Tak Berkategori  

Desain Modern Masjid Sentral Cologne, Jerman

Google News
Desain Modern Masjid Sentral Cologne, Jerman - Surau.co
Gambar: Pinterest

Surau.co – Jerman menjadi salah satu negara maju di Benua Eropa yang menghargai kebinekaan. Walau pun minoritas, umat Islam di sana cukup diakui hak-haknya untuk menjalankan aktivitas keagamaan. Buktinya, di seantero Jerman ada sekitar 200 masjid yang memfasilitasi ke pentingan ibadah kaum Muslimin. Tulisan ini akan menelisik masjid terbesar di negeri yang dipimpin Angela Merkel itu, yakni Masjid Agung Koln (the Cologne Central Mosque).

Masjid ini berdiri strategis di Distrik Ehrenfeld, Kota Koln. Letaknya berdekatan dengan destinasi-destinasi wisata setempat, seperti Community Center, bioskop, atau taman suburban Koln. Tidak perlu waktu lama untuk tiba di sana. Dari Stasiun Utama Koln, jaraknya sekitar 2 kilometer dan dapat di tempuh dengan kendaraan roda empat sekira 10 menit. Bila dari Stasiun Koln Barat atau Stasiun Koln-Ehrenfeld, akan lebih dekat lagi sehingga pengunjung dapat berjalan kaki lima menit menuju masjid tersebut.

Masjid Agung Koln berada di atas area seluas 4.000 meter persegi. Sebelum menjadi pusat kegiatan Islam, lahan tersebut merupakan bekas pabrik yang terbengkalai. Kemudian, kaum Muslimin setempat, dengan sokongan dana organisasi Turkisch Isla mische Union der Anstalt for Religion (Institut Agama Persatuan Turki Islam/DITB), mengajukan proposal pendirian masjid. DITB merupakan cabang dari Kementerian Agama Turki. Sebagai informasi, pemeluk Islam di Jerman banyak yang berasal dari keturunan Turki. Kota Koln sendiri di huni sekitar 120 ribu orang Muslim.

 

Masjid Koln

Namun, proposal tersebut mendapatkan banyak tan tangan dari tokoh-tokoh politik Jerman sayap-kanan atau neo-Nazi. Mereka menilai upaya pendirian masjid di Koln sebagai Islamisasi terselubung.

Pada 16 Juni 2007, mi salnya, sebanyak 200 orang mengadakan pro tes menentang kehadiran masjid di kota ter sebut. Bagi mereka, orang Islam masih lekat dengan stigma-stigma outsiders, yakni kaum pengungsi dan terorisme.

Satu hal menarik adalah proses pengumpulan dana untuk itu tidak hanya dibantu sekurang-kurangnya 884 organisasi Islam di Jerman, melainkan juga donasi dari Gereja St Theodore Koln.

Arsiteknya juga berasal dari kalangan akademisi Technical University of Koln, Paul Bohm. Dia sebelumnya telah merancang sejumlah gereja-gereja, termasuk St Theodore Koln. Pada 28 Agustus 2008, Dewan Kota Koln mengadakan pemungutan suara terkait proposal pendirian masjid ini.

Masjid Raya Cologne

Seperti dilansir Spiegel(29/8/2008), ketika voting itu berlangsung, dua massa berkerumun di depan balai kota. Satu pihak, terdiri atas 30 orang, berdemo menolak pendirian masjid. Sementara, di pihak lain massa sebanyak 100 orang menyuarakan dukungan pendirian masjid.

Hasil akhir pemungutan suara itu adalah membolehkan berdirinya masjid di tengah Kota Koln. Pada 17 Juni 2017, Masjid Agung Koln resmi dibuka untuk umum.

Tidak hanya ruang ibadah, masjid ini juga dilengkapi pelbagai fasilitas publik, seperti perpustakaan, aula pertemuan, taman, ruang-ruang perkantoran, hingga madrasah. Desain masjid ini menunjukkan modifikasi modern dari gaya arsitektur Turki Utsmaniyah.

Tampilan bangunan utamanya dipadukan dengan permukaan dinding yang berbahan kaca. Selain itu, terdapat dua menara yang menyerupai ujung pena, dengan tinggi masing-masing 55 meter. Kubah masjid ini dilapisi kaca. Tingginya sekitar 35 meter dan berbentuk seperti bola dunia. Baik menara maupun kubah itu kelihatan menyatu dengan keseluruhan bangunan yang didominasi warna putih.

Berbeda dengan kebanyakan bangunan masjid di negara-negara lain yang mengadopsi gaya tradisional, bangunan Masjid Cologne justru menerobos pakem-pakem yang selama ini banyak digunakan dalam arsitektur bangunan tempat ibadah umat Islam.

Dengan banyaknya lapisan kaca pada permukaan dinding dan kubah, bagian interior masjid ini begitu dilimpahi cahaya dari luar, terutama ketika siang hari. Di satu sisi, desain ini menunjukkan sisi ramah lingkungan karena menghindari konsumsi listrik yang berlebihan untuk penerangan.

Di sisi lain, hal yang sama menunjukkan kesan keterbukaan, salah satu filosofi sang arsitek. Dengan kata lain, masyarakat umum, baik Muslim maupun non-Muslim, dipersilakan datang langsung dan mengenal Islam lebih jauh melalui masjid ini. Ruang utama yang dipakai untuk shalat berbentuk persegi. Berkat ventilasi dan jendela-jendela yang ada, pengunjung di dalamnya dapat merasakan ketenangan. Ruangan tersebut juga terkesan luas karena alasan yang sama.

Di sekitar Masjid Agung Koln, terdapat bazar serta beragam restoran dengan sajian halal. Tidak ketinggalan tempat-tempat makan di sana yang menyuguhkan kuliner khas Tur ki (khususnya kebab), Arab, dan Asia Selatan. Memang, Koln sendiri meru pakan salah satu kota andalan untuk pariwisata di Jerman.

Pamornya tidak hanya terkait ba ngunan-bangunan bersejarah atau destinasi wisata komersial, melainkan juga keindahan alamnya. Sungai Rhine yang membelah kota ini, misalnya, mengalir jernih dan menjadi daya tarik tersendiri. Masjid Agung Koln hanya berjarak sekira tiga kilometer dari sungai itu.

Penggunaan desain yang lebih modern ini, juga dilandaskan pada keinginan mayoritas masyarakat non-Muslim Cologne yang menghendaki agar bangunan masjid yang akan didirikan di kota tersebut tidak seperti bangunan masjid pada umumnya yang mengadopsi gaya arsitektur tradisional.

Keberadaan Masjid Agung Koln menandakan Islam yang terus berkembang di Benua Biru. Menurut data Pew Research Center (2017), Jerman merupakan salah satu negara dengan populasi Muslimin terbesar di Uni Eropa. Hingga pertengahan 2016, sebanyak 5 juta jiwa memeluk agama ini atau se kira 6,1 persen dari total penduduk. Menurut laporan the Economist14 April 2018, negara ini juga kian menunjukkan kebanggaan akan keterbukaan dan kebinekaan.

Baca juga: Pesona Masjid Hassan II, Maroko

Pewarta: Nurul HidayatEditor: Nurul
Nurul Hidayat
Mau tulisan kamu dimuat di Surau.co seperti ? Kirim Tulisan Kamu