kepada para santri tentang makna Bulan Suci Ramadhan di Aula 2 PPNJ pada hari Rabu, dirinya menekankan bahwa puasa yang dilakukan dengan sungguh-sungguh dapat menjadi sarana peningkatan kualitas diri.

Menurut Kiai Zuhri, keistimewaan Ramadhan terletak pada diturunkannya Al Quran sebagai petunjuk hidup bagi manusia. Ia menjelaskan bahwa melalui Al Quran, yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW, Allah memberikan panduan agar umat manusia tidak kehilangan arah. "Al Quran bukan hanya untuk dibaca, tetapi harus dipelajari, dipahami, dan diterapkan dalam kehidupan setiap hari," katanya dengan penuh semangat.

Selain itu Kiai Zuhri juga mengungkapkan bahwa puasa merupakan wujud syukur atas anugerah Al Quran yang luar biasa. Dalam puasanya, lanjut kiai, bukan sekadar menahan lapar dan haus, melainkan latihan untuk mengendalikan diri dan meningkatkan ketakwaan kepada Allah. "Bersyukur tidak selalu dengan makan bersama; justru melalui puasa, kita menunjukkan rasa terima kasih atas nikmat yang telah diberikan," tambahnya.

Lebih lanjut, ia mengakui bahwa mengamalkan ajaran Al Quran tidaklah mudah karena godaan hawa nafsu sering kali menghadang. Namun, puasa menjadi cara efektif untuk melatih pengendalian diri. "Jika kita mampu mengendalikan nafsu maka menjalankan perintah Allah akan terasa ringan, dan menjauhi larangan-Nya pun tidak akan menjadi beban," jelas Kiai Zuhri kepada para santri.

Dirinya kemudian menyinggung pentingnya membentuk kebiasaan baik dalam kehidupan sehari-hari. Menurutnya, kebiasaan, baik yang positif maupun negatif, terbentuk dari tindakan yang diulang-ulang. "Kebiasaan tidak selalu baik, ada kebiasaan yang buruk, dan ada yang baik. Maka, jika ingin terbiasa dalam kebaikan, biasakanlah melakukan sesuatu yang baik sejak sekarang. "tutupnya.

Surau Surau
3 minggu yang lalu

Masykurudin Hafidz

SURAU.CO.Ibarat cerita pewayangan, bulan Ramadan adalah Candradimuka, sebuah kawah dimana seseorang menempa diri dalam pergulatan spiritual, jika bisa keluar dari kawah tersebut maka dia akan menjadi sakti. Bulan Ramadan adalah bulan istimewa bagi umat Islam, yang didalamnya terdapat ibadah yang tak ternilai harganya misalnya ibadah Puasa, sholat tarawih serta tadarrus Al-qur’an. Oleh sebab itu banyak umat Islam yang selalu merindukan datangnya bulan suci ini.

Ramadan adalah bulan dimana umat Islam diwajibkan berpuasa (al-shaum) dalam arti tidak makan, tidak minum, tidak melakukan hubungan seksual dan lain sebagainya. Akan tetapi, dibalik makna yang ritual-normatif itu sebenarnya ada makna terdalam dari puasa yaitu “imsak” (menahan diri). Orang yang berpuasa secara benar adalah orang yang bisa imsak dalam arti sebenarnya. Dia menahan diri untuk tidak marah, tidak melakukan sesuatu yang dilarang agama, menahan diri untuk tidak menyakiti orang lain, tidak membuat orang lain rugi dan sebagainya.

Ibadah puasa mengandung dua dimensi; pribadi dan sosial. Dimensi pribadi berkaitan langsung dengan tanggung jawab seseorang dengan Tuhannya. Disinilah kejujuran pribadi seseorang yang berpuasa diuji, karena orang yang berpuasa dengan orang yang tidak berpuasa hampir tidak ada bedanya misalnya apakah dia habis minum atau tidak. Tanggung jawab ini berhubungan langsung dengan Tuhan dan tidak ada campur tangan manusia sama sekali.

Sementara dimensi sosial adalah tanggung jawab sosiologis orang yang berpuasa kepada kehidupan masyarakatnya. Disini, puasa tidak hanya dimaknai sebagai ritual belaka, tetapi harus mampu mentransformasikan kepada kehidupan riil masyarakat misalnya perasaan lapar yang bisa memunculkan sensitivitas dan kepekaan sosial yang cukup tinggi. Transformasi puasa seperti ini berarti menciptakan kondisi sosial sedemikian rupa supaya orang bisa terkendali bukan hanya oleh kesadarannya didalam tetapi juga oleh struktur masyarakatnya diluar.

Pentingnya mentransformasi ibadah Ramadan dalam konteks kehidupan kemanusiaan tidak bisa dilepaskan dari realitas kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang makin menunjukkan gejala pembusukan di sana-sini. Perilaku korupsi, yang dipertontonkan secara telanjang mengindikasikan adanya proses pereduksian agama secara besar-besaran.

Bulan suci ini bisa menjadi momentum bagi kita untuk merenungkan praktik korupsi yang semakin hari kian telanjang saja. Korupsi adalah penyalahgunaan jabatan resmi untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintahan rentan korupsi dalam praktiknya. Korupsi yang sudah berlangsung sangat lama ini menyebabkan persoalan kemiskinan tak kunjung selesai. Negara yang sumber daya alamnya melimpah ruah tak membuat kita beranjak dari tidur lama. Hal ini sangat memalukan, karena praktek pemerintah yang salah urus dengan terus menerus menyalahgunaan kekuasaannya. Para pejabat tidak melaksanakan amanat untuk menyejahterakan rakyat dan bangsa.

Pertanyaannya, bagaimana mempertautkan kehadiran puasa ramadan ini dengan merajalelanya praktik korupsi di negara kita?

Puasa, sebagaimana disebutkan diatas adalah mengendalikan diri terhadap lapar. Seringkali, kelaparan menyebabkan tidak bisa melihat kebenaran sebagai kebenaran dan kebaikan sebagai kebaikan. Oleh karena itu, dengan berpuasa, sesungguhnya kita dilatih untuk mengendalikan dorongan nafsu yang ditimbulkan karena rasa lapar tersebut. Inilah yang dicerminkan dalam larangan makan, minum dan pengendalian nafsu seksual.

Dengan latihan pengendalian rasa lapar, maka diharapkan manusia dapat sekaligus mengendalikan dorongan-dorongan nafsu yang lain yang bersumber kepada simpul hedonisme. Dan praktik korupsi yang merajalela ini adalah disebabkan oleh manusia-manusia yang selalu mengejar kenikmatan duniawi (hedonistik).

Korupsi adalah mengejar kenikmatan duniawi yang menerjang peraturan-peraturan, baik peraturan moralitas, etika maupun peraturan-peraturan yang sudah diresmikan sebagai peraturan hukum. Dengan berpuasa kita dilatih untuk tidak menjadikan rasa lapar ini sebagai justifikasi terhadap pelanggaran-pelanggaran moral dan pelanggaran-pelanggaran hukum yang banyak terjadi dimasyarakat.
Kesadaran untuk tidak melanggar peraturan tersebut tidak hanya dilakukan didalam bulan ramadan saja tetapi juga dalam sebelas bulan selanjutnya. Yang sering muncul dalam keberagamaan kita adalah ketika keluar dari dari bulan ramadan sepertinya kita kembali masuk dalam kenikmatan duniawi dengan mengumbar nafsu saja.

Oleh karena itu, pengendalian diri tersebut memerlukan obyektivikasi dan strukturasi. Bagaimana puasa personal ini ditransformasikan secara sosial. Artinya diciptakan kondisi sedemikian rupa supaya orang bisa terkendali bukan hanya oleh kesadaraannya tetapi juga oleh struktur masyarakatnya diluar. Berpuasa berarti terus menerus meneriakkan gerakan anti korupsi dan menciptakan struktur yang berani bertindak tegas terhadap praktik yang merugikan bangsa dan negara ini.