Kisah  

Abdullah Dzul Bijadain Syahid Bukan dalam Pertempuran

Google News

Surau.co – Dalam sebuah kisah, perang Tabuk yang terjadi pada Bulan Ramadhan 9 Hijriah. Perang ini adalah perang umat Islam melawan Byzantium, Romawi Timur. Sebelum ia berangkat dalam perang bersama Rasulullah SAW ia meminta doa Rasulullah, “Ya Rasulullah, doakan aku terbunuh pada perang ini hingga memperoleh mati syahid”

“Tidak. Engkau tidak akan terbunuh. Tetapi jika engkau sakit demam lantas wafat, engkau mati syahid.” jawab Sang Rasul waktu itu.

Para Pejuang Islam bergerak menuju Tabuk untuk menghadapi Byzantium, namun ternyata perang tersebut tidak terjadi.

Dan benar. Perang Tabuk dimenangkan tanpa pertempuran. Abdullah Dzul Bijadain tidak terbunuh.

Namun ketika hendak kembali ke Madinah, Abdullah Bijadain demam hingga akhirnya ia meninggal dunia.

Pada malam itu, sahabat yang lain yakni Abdullah bin Mas’ud mendengar ada suara orang menggali tanah. Terlihat cahaya di tempat yang agak jauh dari kemahnya.

Ini kisah yang sangat menakjubkan dari seorang Sahabat yang namanya tenar dengan Al-Qur’an dan hadits karena kecintaannya kepada Al-Qur’an dan banyak meriwayatkan hadits.

Ibnu Mas’ud menceritakan; “Aku bangun pada tengah malam ketika ikut bersama Rasulullah dalam Perang Tabuk. Lantas aku melihat ada obor pada salah satu sudut markas. Aku menghampiri cahaya obor itu guna melihat apa yang terjadi, di sana ada Rasulullah, Abu Bakar, dan Umar yang tengah mengurus jenazah Dzul Bijadain, ternyata dia telah wafat.”

Abu Bakar dan Umar bin Khattab berada di atas liang lahat yang sudah selesai digali dan Nabi berada di dalam kuburan. “Berikanlah jenazahnya kepadaku.” ujar Rasulullah

Lalu Abu Bakar dan Umar menyerahkannya kepada Rasulullah SAW. Sambil memiringkan tubuh Dzul Bijadain, beliau bersabda, “Ya Allah sesungguhnya pada malam ini aku ridha kepadanya, maka ridhailah dia.”

Ibnu Mas’ud yang melihat itu, merasa takjub dan mengatakan “Duhai, seandainya aku yang dikuburkan ketika itu.”

Ini adalah bentuk ”iri” dari Sahabat yang juga tidak kalah mulianya. Demikianlah lembaran sejarah yang mengharukan dari sahabat yang mulia. Meninggalkan kenikmatan dunia dan lebih memilih Islam sebagai jalan hidupnya, selalu mencintai dan merindui Nabi. Dia begitu paham dan yakin bahwa nilai dunia di sisi Allah tidak sebanding dengan sayap nyamuk.

Baca juga: Abdullah Dzul Bijadain, Sahabat yang Dijanjikan Surga Karena Pakaiannya