Surau.co
Menu Menu
Ubay bin Ka’ab, Penulis Wahyu dan Guru Alquran untuk Para Sahabat Rasulullah - Surau.co

Ubay bin Ka’ab, Penulis Wahyu dan Guru Alquran untuk Para Sahabat Rasulullah

Surau.co - Nama lengkapnya adalah Ubay bin Ka’ab bin Qays al Khazraji al Anshari. Ia memiliki dua panggilan. Rasulullah SAW memberinya panggilan Abu al Mundzir. Sedangkan Umar bin Khattab menyebutnya dengan Abu ath Thufail, karena ia memiliki seorang putra bernama ath Thufail.

Ubay bin Ka’ab adalah seorang laki-laki yang memiliki rambut dan janggut berwarna putih. Namun ia tak mengubah warna perak rambut kepalanya itu dengan inay atau pewarna lainnya.

Ubay bin Ka’ab ra adalah seorang sahabat dan salah seorang di antara qari yang terkenal. Ia mahir dalam Alquran dan termasuk orang yang hafal Alquran semasa hidup Nabi SAW. Beliau bersabda, “Qari terbesar dari umatku adalah Ubay bin Ka’ab.”

Kecerdasan Ubay bin Ka'ab

Dikisahkan dari buku “Himpunan Fadhilah Amal” karya Maulana Muhammad Zakariyya al-Kandahlawi Rah bahwa Ubay adalah sahabat yang  pandai membaca dan menulis sebelum masuk Islam. Setelah masuk Islam, namanya semakin dikenal banyak orang. Ia bertugas mencatat wahyu yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Rasulullah SAW. Saat Rasulullah SAW tiba di Madinah, ia dipersaudarakan dengan Said bin Zaid. Salah seorang dari sepuluh orang sahabat utama, al-muabsyiruna bil jannah.

Ubay biasa mengkhatamkan Alquran setiap delapan malam dalam tahajudnya.

Pada suatu hari Rasulullah SAW bertanya kepada salah seorang sahabatnya, “Hai Abu Munzir, ayat manakah dari Kitabullah yang teragung?”

Sahabat itu menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.”

Rasulullah SAW kemudian mengulangi pertanyaan­nya, “Abu Munzir, ayat manakah dari Kitabullah yang teragung?”

Ia menjawab, “Allah tiada Tuhan melainkan Dia, Yang Maha Hidup lagi Maha Pengatur.” (QS. Al-Baqarah: 255).

Rasulullah SAW pun menepuk dadanya, dan dengan rasa bangga yang tercermin di wajahnya, beliau bersabda, “Hai Abu Munzir, selamat bagimu atas ilmu yang kau capai.”

Abu Munzir yang mendapat ucapan selamat dari Rasulullah SAW yang mulia atas ilmu dan pengertian yang dikaruniakan Allah SWT kepadanya itu, tiada lain adalah Ubay bin Ka’ab, seorang sahabat yang mulia.

Suatu ketika, Rasulullah SAW shalat dan dalam bacaannya tertinggal satu ayat, pada saat itu juga (dalam keadaan shalat), beliau diingatkan oleh Ubay ra. Selesai shalat, Nabi SAW bertanya, “Siapakah yang memberitahuku tadi?” “Aku yang memberitahu, ya Rasulullah,” kata Ubay ra. Beliau bersabda, “Dalam hatiku, aku menduga engkaulah yang memberitahu.” (Musnad Ahmad).

Walaupun Ubay bin Ka’ab sibuk dengan ilmu dan berkhidmat kepada Alquran, ia selalu ikut berjuang di jalan Allah bersama Nabi SAW. Tidak ada satu pun peperangan yang diikuti oleh Rasulullah SAW dengan tidak disertainya.

Ia adalah seorang warga Anshar dari suku Khazraj dan ikut mengambil bagian dalam Baiat Aqabah, Perang Badar dan peperangan-peperangan penting lainnya. Ia mencapai kedudukan tinggi dan derajat mulia di kalangan muslimin angkatan pertama hingga Amirul Mukminin, Umar bin Khattab sendiri pernah mengatakan tentang dirinya, “Ubay adalah pemimpin kaum muslimin.”

Tanggapan Rasul atas Kedudukan Ubay

Ubai bin Ka’ab merupakan salah seorang penulis dari beberapa orang penulis wahyu dan penulis-penulis surat. Begitu pun dalam menghafal Alquranul Karim, membaca dan memahami ayat-ayatnya, ia termasuk golongan terkemuka.

Pada suatu hari, Rasulullah SAW berkata kepadanya, “Hai Ubay bin Ka’ab, aku dititahkan untuk menyampaikan Alquran padamu.” Ubay maklum bahwa Rasulullah SAW hanya menerima perintah-perintah itu dari wahyu.

Dengan harap-harap cemas ia menanyakan kepada Rasulullah SAW, ”Wahai Rasulullah, ibu-bapakku menjadi tebusanmu. Apakah kepada engkau disebut namaku?”

Rasulullah SAW menjawab, “Benar! Namamu dan turunanmu di tingkat tertinggi.”

Seorang muslim yang mencapai kedudukan seperti ini di hati Rasulullah SAW pastilah ia seorang muslim yang mulia. Selama tahun-tahun persahabatan, yaitu ketika Ubay bin Ka’ab selalu berdekatan dengan Rasulullah SAW. Tak putus-putusnya ia mereguk dari telaganya (Rasulullah SAW) yang dalam itu airnya yang manis.

Baca juga: Perang Tanding Ubaidah bin Harits, Pemegang Panji Pertama Islam dari Rasulullah